Di zaman Nabi Musa AS, ada sebuah keluarga miskin yang pekerjaan mereka menyeberangkan orang dengan perahu. Keluarga yang terdiri dari 10 anak laki-laki cacat itu, telah ditinggalkan oleh ayahnya. Harta warisan paling berharga mereka 'perahu'. Anak terbesar penderita lepra, yang kedua bermata buta, yang ketiga pincang kakinya, yang keempat besar sekali 'testis satunya', yang kelima menderita panas sejak kecil.
Mereka berlima, mencari makan untuk lima saudara yang cacat lebih berat: 1). Buta. 2). Tuli. 3). Bisu. 4). Lumpuh. 5). Gila.
Walau begitu Allah Maha Pengasih pada semua Hamba-Nya, bahkan Rahmat-Nya yang Maha Luas memuat segala sesutu.
Walau perahu mereka, paling baik di antara lainnya, tetapi tidak begitu laku karena beberapa hal. Sementara perahu-perahu tetangga laris mendatangkan rizqi melimpah. Lima pendayung perahu itu tertegun ketika mengamati Nabi Khadhir, Nabi Musa, dan Yusya calon pengganti Nabi Musa AS. Meskipun tiga orang agung bertubuh lusuh itu dituduh, “Pencopet,” oleh para penumpang. Namun mereka berlima menghentikan perahu agar mereka bertiga naik.
Ketika perahu telah berlayar ke tengah laut, tiba-tiba Khadhir mengayunkan kapak untuk membobol lantai perahu. Musa terkejut dan bertanya, “Kenapa kau membobol lantai perahu? Agar penumpangnya sama tenggelam? Sungguh kau telah melakukan kejahatan dahsyat?,” dengan marah.
Ketika perahu telah berlayar ke tengah laut, tiba-tiba Khadhir mengayunkan kapak untuk membobol lantai perahu. Musa terkejut dan bertanya, “Kenapa kau membobol lantai perahu? Agar penumpangnya sama tenggelam? Sungguh kau telah melakukan kejahatan dahsyat?,” dengan marah.
Abul-Aliyah (أبو العالية) murid Ibnu Abbas berkata: تفسير القرطبي - (ج 11 / ص 19)
لم ير الخضر حين خرق السفينة غير موسى وكان عبدا لا تراه إلا عين من أراد الله له أن يريه، ولو رآه القوم لمنعوه من خرق السفينة
Artinya:
Ketika Khadhir membobol lantai perahu, tidak ada yang melihat kecuali hanya Nabi Musa. Khadhir AS, seorang hamba yang tidak bisa dilihat oleh mata, kecuali yang dikehendaki oleh Allah. Kalau para penumpang melihat, pasti telah mencegah pembobolan perahu itu.
Kesimpulan: 1). Kalau seluruh manusia dijadikan cacat oleh Allah; Allah tetap Maha Murah. 2). Bersukurlah sebagai orang yang tidak menderita cacat dan tidak miskin, karena itu Anugrah Allah yang Maha Besar. 3). Anugerah kaum Cacat lebih besar, jika bersabar.
Ponpes Mulya Abadi Mulungan
Ponpes Mulya Abadi Mulungan
0 komentar:
Posting Komentar