SELAMAT DATANG DI BLOG PONDOK PESANTREN MULYA ABADI, JL. MAGELANG KM 8.5 SLEMAN YOGYAKARTA, SEMOGA BLOG INI BISA MENJADI SILATURAHMI KITA UNTUK SALING BERBAGI

2011/11/04

Bedah Ibnu Katsir


أَلَمْ تَرَ إِلَى الَّذِينَ خَرَجُوا مِنْ دِيَارِهِمْ وَهُمْ أُلُوفٌ حَذَرَ الْمَوْتِ فَقَالَ لَهُمُ اللَّهُ مُوتُوا ثُمَّ أَحْيَاهُمْ إِنَّ اللَّهَ لَذُو فَضْلٍ عَلَى النَّاسِ وَلَكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ لَا يَشْكُرُونَ [البقرة/243]
Apakah kau belum mengerti pada orang-orang yang telah keluar dari kampung-kampung mereka yang berjumlah ribuan, karena takut mati? Maka Allah berfirman pada mereka, “Matilah!” lalu menghidupkan mereka. Sungguh Allah niscaya memiliki kefadhalan atas manusia namun tetapi lebih banyaknya manusia tidak bersyukur.
Ibnu Katsir adalah tafsir Al-Qur’an bahasa Arab yang banyak dibaca oleh ulama di dunia. Penulis pernah bertanya pada KH Nur Asnawi, “Apakah KH Nur Hasan mengkaji Ibnu Katsir di Makkah?.” Beliau menjawab, “Ya, tetapi yang pertama kali dikaji di Makkah Adzkar li Annawawi dan Jalalain.” Ibnu Katsir termasuk mufassir yang sangat teliti: تفسير ابن كثير - (ج 1 / ص 661)
قال وكيع بن الجراح في تفسيره: حدثنا سفيان عن ميسرة بن حبيب النهدي، عن المنهال بن عمرو الأسدي عن سعيد بن جبير عن ابن عباس: { أَلَمْ تَرَ إِلَى الَّذِينَ خَرَجُوا مِنْ دِيَارِهِمْ وَهُمْ أُلُوفٌ حَذَرَ الْمَوْتِ } قال: كانوا أربعة آلاف خرجوا فرارًا من الطاعون قالوا: نأتي أرضًا ليس بها موت حتى إذا كانوا بموضع كذا وكذا قال الله لهم موتوا فماتوا فمر عليهم نبي من الأنبياء فدعا ربه أن يحييهم فأحياهم، فذلك قوله عز وجل: { أَلَمْ تَرَ إِلَى الَّذِينَ خَرَجُوا مِنْ دِيَارِهِمْ وَهُمْ أُلُوفٌ حَذَرَ الْمَوْتِ } الآية وذكر غير واحد من السلف أن هؤلاء القوم كانوا أهل بلدة في زمان بني إسرائيل استوخموا أرضهم وأصابهم بها وباء شديد فخرجوا فرارًا من الموت إلى البرية، فنزلوا واديًا أفيح، فملأوا ما بين عدوتيه فأرسل الله إليهم ملكين أحدهما من أسفل الوادي والآخر من أعلاه فصاحا بهم صيحة واحدة فماتوا عن آخرهم موتة رجل واحد فحيزوا إلى حظائر وبني عليهم جدران وقبور [وفنوا] وتمزقوا وتفرقوا فلما كان بعد دهر مَرّ بهم نبي من أنبياء بني إسرائيل يقال له: حزقيل فسأل الله أن يحييهم على يديه فأجابه إلى ذلك وأمره أن يقول: أيتها العظام البالية إن الله يأمرك أن تجتمعي فاجتمع عظام كل جسد بعضها إلى بعض، ثم أمره فنادى: أيتها العظام إن الله يأمرك بأن تكتسي لحمًا وعصبًا وجلدًا. فكان ذلك، وهو يشاهده ثم أمره فنادى: أيتها الأرواح إن الله يأمرك أن ترجع كل روح إلى الجسد الذي كانت تعمره. فقاموا أحياء ينظرون قد أحياهم الله بعد رقدتهم الطويلة، وهم يقولون: سبحانك [اللهم ربنا وبحمدك] لا إله إلا أنت وكان في إحيائهم عبرة ودليل قاطع على وقوع المعاد الجسماني يوم القيامة ولهذا قال: { إِنَّ اللَّهَ لَذُو فَضْلٍ عَلَى النَّاسِ } أي: فيما يريهم من الآيات الباهرة والحجج القاطعة والدلالات الدامغة، { وَلَكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ .لا يَشْكُرُونَ } أي: لا يقومون بشكر ما أنعم الله به عليهم في دينهم ودنياهم

Artinya:
Waki bin Al-Jarrach (وَكيعُ بنُ الجَرّاحِ) berkata di dalam kitab tafsirnya, “Guru kami bernama Sufyan murid Maisarah bin Chabib Annahdi murid Al-Minhal Al-Asadi murid Said bin Jubair murid Ibnu Abbas bercerita pada kami tentang Firman ‘(أَلَمْ تَرَ إِلَى الَّذِينَ خَرَجُوا مِنْ دِيَارِهِمْ وَهُمْ أُلُوفٌ حَذَرَ الْمَوْتِ/apakah kau belum mengerti pada orang-orang yang keluar dari kampung-kampung mereka yang (berjumlah) ribuan, karena takut mati?)’. 
Dia berkata ‘jumlah mereka 4.000 orang, keluar (dari kampung-kampung) karena menjauhi penyakit thaun (الطَّاعُوْنُ)’. Mereka berkata ’kami akan datang pada tempat yang aman dari kematian’. Hingga ketika mereka sampai di suatu tempat, Allah berfirman ‘matilah!’ sontak mereka mati. 
Seorang nabi yang lewat di tempat itu berdoa agar Tuhannya menghidupkan mereka. Allah pun menghidupkan mereka. Itulah yang dimaksud Firman-Nya azza wajalla {أَلَمْ تَرَ إِلَى الَّذِينَ خَرَجُوا مِنْ دِيَارِهِمْ وَهُمْ أُلُوفٌ حَذَرَ الْمَوْتِ} الآية.

Lebih dari seorang alim berkata, “Sungguh mereka kaum yang tinggal di Baldah (بَلْدَةُ) pada zaman Bani Israil, menderita demam dan terserang wabah ganas di kota mereka. Mereka meninggalkan tanah kelahiran menuju suatu tempat untuk menghindari kematian. Mereka menempati dan memenuhi lembah yang luas. 
Allah mengutus dua malaikat agar berteriak dari atas dan dari bawah lembah. Mereka berteriak serempak hingga semuanya mati bersama-sama; tak ada satu pun yang hidup. Mayat mereka berserakan memenuhi tempat yang sangat luas. Bangkai mayat-mayat itu ditutup dinding melingkar hingga akhirnya sama lepas termakan bakteri pengurai. 
Ketika waktu telah bergulir, seorang nabi dari Bani Israil bernama Chizqil (حِزْقيل) lewat. Dia berdoa agar Allah menghidupkan mereka melalui perantaraan dia. Allah mengabulkan dan perintah agar dia berkata, “Hai tulang belulang yang telah keropos! Sungguh Allah perintah agar kalian bersatu lagi menjadi jasad lagi!” lalu diperintah agar berkata, “Hai tulang belulang! Allah perintah agar kalian berbusana daging otot dan kulit!” ternyata tulang-tulang itu mengikuti perintahnya. 
Allah perintah agar dia menyeru, “Hai ruh-ruh! Allah perintah agar kalian kembali pada jasad yang pernah kalian tempati!,” pada tulang-tulang yang telah menjadi jasad itu. Jasad-jasad itu sama berdiri dalam keadaan hidup dan bisa melihat lagi. Allah menghidupkan lagi pada mereka yang telah meninggal lama. Mereka bertasbih, “SubhanaKa Allahumma Rabbanaa wabichamdiKa laa Ilaaha illaa Anta (سبحانك اللهم ربنا وبحمدك لا إله إلا أنت).”

Konon menghidupkan pada mereka merupakan ibarat dan petunjuk nyata bahwa di hari kiamat nanti jasad makhluq akan hidup lagi sebagai mereka. Oleh karena itu lalu Allah berfirman, “Sesungguhnya Allah niscaya memiliki kefadholan atas manusia {إِنَّ اللَّهَ لَذُو فَضْلٍ عَلَى النَّاسِ},” maksudnya mengenai kenyataan bebentuk ayat-ayat dan hujah nyata dan dalil-dalil yang jelas sekali. Tetapi sungguh lebih banyaknya manusia tidak bersukur {وَلَكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ لا يَشْكُرُونَ}. Maksudnya tidak mensukuri kenikmatan hidayah (agama) dan dunia yang dianugerahkan oleh Allah pada mereka.

0 komentar:

Posting Komentar