SELAMAT DATANG DI BLOG PONDOK PESANTREN MULYA ABADI, JL. MAGELANG KM 8.5 SLEMAN YOGYAKARTA, SEMOGA BLOG INI BISA MENJADI SILATURAHMI KITA UNTUK SALING BERBAGI

2011/11/15

KW 146: Dakwah ke Negri Aleppo (Chalab/حلب)



 (Bagian ke-146 dari seri tulisan Khalid bin Walid)

Setelah Khalid melaporkan kehebatan Damis, Abu Ubaidah perintah, “Panggillah hamba sahayamu! Saya ingin berbicara padanya!” Pada Suraqah.
Suraqah datang bersama Damis pada Abu Ubaidah.
Abu Ubaidah bertanya, “Kau bernama Damis?.”
Damis menjawab, “Betul, semoga Allah berbuat baik pada yang mulia.”
Abu Ubaidah berkata, “Saya telah menerima laporan tentang beberapa kelebihan yang kau miliki. Kau memang pantas menyandang kelebihan seperti itu, hanya saja agar kau dan kaummu sadar bahwa medan pertempuran kalian adalah tanah rata. Semalam saya melihat musuh mengintai kalian, hati-hatilah pada makar Bathriq Yuqana dari atas sana!.”
Damis berkata, “Semoga Allah memperlakukan yang mulia dengan baik. Saya sendirian pernah memerangi dan merampas harta kaum Mahrah. Medan perangnya sulit karena di atas gunung terjal dan tinggi. Keterjalan medan perang di sini masih kalah dibanding dengan medan di sana.”
Abu Ubaidah berkata, “Saya percaya kau pemberani dan lihai dalam berperang. Tetapi sebaiknya kau perhatikan anjuran saya.”
Damis menjawab, “Semoga Allah memperlakukan baik pada yang mulia. Terus terang ketika saya datang kemari, bermimpi.”
Abu Ubaidah bertanya, “Mimpi bagaimana? Semoga itu merupakan Petunjuk Allah untukmu.”
Damis berkata:
“Saya telah bermimpi mencari kaum saya di suatu tempat. Saya di atas gunung tinggi melihat kaum saya di bawah sama bingung. Saya menyeru mereka ‘hai kaumku! Ada apa kalian?’. Mereka menjawab ‘kenapa kami terjebak? Tidak ada jalan menuju keatas?’.
Saya berteriak ‘amatilah dengan seksama! Jalan kemari berupa celah itu’.
Mereka berkata ‘tidak ada calah sama sekali!’.
Saya berkata ‘yang benar?’.
Mereka menjawab ‘ada tapi dihuni oleh ular sangat besar yang suka memangsa manusia. Telah banyak orang dan pasukan yang dimangsa olehnya’.
Saya berkata ‘sebaiknya kalian membunuh bersama-sama’.
Mereka menjawab ‘kami takkan mampu melawan api dahsyat yang menyembur dari hidungnya’. Saya berteriak ‘carilah jalan yang dari belakangnya!.
Mereka menjawab ‘semua jalan telah tertutup oleh tubuhnya yang besar dan panjang sekali’. Saya turun melewati jalan yang sulit dan berbahaya, untuk mendekati ular dari belakang. Setelah ular saya bunuh, saya pergi untuk membawa naik kaum saya. Jalan sulit berbahaya berhasil kami lalui dengan selamat. Beruntung sekali tidak ada musuh yang menyerang, ketika kami sedang kesulitan naik’.
Lalu saya bangun dengan berbahagia.”
Abu Ubaidah berkata. “Kau telah bermimpi baik hai Damis. Ini kabar gembira bagi kaum Muslimiin, dan pertanda musuh akan segera hina" Lalu perintah, “Duduklah!.”
Abu Ubaidah perintah agar tokoh-tokoh Muslimiin dipanggil.

Di hadapan mereka Abu Ubaidah membaca, “Allahu akbar. Allah akan memberi Pertolongan dan Kemenangan, untuk merendahkan kekufuran. Hai Muslimiin semuanya! Dengarkanlah saudara kalian bernama Damis ini! Akan menjelaskan mengenai mimpinya, sebagai pelajaran dan pemacu semangat bagi yang mau berfikir.”

Ketika yang hadir telah lengkap, Abu Ubaidah berdiri untuk membaca, “Alhamdu lillahi washalla Allahu alaa RasuliHi wasallam" Lalu berkata, “Hai semuanya! Sungguh Allah yang berhak dipuji yang Maha Suci telah menjanjikan Kemenangan untuk kita di dalam Kitab-Nya, dan melalui lisan Nabi-Nya Muhammad SAW. Dan sejak dulu, Allah belum pernah menyelisihi Janji-Nya. Saya bernadzar jika Allah memberi Kemenangan kita menaklukkan kerajaan ini melalui usaha saya, saya akan melakukan kebaikan semampu saya. Saat ini saya yakin bahwa kita akan segera menaklukkan kerajaan ini in syaa Allah Taala walaa chaula walaa quwwata illaa billaahil Aliyyil Adliim. Mimpi pemuda ini merupakan petunjuk nyata bagi saya.”
Abu Ubaidah menyalami Damis lalu perintah, “Semoga Allah merahmati kau. Ceritakan pada mereka mengenai mimpimu!.”
Damis berdiri untuk berkisah, “Ketahuilah bahwa sungguh saya telah bermimpi.”
Dia mengkisahkan mimpinya mulai awal hingga akhir.
Beberapa orang mendekat untuk bertanya pada Abu Ubaidah, “Kami telah mendengarkan mimpi yang dia ceritakan, lalu bagaimanakah takwilnya?.”
Abu Ubaidah berkata, “Semoga Allah menyayang kalian. Gunung tinggi yang sulit didaki adalah agama Islam dan Sunnah Muhammad SAW. Ular besar yang dia bunuh dengan pedangnya; berarti yang akan menaklukkan kerajaan ini adalah dia.”
Kaum Muslimiin mendengarkan keterangan Abu Ubaidah dengan perasaan senang. Mereka berkata, “Yang mulia, lalu kita sebaiknya bagaimana?.”
Abu Ubaidah perintah, “Takutlah pada Allah secara samar maupun terang-terangan! Lalu lancarkan makar pada musuh dengan kompak dan tabah! Sekarang silahkan pulang ke barak kalian! Semoga Allah melindungi kalian. Persiapkan senjata untuk serangan berikutnya! Saya akan perintah agar kalian menyerbu mereka besok lusa. Semua kebijakan saya berdasarkan musyawarah bersama orang-orang kepercayaan saya.”
Kaum Muslimiin berwajah cerah berkata, “Semoga Allah memberi Taufiq pada yang mulia, untuk menaklukkan lawan. Sungguh Allah Maha mendengar Maha Alim" Bersaut-sautan.

Kaum Muslimiin kembali pada barak pengungsian, untuk mempersiapkan serangan besok lusa.
Ada yang mengasah senjata, ada yang membenahi kuda dan senjata, ada yang mencari perisai, ada yang mencari busur dan anak panah panjang. Semuanya sibuk dengan perasaan bahagia hingga tahu-tahu hari telah petang.

Di pagi yang indah itu Abu Ubaidah memanggil untuk bertanya pada Damis, “Hai pemuda yang dibarakahi, bagaimana pendapatmu mengenai penaklukan kerajaan ini?.”
Damis menjawab, “Yang mulia, kerajaan ini berada di atas tanah yang sangat tinggi yang sulit sekali dijangkau. Saya telah merencanakan sebuah siasat yang saya harap Allah membimbing menaklukkan mereka. Atas Kehendak Allah kita akan menaklukkan mereka.”
Abu Ubaidah bertanya, “Bagaimana rencana itu ya Damis?.”
Damis berdoa, “Semoga Allah berbuat baik pada yang mulia. Yang mulia tahu bagaimana bahayanya jika rahasia dibocorkan. Orang yang bisa menyimpan rahasia pertanda akan berhasil meraih harapan dan cita-citanya.
Abu Ubaidah bertanya, “Apa yang harus saya lakukan berkenaan rencanamu?.”

Bersambung.

0 komentar:

Posting Komentar