SELAMAT DATANG DI BLOG PONDOK PESANTREN MULYA ABADI, JL. MAGELANG KM 8.5 SLEMAN YOGYAKARTA, SEMOGA BLOG INI BISA MENJADI SILATURAHMI KITA UNTUK SALING BERBAGI

2015/07/10

Pembunuh Said Bin Jubair


Pembunuh Said Bin Jubair



Ketika mendengar laporan tentang Said bin Jubair, Hajjaj segera memanggil seorang komandan dari Syam, bernama Al-Mutalammisu bin Al-Ahwash (الْمُتَلَمِّسُ بْنُ الْأَحْوَصِ). Al-Mutalammisu membawahi 20 pemuda Syam pilihan, diperintah agar menangkap Said.
Di akhir pencarian, mereka menjumpai seorang rahib di dalam Shaumaah (rumah tinggi). Mereka bertanya pada rahib, ‘di mana tempat Said?’.
Rahib berkata, ‘jelaskan pada saya tentang dia, secara lengkap!’.
Setelah dijelaskan, dia menunjukkan tempat tinggal Said.
Mereka datang ketika Said sedang bersujud, dan berdoa pada Tuhannya, dengan suara tinggi.
Mereka mendekat dan mengucapkan salam.
Setelah mengangkat kepala, dan menyelesaikan shalatnya, Said menjawab salam mereka.
Mereka berkata ‘kami utusan Hajjaj bin Yusuf. Taatilah panggilan Beliau’.
Dia menjawab ‘apa panggilannya harus ditaati?’.
Mereka menjawab ‘betul, harus ditaati’.
Said memuji dan menyanjung Allah. Lalu membaca shalawat untuk nabi SAW.
Dia telah berdiri, untuk berjalan mengikuti mereka. Mereka berjalan melewati Shaumaah rahib.
Rahib berkata ‘hai pasukan berkuda! Orang yang kalian cari, telah tertangkap?’.
Mereka menjawab ‘betul!’.
Rahib perintah ‘naiklah ke atas sana! Karena di bawah, akan didatangi oleh sejumlah singa jantan dan betina! Sebelum sore, kalian harus naik dan masuk kesana!’.
Mereka telah masuk Shaumaah. 
Said bersikeras, tidak mau masuk. 
Mereka berkata ‘kau pasti akan kabur dari kami!’.
Said menjawab ‘saya takkan lari. Hanya saya tidak mau masuk ruangan orang musyrik, selamanya!’.
Mereka berkata ‘tapi kami takkan membiarkan kau di situ! Karena sejumlah binatang buas akan memangsa kau!’.
Said menjawab ‘mereka takkan membahayakan! Tuhan menyertai saya, akan memalingkan mereka dari saya! Bahkan mereka nanti, akan menjaga saya dari segala bahaya, in syaa Allah’.
Mereka bertanya ‘apa kau termasuk seorang nabi?’.
Dia menjawab ‘saya bukan nabi, hanya orang biasa yang melakukan kesalahan dan dosa’.
Pada mereka, rahib yang marah perintah ‘katakan padanya! Agar dia bersumpah! Agar saya percaya dia takkan kabur!’.
Mereka berkata ‘bersumpahlah! Agar rahib percaya kau takkan kabur!’.
Said bersumpah ‘kepada yang Maha Agung yang tidak bersekutu, saya bersumpah akan di sini terus, hingga pagi! In syaa Allah’.
Setelah mendengar janji Said, kemarahan rahib reda. Pada mereka, rahib perintah ‘naiklah semuanya! Siapkan busur untuk melindungi orang shalih ini! Dari binatang buas yang akan memangsa! Sungguh dia nggak mau naik kesini, karena kalian ada di sini!’.
Ketika semua telah di atas, dan telah mempersiapkan sejumlah busur; sejumlah singa jantan dan betina, berdatangan.
Singa-singa mengusap-usapkan kepala dan perut, pada Said. Dan mendekam di sisinya. Yang lain berdatangan, untuk melakukan seperti itu.
Rahib terkesima, saat melihat pemandangan tersebut.
Di pagi hari, mereka turun dari Shaumaah. Rahib bertanya pada Said, tentang agama dan syariat Islam, yang dibawa oleh Muhammad SAW. Setelah Said menjelaskan semuanya, rahib menyatakan Islam, dan melakukan syariat Islam.
Pasukan penangkap datang menghadap. Mencium dua tangan dan dua kaki Said. Bahkan mendatangi tempat shalat Said. Untuk melakukan shalat.
Mereka berkata ‘ya Said! Kami semua budak yang telah disumpah oleh Hajjaj, jika kami mau menangkap dan mengahadapkan kau pada Beliau, kami akan dimerdekakan. Tapi sekarang kami menyerah pada kau. Kami akan melakukan, yang kau perintahkan’.
Dia menjawab ‘laksanakan tugas kalian! Saya berlindung pada Khaliqku! Tidak ada yang bisa menolak KodarNya!’.
Mereka berkuda bersama Said, berjalan sampai kota Wasith (antara Iraq dan Bashrah). Pada mereka, Said berkata ‘hai semuanya! Saya telah berbuat sopan, dan mengikuti perjalanan kalian! Saya sadar bahwa kematian saya, hampir tiba! Jatah umur saya hampir berakhir! Bebaskan saya malam ini! Untuk mempersiapkan diri, menghadapi kematian! Saya akan mempersiapkan diri, menghadap Malaikat Mungkar dan Nakir! Saya akan merenung tentang Adzab Kubur! Dan tentang, jika telah Dikubur dan Ditaburi Tanah! Kita sepakat, besok pagi, kita bertemu di tempat yang kalian tentukan!’.
Sebagian mereka berkata ‘kita jangan menggagalkan tugas yang hampir selesai!’.
Yang lain berkata ‘kita ini sudah hampir diganjar oleh Penguasa, tugas hampir selesai! Jangan justru membiarkan dia kabur!’.
Ada lagi yang berkata ‘dia pasti mau bersumpah pada kita, seperti ketika dia bersumpah pada rahib! Kalian celaka! Apa kalian tidak ingat ketika dia diraba oleh sejumlah singa, dengan kepala? Bahkan mereka mengusap-usapkan perut padanya? Bahkan menjaga dia hingga pagi?’.
Mereka diam, setelah dibentak ‘biarkan dia melakukan yang dikehendaki! Saya yang akan mendatangkan dia pada kalian, besok pagi! In syaa Allah!’ oleh seorang dari mereka.

Mereka tidak tega, ketika menyaksikan dua mata Said berlinang. Said kelaparan, berambut kusut, dan pucat. Sejak ditangkap, Said tidak tertawa.
Di hadapan kaum, pasukan penangkap Said menangis, dan berkata pada Said, ‘hai sebaik-baik penghuni bumi! Betapa bahagia, kalau kami belum pernah mengenal dan bergaul dengan kau! Kami celaka, karena telah diberi Ujian oleh Allah, melalui kau! Celaka yang panjang! Mintakan kami ampun pada Khaliq, di hari kebangkitan Akbar nanti! Dialah Hakim Akbar yang KeadilanNya Sempurna!’.
Said berkata ‘kalian tak perlu sungkan pada saya. Allah telah membuat saya ikhlas menerima keadaan. Karena Kodar dari Allah tentang saya memang demikian’.
Setelah tangisan mereka reda, dan telah selesai berbincang-bincang, seorang tokoh dari mereka, berkata ‘saya mohon, demi Allah, ya Said! Berilah kami bekal berupa doa dan nasehat! Karena kami takkan menjumpai orang sehebat kau, selamanya! Kami yakin di hari Kiamat nanti, takkan bertemu kau!’.
Setelah mengabulkan permintaan mereka, Said dibebaskan. 

Said mencuci rambut, pakaian, dan selimut. Mereka menangis di tempat persembunyian. ‘Betapa kita celaka, dan sedih’ tangis mereka.
Di waktu fajar subuh menyingsing, mereka dikejutkan oleh Said yang datang, mengetuk pintu.
Mereka berkata ‘sahabat kita datang! Demi Tuhan Ka’bah!’.
Said dipersilahkan masuk, dan mereka menangis cukup lama. Lalu mereka ditemani oleh seorang, bersama-sama datang ke Hajjaj.
Hajjaj berkata ‘kalian telah berhasil membawa Said kemari’.
Mereka menjawab ‘betul! Dan kami telah menyaksikan keajaiban pada dirinya’.
Hajjaj memalingkan wajah dari mereka. Dan perintah ‘bawa kemari!’.
Al-Mutalammisu keluar dari ruangan, untuk berkata pada Said, ‘saya menitipkan kau pada Allah. Dan membaca Assalam untukmu’.
Said dibawa masuk ke ruangan Hajjaj.
Hajjaj bertanya ‘siapa namamu?’.
Dia menjawab ‘Said bin Jubair’. Artinya ‘beruntung putra tambalan kecil’.
Dengan menghina, Hajjaj berkata ‘yang benar namamu Syaqi bin Kusair’. Artinya ‘celaka anak lobang kecil’.
Said membantah ‘ibu saya yang lebih tahu, mengenai nama saya, daripada kau’.
Hajjaj menghina lagi ‘kau dan ibumu celaka’.
Said menjawab ‘yang tahu barang ghoib, bukan kau’.
Hajjaj membentak ‘duniamu benar-benar akan saya ganti, neraka yang berkobar-kobar!’.
Said menjawab ‘kalau saya tahu, kau yang menguasai neraka, niscaya kau saya sembah sebagai Tuhan!’.
Hajjaj bertanya ‘bagaimana pendapatmu mengenai Muhammad?’.
Said menjawab ‘Beliau nabi rahmat, dan Imamul-Huda SAW’.
Dia bertanya ‘bagaimana pendapatmu? Ali di dalam surga, apa neraka?’.
Said menjawab ‘kalau saya telah masuk kesana, baru bisa melihat penghuni yang di dalamnya’.
Dia bertanya ‘menurutmu, bagaimana para Khalifah?’.
Said menjawab ‘saya belum pernah diperintah oleh Allah, untuk mengurusi mereka’.
Hajjaj bertanya ‘mana mereka yang paling kau sukai?’.
Said menjawab ‘yang paling disukai oleh Khaliq’.
Dia membentak ‘siapa di antara mereka yang lebih dicintai oleh Khaliq?!’.
Said menjawab ‘ilmu tentang mereka, di sisi yang tahu rahasia dan bisik-bisik mereka’.
Hajjaj menggeram ‘kau tidak mau jujur pada saya?!’.
Said menjawab ‘sungguh saya tidak mau bohong padamu’.
Hajjaj bertanya ‘kenapa kau tidak mau tertawa?’.
Said menjawab ‘bagaimana mungkin saya tertawa? Padahal kita ini hanya makhluq yang berasal dari tanah? Yang kalah dengan api?’.
Hajjaj bertanya ‘kenapa kami bisa tertawa?’.
Said menjawab’ jalan pikiran orang, berbeda-beda’.
Sejumlah batu mulia: lukluk, zabarjad, dan yaqut, disodorkan, hingga Said berkata ‘kalau kumpulan batu mulia ini, kau pergunakan menebus dirimu, dari adzab hari Kiamat, itu baru bagus. Kalau bukan untuk itu, akan menjadi bencana yang akan mengejutkan, yang akan membuat bingung semua makluq menyusui. Harta dunia tidak baik untuk disimpan, kecuali yang baik dan telah dizakati’.
Hajjaj perintah agar sejumlah musik kuno, didatangkan. Setelah dimainkan, Said menangis.
Hajjaj bertanya ‘kenapa menangis? Hiburan kan ini?’.
Said menjawab ‘justru itu yang membuat saya sedih. Terompet yang ditiup tadi, membuat saya ingat hari yang Dahsyat. Saat itu, terompet kebangkitan ditiup. Dan kayu-kayu musik itu, asalnya pohon ditebang bukan untuk barang hak. Tali-tali musik yang dimainkan tadi, akan menjadi alat siksa atas kau, berbentuk usus-usus kambing, di hari Kiamat’.
Hajjaj membentak ‘celaka kau!’.
Said menjawab ‘yang celaka, yang dijauhkan dari surga, dan dimasukkan ke neraka!’.
Hajjaj mengancam ‘pilih pembunuhan atas kau, yang paling kau sukai! Kau akan saya bunuh!’.
Said menjawab ‘terserah bagaimana caranya, ya Hajjaj! Demi Allah! Pembunuhan yang akan kau lakukan atas diriku, akan dibalaskan oleh Allah, seperti itu, di akhirat nanti!’.
Hajjaj merendahkan suara, ‘kau ingin dimaafkan?’.
Said menjawab ‘sejak dulu, yang bisa memaafkan hanya Allah, kalau hanya maaf darimu, tidak saya butuhkan’.
Hajjaj membentak ‘bawa dia pergi! Dan bunuh!’.
Setelah dibawa keluar, Said tertawa.
Setelah menerima laporan, Hajjaj perintah agar Said dihadapkan lagi. Dan ditanya ‘apa yang membuat kau tertawa?!’.
Said menjawab ‘kau terlalu berani pada Allah yang Maha Arif padamu’.
Setelah selembar kulit pembungkus potongan kepala dipersiapkan, Hajjaj membentak ‘bunuh!’.
Said berdoa ‘وَجَّهْتُ وَجْهِيَ لِلَّذِي فَطَرَ السَّمَوَاتِ وَالْأَرْضَ حَنِيفًا مُسْلِمًا وَمَا أَنَا مِنَ الْمُشْرِكِينَ. Artinya ‘saya telah menghadapkan wajah saya, pada yang telah mencipta beberapa langit dan bumi, dengan serius. Saya tidak tergolong kaum Musyrik’.
Hajjaj perintah ‘ikat dan hadapkan dia pada selain Kiblat!’.
Said membaca ayat ‘{فَأَيْنَمَا تُوَلُّوا فَثَمَّ وَجْهُ اللَّهِ} [البقرة: 115]’. Artinya ‘Di mana kalian berpaling, maka di sana Wajah Allah’.
Hajjaj berteriak ‘tengkurapkan pada wajahnya!’.
Setelah ditengkurapkan, Said membaca ayat ‘{ مِنْهَا خَلَقْنَاكُمْ وَفِيهَا نُعِيدُكُمْ وَمِنْهَا نُخْرِجُكُمْ تَارَةً أُخْرَى} [طه: 55]’. Artinya ‘Dari tanah, Kami mencipta kalian. Pada tanah, Kami akan mengembalikan kalian. Dari tanah, Kami akan mengeluarkan kalian, pada waktu lain’.
Dengan bentakan, Hajjaj perintah ‘potong lehernya!’.
Yang akan memotong leher, terperangah; Said berkata ‘sungguh saya bersaksi dan ber-hujjah, laa Ilaaha illaa Allahu wahdaHu laa syariika laH. Waanna Muhammadan abduHu waRasuuluH. Potonglah! Kau akan bertemu saya di hari Kiamat’. Lalu berdoa ‘ya Allah! Jangan Kau beri kemampuan dia! Membunuh seorang! Setelah saya!’.
Setelah dipotong, leher Said rahimahullah, putus.”

Aun berkata, “Berita yang sampai pada kami :
Sungguh setelah itu, Hajjaj bertahan hidup selama 15 malam. Perut dia diserang oleh penyakit Uklah. Seorang tabib diundang agar mengobati. Setelah memeriksa, tabib minta sepotong daging basi.
Setelah digantung dengan benang, daging dimasukkan ke tenggorokan Hajjaj. Setelah sesaat, daging ditarik ke luar. Ternyata daging berlumuran darah. Maka tabib tahu pasti bahwa dia tidak bisa diselamatkan.”
Ada berita tambahan:
“Di akhir hayatnya, Hajjaj berteriak ‘kenapa Said datang kemari?! Setiap akan tidur, kaki saya ditarik oleh Said!’.” [1]


Cerita Islami ini sesuai Sabda Nabi SAW, “Di dunia, tiada dosa yang dampak siksanya lebih cepat ditimpakan oleh Allah atas pelakunya, daripada kejahatan dan memutus famili. Padahal di akhirat nanti, Allah masih mempersiapkan Siksaan lagi.” [2]

Semoga Cerita Islami berikutnya lebih bermanfaat. Alloohumma aamiiiin.




Ponpes Kutubussittah Mulya Abadi Mulungan Sleman Jogjakarta Indonesia


[1] حلية الأولياء وطبقات الأصفياء (4/ 291)
حَدَّثَنَا أَبِي، ثَنَا خَالِي أَحْمَدُ بْنُ مُحَمَّدِ بْنِ يُوسُفَ، أَخْبَرَنِي أَبُو أُمَيَّةَ مُحَمَّدُ بْنُ إِبْرَاهِيمَ فِي كِتَابِهِ إِلَيَّ قَالَ: ثَنَا حَامِدُ بْنُ يَحْيَى، ثَنَا حَفْصُ أَبُو مُقَاتِلٍ السَّمَرْقَنْدِيُّ، ثَنَا عَوْنُ بْنُ أَبِي شَدَّادٍ الْعَبْدِيُّ، قَالَ: بَلَغَنِي أَنَّ الْحَجَّاجَ بْنَ يُوسُفَ لَمَّا ذُكِرَ لَهُ سَعِيدُ بْنُ جُبَيْرٍ أَرْسَلَ إِلَيْهِ قَائِدًا مِنْ أَهْلِ الشَّامِ مِنْ خَاصَّةِ أَصْحَابِهِ يُسَمَّى الْمُتَلَمِّسُ بْنُ الْأَحْوَصِ وَمَعَهُ عِشْرُونَ رَجُلًا مِنْ أَهْلِ الشَّامِ مِنِ خَاصَّةِ أَصْحَابِهِ، فَبَيْنَمَا هُمْ يَطْلُبُونَهُ إِذَا هُمْ بِرَاهِبٍ فِي صَوْمَعَةٍ لَهُ فَسَأَلُوهُ عَنْهُ، فَقَالَ الرَّاهِبُ: صِفُوهُ لِي. فَوَصَفُوهُ لَهُ، فَدَلَّهُمْ عَلَيْهِ، فَانْطَلَقُوا فَوَجَدُوهُ سَاجِدًا يُنَاجِي بِأَعْلَى صَوْتِهِ، فَدَنَوْا مِنْهُ فَسَلَّمُوا عَلَيْهِ، فَرَفَعَ رَأْسَهُ فَأَتَمَّ بَقِيَّةَ صَلَاتِهِ ثُمَّ رَدَّ عَلَيْهِمُ السَّلَامُ، فَقَالُوا: إِنَّا رُسُلُ الْحَجَّاجِ إِلَيْكَ، فَأَجِبْهُ. قَالَ: «وَلَابُدَّ مِنَ الْإِجَابَةِ» . قَالُوا: لَابُدَّ مِنَ الْإِجَابَةِ. فَحَمِدَ اللهُ وَأَثْنَى عَلَيْهِ وَصَلَّى عَلَى نَبِيِّهِ، ثُمَّ قَامَ فَمَشَى مَعَهُمْ حَتَّى انْتَهَى إِلَى دَيْرِ الرَّاهِبِ، فَقَالَ الرَّاهِبُ: يَا مَعْشَرَ الْفُرْسَانِ، أَصَبْتُمْ صَاحِبَكُمْ؟ قَالُوا: نَعَمْ. فَقَالَ لَهُمُ: اصْعَدُوا الدَّيْرَ، فَإِنَّ اللَّبُوَةَ وَالْأَسَدُ يَأَوِيَانِ حَوْلَ الدَّيْرِ فَعَجَّلُوا الدُّخُولَ قَبْلَ الْمَسَاءِ، فَفَعَلُوا ذَلِكَ وَأَبَى سَعِيدٌ أَنْ يَدْخُلَ الدَّيْرَ. فَقَالُوا: مَا نَرَاكَ إِلَّا وَأَنْتَ تُرِيدُ الْهَرَبَ مِنَّا قَالَ: لَا، وَلَكِنْ لَا أَنْزِلُ مَنْزِلَ مُشْرِكٍ أَبَدًا. قَالُوا: فَإِنَّا لَا نَدَعُكَ، فَإِنَّ السِّبَاعَ تَقْتُلُكَ. قَالَ سَعِيدٌ: «لَا ضَيْرَ، إِنَّ مَعِيَ رَبِّي فَيَصْرِفُهَا عَنِّي، وَيَجْعَلُهَا حَرَسًا حَوْلِي يَحْرُسُونَنِي مِنْ كُلِّ سُوءٍ إِنْ شَاءَ اللهُ» . قَالُوا: فَأَنْتَ مِنَ الْأَنْبِيَاءِ. قَالَ: «مَا أَنَا مِنَ الْأَنْبِيَاءِ، وَلَكِنْ عَبْدٌ مِنْ عَبِيدِ اللهِ خَاطِئٌ مُذْنِبٌ» . قَالَ الرَّاهِبُ: فَلْيُعْطِنِي مَا أَثِقُ بِهِ عَلَى طُمَأْنِينَتِهِ. فَعَرَضُوا عَلَى سَعِيدٍ أَنْ يُعْطِيَ الرَّاهِبَ مَا يُرِيدُ، قَالَ سَعِيدٌ: «إِنِّي أُعْطِي الْعَظِيمَ الَّذِي لَا شَرِيكَ لَهُ، لَا أَبْرَحُ مَكَانِي حَتَّى أُصْبِحَ إِنْ شَاءَ اللهُ» . فَرَضِيَ الرَّاهِبُ ذَلِكَ، فَقَالَ لَهُمُ: اصْعَدُوا وَأَوْتِرُوا الْقَسِّيَّ لِتُنَفِّرُوا السِّبَاعَ عَنْ هَذَا الْعَبْدِ الصَّالِحِ، فَإِنَّهُ كَرِهَ الدُّخُولَ عَلَيَّ فِي الصَّوْمَعَةِ لِمَكَانِكُمْ، فَلَمَّا صَعِدُوا وَأَوْتَرُوا الْقَسِّيَّ إِذَا هُمْ بِلَبُوَةٍ قَدْ أَقْبَلَتْ، فَلَمَّا دَنَتْ مِنْ سَعِيدٍ تَحَاكَّتْ بِهِ وَتَمَسَّحَتْ بِهِ ثُمَّ رَبَضَتْ قَرِيبًا مِنْهُ، وَأَقْبَلَ الْأَسَدُ وَصَنَعَ مِثْلَ ذَلِكَ، فَمَا رَأَى الرَّاهِبُ ذَلِكَ وَأَصْبَحُوا نَزَلَ إِلَيْهِ فَسَأَلَهُ عَنْ شَرَائِعِ دِينِهِ وَسُنَنِ رَسُولِهِ مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَفَسَّرَ لَهُ سَعِيدٌ ذَلِكَ كُلَّهُ، فَأَسْلَمَ الرَّاهِبُ وَحَسُنَ إِسْلَامُهُ، وَأَقْبَلَ الْقَوْمُ عَلَى سَعِيدٍ يَعْتَذِرُونَ إِلَيْهِ، وَيُقَبِّلُونَ يَدَيْهِ وَرِجْلَيْهِ، وَيَأْخُذُونَ التُّرَابَ الَّذِي وَطِئَهُ بِاللَّيْلِ فَصَلُّوا عَلَيْهِ، فَيَقُولُونَ: يَا سَعِيدُ، قَدْ حَلَّفَنَا الْحَجَّاجُ بِالطَّلَاقِ وَالْعَتَاقِ إِنْ نَحْنُ رَأَيْنَاكَ لَا نَدَعُكَ حَتَّى نُشْخِصَكَ إِلَيْهِ، فَمُرْنَا بِمَا شِئْتَ. قَالَ: «امْضُوا لِأَمْرِكُمْ، فَإِنِّي لَائِذٌ بِخَالِقِي، وَلَا رَادَّ لِقَضَائِهِ» . فَسَارُوا حَتَّى بَلَغُوا وَاسِطًا، فَلَمَّا انْتَهَوْا إِلَيْهَا قَالَ لَهُمْ سَعِيدٌ: «يَا مَعْشَرَ الْقَوْمِ، قَدْ تَحَرَّمْتُ بِكُمْ وَصَحِبْتُكُمْ، وَلَسْتُ أَشُكُّ أَنَّ أَجَلِي قَدْ حَضَرَ، وَأَنَّ الْمُدَّةَ قَدِ انْقَضَتْ، فَدَعُونِي اللَّيْلَةَ آخُذُ أُهْبَةَ الْمَوْتِ، وَأَسْتَعِدُّ لَمُنْكَرٍ وَنَكِيرٍ، وَأَذْكُرُ عَذَابَ الْقَبْرِ وَمَا يُحْثَى عَلَيَّ مِنَ التُّرَابِ، فَإِذَا أَصْبَحْتُمْ فَالْمِيعَادُ بَيْنِي وَبَيْنَكُمُ الْمَوْضُوعُ الَّذِي تُرِيدُونَ» . قَالَ بَعْضُهُمْ: لَا نُرِيدُ أَثَرًا بَعْدَ عَيْنٍ. وَقَالَ بَعْضُهُمْ: قَدْ بَلَغْتُمْ أَمَلَكُمْ، وَاسْتَوْجَبْتُمْ جَوَائِزَكُمْ مِنَ الْأَمِيرِ، فَلَا تَعْجِزُوا عَنْهُ. فَقَالَ بَعْضُهُمْ: يُعْطِيكُمْ مَا أَعْطَى الرَّاهِبَ، وَيْلَكُمْ أَمَا لَكُمْ عِبْرَةٌ بِالْأَسَدِ كَيْفَ تَحَاكَّتْ بِهِ وَتَمَسَّحَتْ بِهِ وَحَرَسَتْهُ إِلَى الصَّبَّاحِ؟ فَقَالَ بَعْضُهُمْ: هُوَ عَلَيَّ أَدْفَعُهُ إِلَيْكُمْ إِنْ شَاءَ اللهُ. فَنَظَرُوا إِلَى سَعِيدٍ قَدْ دَمَعَتْ عَيْنَاهُ، وَشَعِثَ رَأْسُهُ، وَاغْبَرَّ لَوْنُهُ، وَلَمْ يَأْكُلْ، وَلَمْ يَشْرَبْ، وَلَمْ يَضْحَكْ مُنْذُ يَوْمِ لَقُوهُ وَصَحِبُوهُ، فَقَالُوا بِجَمَاعَتِهِمْ: يَا خَيْرَ أَهْلِ الْأَرْضِ، لَيْتَنَا لَمْ نَعْرِفْكَ وَلَمْ نَسْرَحْ إِلَيْكَ، الْوَيْلُ لَنَا وَيْلًا طَوِيلًا، كَيْفَ ابْتُلِينَا بِكَ، اعْذُرْنَا عِنْدَ خَالِقِنَا يَوْمَ الْحَشْرِ الْأَكْبَرِ، فَإِنَّهُ الْقَاضِي الْأَكْبَرُ، وَالْعَدْلُ الَّذِي لَا يَجُورُ. فَقَالَ سَعِيدٌ: «مَا أَعْذَرَنِي لَكُمْ وَأَرْضَانِي لِمَا سَبَقَ مِنْ عِلْمِ اللهِ تَعَالَى فِيَّ» . فَلَمَّا فَرَغُوا مِنَ الْبُكَاءِ وَالْمُجَاوَبَةِ وَالْكَلَامِ بِمَا بَيْنَهُمْ قَالَ كَفِيلُهُ: أَسْأَلُكَ بِاللهِ يَا سَعِيدُ لَمَا زَوَّدْتَنَا مِنْ دُعَائِكَ وَكَلَامِكَ، فَإِنَّا لَنْ نَلْقَى مِثْلَكَ أَبَدًا، وَلَا نَرَى أَنَّا نَلْتَقِي إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ. قَالَ: فَفَعَلَ ذَلِكَ سَعِيدٌ فَخَلُّوا سَبِيلَهُ فَغَسَلَ رَأْسَهُ وَمِدْرَعَتَهُ وَكِسَاءَهُ وَهُمْ مُخْتَفُونَ اللَّيْلَ كُلَّهُ يُنَادُونَ بِالْوَيْلِ وَاللهْفِ، فَلَمَّا انْشَقَّ عَمُودُ الصَّبَّاحِ جَاءَهُمْ سَعِيدُ بْنُ جُبَيْرٍ فَقَرَعَ الْبَابَ، فَقَالُوا: صَاحِبُكُمْ وَرَبِّ الْكَعْبَةِ، فَنَزَلُوا إِلَيْهِ وَبَكَوْا مَعَهُ طَوِيلًا، ثُمَّ ذَهَبُوا بِهِ إِلَى الْحَجَّاجِ وَآخَرُ مَعَهُ، فَدَخَلَا إِلَى الْحَجَّاجِ، فَقَالَ الْحَجَّاجُ: أَتَيْتُمُونِي بِسَعِيدِ بْنِ جُبَيْرٍ؟ قَالُوا: نَعَمْ. وَعَايَنَّا مِنْهُ الْعَجَبَ. فَصَرَفَ بِوَجْهِهِ عَنْهُمْ، قَالَ: أَدْخِلُوهُ عَلَيَّ. فَخَرَجَ الْمُلْتَمِسُ فَقَالَ لِسَعِيدٍ: اسْتَوْدَعْتُكَ اللهَ، وَأَقْرَأُ عَلَيْكَ السَّلَامَ، قَالَ: فَأُدْخِلَ عَلَيْهِ، قَالَ لَهُ: مَا اسْمُكَ؟ قَالَ: سَعِيدُ بْنُ جُبَيْرٍ. قَالَ: أَنْتَ الشَّقِيُّ بْنُ كُسَيْرٍ. قَالَ: بَلْ كَانَتْ أُمِّي أَعْلَمُ بِاسْمِي مِنْكَ. قَالَ: شَقِيتُ أَنْتَ وَشَقِيَتْ أُمُّكَ، قَالَ: الْغَيْبُ يَعْلَمُهُ غَيْرُكَ. قَالَ: لَأُبْدِلَنَّكَ بِالدُّنْيَا نَارًا تَلَظَّى. قَالَ: لَوْ عَلِمْتُ أَنَّ ذَلِكَ بِيَدِكَ لَاتَّخَذْتُكَ إِلَهًا. قَالَ: فَمَا قَوْلُكَ فِي مُحَمَّدٍ؟ قَالَ: نَبِيُّ الرَّحْمَةِ، إِمَامُ الْهُدَى عَلَيْهِ الصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ. قَالَ: فَمَا قَوْلُكَ فِي عَلِيٍّ، فِي الْجَنَّةِ هُوَ أَوْ فِي النَّارِ؟ قَالَ: لَوْ دَخَلْتُهَا رَأَيْتُ أَهْلَهَا عَرَفْتُ مَنْ بِهَا. قَالَ: فَمَا قَوْلُكَ فِي الْخُلَفَاءِ؟ قَالَ: لَسْتُ عَلَيْهِمْ بِوَكِيلٍ. قَالَ: فَأَيُّهُمْ أَعْجَبُ إِلَيْكَ؟ قَالَ: أَرْضَاهُمْ لِخَالِقِي. قَالَ: فَأَيُّهُمْ أَرْضَى لِلْخَالِقِ. قَالَ: عِلْمُ ذَلِكَ عِنْدَ الَّذِي يَعْلَمُ سِرَّهُمْ وَنَجْوَاهُمْ. قَالَ: أَبَيْتَ أَنْ تَصْدُقَنِي. قَالَ: إِنِّي لَمْ أُحِبَّ أَنْ أَكْذِبَكَ. قَالَ: مَا بَالُكَ لَمْ تَضْحَكْ؟ قَالَ: وَكَيْفَ يَضْحَكُ مَخْلُوقٌ خُلِقَ مِنَ الطِّينِ، وَالطِّينُ تَأْكُلُهُ النَّارُ. قَالَ: مَا بَالُنَا نَضْحَكُ؟ قَالَ: لَمْ تَسْتَوِ الْقُلُوبُ. قَالَ: ثُمَّ أَمَرَ بِاللُّؤْلُؤِ وَالزَّبَرْجَدِ وَالْيَاقُوتِ فَجَمَعَهُ بَيْنَ يَدَيْ سَعِيدِ بْنِ جُبَيْرٍ، فَقَالَ لَهُ سَعِيدٌ: إِنْ كُنْتَ جَمَعْتَ هَذِهِ لِتَفْتَدِيَ بِهِ مِنْ فَزَعِ يَوْمِ الْقِيَامَةِ فَصَالِحٌ، وَإِلَّا فَفَزْعَةٌ وَاحِدَةٌ تَذْهَلُ كُلَّ مُرْضِعَةٍ عَمَّا أَرْضَعَتْ، وَلَا خَيْرَ فِي شَيْءٍ جُمِعَ لِلدُّنْيَا إِلَّا مَا طَابَ وَزَكَا، ثُمَّ دَعَا الْحَجَّاجُ بِالْعُودِ وَالنَّايِ فَلَمَّا ضُرِبَ بِالْعُودِ وَنُفِخَ بِالنَّايِ بَكَى سَعِيدُ بْنُ جُبَيْرٍ فَقَالَ لَهُ: مَا يُبْكِيكَ هُوَ اللهْوُ؟ قَالَ سَعِيدٌ: بَلْ هُوَ الْحُزْنُ، أَمَّا النَّفْخُ فَقَدْ ذَكَّرَنِي يَوْمًا عَظِيمًا يَوْمَ يُنْفَخُ فِي الصُّورِ، وَأَمَّا الْعُودُ فَشَجَرَةٌ قُطِعَتْ فِي غَيْرِ حَقٍّ، وَأَمَّا الْأَوْتَارُ فَإِنَّهَا مِعَاءُ الشَّاءِ يُبْعَثُ بِهَا مَعَكَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ. فَقَالَ الْحَجَّاجُ: وَيْلَكَ يَا سَعِيدُ. فَقَالَ سَعِيدٌ: الْوَيْلُ لِمَنْ زُحْزِحَ عَنِ الْجَنَّةِ وَأُدْخِلَ النَّارَ. قَالَ الْحَجَّاجُ: اخْتَرْ يَا سَعِيدُ أَيَّ قِتْلَةٍ تُرِيدُ أَنْ أَقْتُلَكَ؟ قَالَ: اخْتَرْ لِنَفْسِكَ يَا حَجَّاجُ، فَوَاللهِ مَا تَقْتُلُنِي قِتْلَةً إِلَّا قَتَلَكَ اللهُ مِثْلَهَا فِي الْآخِرَةِ. قَالَ: أَفَتُرِيدُ أَنْ أَعْفُوَ عَنْكَ. قَالَ: إِنْ كَانَ الْعَفْوُ فَمِنَ اللهِ، وَأَمَّا أَنْتَ فَلَا بَرَاءَةَ لَكَ وَلَا عُذْرَ. قَالَ: اذْهَبُوا بِهِ فَاقْتُلُوهُ. فَلَمَّا خَرَجَ مِنَ الْبَابِ ضَحِكَ، فَأُخْبِرَ الْحَجَّاجُ بِذَلِكَ فَأَمَرَ بِرَدِّهِ فَقَالَ: مَا أَضْحَكَكَ؟ قَالَ: عَجِبْتُ مِنْ جَرَاءَتِكَ عَلَى اللهِ وَحِلْمِ اللهِ عَنْكَ. فَأَمَرَ بِالنِّطْعِ فَبُسِطَ، فَقَالَ: اقْتُلُوهُ. قَالَ سَعِيدٌ: وَجَّهْتُ وَجْهِيَ لِلَّذِي فَطَرَ السَّمَوَاتِ وَالْأَرْضَ حَنِيفًا مُسْلِمًا وَمَا أَنَا مِنَ الْمُشْرِكِينَ. قَالَ: شُدُّوا بِهِ لِغَيْرِ الْقِبْلَةِ. قَالَ سَعِيدٌ: أَيْنَمَا تُوَلُّوا فَثَمَّ وَجْهُ اللهِ. قَالَ: كُبُّوهُ لِوَجْهِهِ. قَالَ سَعِيدٌ: {مِنْهَا خَلَقْنَاكُمْ، وَفِيهَا نُعِيدُكُمْ، وَمِنْهَا نُخْرِجُكُمْ تَارَةً أُخْرَى} [طه: 55] . قَالَ الْحَجَّاجُ: اذْبَحُوهُ. قَالَ سَعِيدٌ: أَمَا إِنِّي أَشْهَدُ وَأُحَاجَّ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ، وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ، وَأَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ، خُذْهَا مِنِّي حَتَّى تَلْقَانِي يَوْمَ الْقِيَامَةِ، ثُمَّ دَعَا سَعِيدٌ اللهَ فَقَالَ: «اللهُمَّ لَا تُسَلِّطْهُ عَلَى أَحَدٍ يَقْتُلُهُ بَعْدِي» . فَذُبِحَ عَلَى النِّطَعِ رَحِمَهُ اللهُ. قَالَ: وَبَلَغَنَا أَنَّ الْحَجَّاجَ عَاشَ بَعْدَهُ خَمْسَةَ عَشَرَ لَيْلَةً وَوَقَعَ الْأُكْلَةُ فِي بَطْنِهِ، فَدَعَا بِالطَّبِيبِ لَيَنْظُرَ إِلَيْهِ، ثُمَّ دَعَا بِلَحْمٍ مُنْتِنٍ فَعَلَّقَ فِي خَيْطٍ ثُمَّ أَرْسَلَهُ فِي حَلْقَةٍ فَتَرَكَهَا سَاعَةً، ثُمَّ اسْتَخْرَجَهَا وَقَدْ لَزَقَ بِهِ مِنَ الدَّمِ، فَعَلِمَ أَنَّهُ لَيْسَ بِنَاجٍ، وَبَلَغَنَا أَنَّهُ كَانَ يُنَادِي بَقِيَّةَ حَيَاتِهِ: «مَالِي وَلِسَعِيدِ بْنِ جُبَيْرٍ، كُلَّمَا أَرَدْتُ النَّوْمَ أَخَذَ بِرِجْلِي».

[2] سنن الترمذي (4/ 664)
2511 - حَدَّثَنَا عَلِيُّ بْنُ حُجْرٍ قَالَ: أَخْبَرَنَا إِسْمَاعِيلُ بْنُ إِبْرَاهِيمَ، عَنْ عُيَيْنَةَ بْنِ عَبْدِ الرَّحْمَنِ، عَنْ أَبِيهِ، عَنْ أَبِي بَكْرَةَ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «مَا مِنْ ذَنْبٍ أَجْدَرُ أَنْ يُعَجِّلَ اللَّهُ لِصَاحِبِهِ العُقُوبَةَ [ص:665] فِي الدُّنْيَا مَعَ مَا يَدَّخِرُ لَهُ فِي الآخِرَةِ مِنَ البَغْيِ وَقَطِيعَةِ الرَّحِمِ» هَذَا حَدِيثٌ صَحِيحٌ "
__________

[حكم الألباني] : صحيح.

0 komentar:

Posting Komentar