SELAMAT DATANG DI BLOG PONDOK PESANTREN MULYA ABADI, JL. MAGELANG KM 8.5 SLEMAN YOGYAKARTA, SEMOGA BLOG INI BISA MENJADI SILATURAHMI KITA UNTUK SALING BERBAGI

2011/06/17

KW 81: Setelah Leher Bathriq Luqa Diputus

(Bagian ke-81 dari seri tulisan Khalid bin Walid)

Dengan marah, Raja Jabalah mendekati Abdur Rohman dan berkata, “Hai anak muda! Kau telah melewati batas atas kami!.”
Abdur Rohman menjawab, “Kok bisa kamu bilang begitu? Melewati batas bukan sifat kami.”
Jabalah berkata, “Karena kau telah membunuh orang-orang kami. Saya kemari bukan untuk melawanmu, karena kau bukan lawan yang seimbang. Saya kemari karena seorang temanmu itu telah membantumu! Ini berarti kau tidak kesatria, perkelahian ini tidak adil.”
Abdur Rohman tersenyum dan berkata, “Hai anak Aiham! Kau akan menipuku padahal saya murid Imam Ali RA. Saya telah mendampingi dia dalam sejumlah acara penting dan peperangan.”
Jabalah berkata, “Yang saya ucapkan adalah benar bukan menipumu.”
Abdur Rohman berkata, “Kalau kau benar sekarang mari berkelahi! Seranganmu akan saya hadapi.”
Jabalah kehabisan akal karena Abdur Rohman tidak mudah ditipu. Dia merayu, “Maukah kau kuangkat sebagai tokoh besar kami dengan cara kau saya masukkan ke dalam air Amudiyah (المعمودية)?.[1] Agar kau suci dari dosa seperti ketika lahir dari perut ibumu?. Kau akan kami jadikan pasukan Salib dan Injil, agar selanjutnya bisa makan kurban dan  menjadi orang dekat Raja Hiraqla. Selanjutnya kau akan saya kunikahkan dengan anak perempuanku untuk bergabung menikmati hudup bersamaku. Kau akan kujadikan orang terhormat dengan kekuasaanku. Sayalah orang masyhur yang namanya pernah disebut oleh penyair nabimu dalam untaian syairnya.” [2]
Jabalah melantunkan syair karya Chasan bin Tsabit dengan suara memukau lalu berkata, “Bergegaslah kemari untuk menerima tawaran saya dan agar kau selamat dari maut. Selanjutnya hidup berbahagia.”  
Abdur Rohman berkata, “Laa Ilaaha illaa Allahu wahdahu laa syariika lah (لا إله إلا الله وحده لا شريك له)! Hai anak orang tercela! Masyak kamu mengajak saya meninggalkan hidayah menuju kesesatan? Dari iman menuju kekafiran dan kebodohan? Saya sudah mantap memeluk keimananku dan telah tahu kebenaran dan kekeliruan. Saya membenarkan Nabi Allah dan membenci orang yang mengkufuri Allah! Ayolah kalau mau berkelahi tak perlu merayu segala! Seranglah kalau ingin menyerang! Kau akan kupukul dengan pedang penghantar ke alam baka dan pemotong hidungmu. Agar orang-orang Arab tak memuji-mujimu sebagai orang yang mengkufuri Rohman penyembah Sulban (صُلْبَانٌ).”[3]
Jabalah marah dan bergerak cepat mengayunkan tombak ke arah Abdur Rohman. Abdur Rohman menghindar dan mematahkan tombak Jabalah dengan pedang. Jabalah membuang sisa tombak dan mengunus pedangnya. Pedang kebanggaan putih berkilau itu berasal dari kota Kindah. Yang sudah-sudah, pedang itu mampu memutuskan apa saja yang dianggap keras.
Abdur Rohman menyerang dengan sengit hingga membuat orang-orang takjub oleh jurus-jurus mautnya yang membuat Jabalah kuwalahan menghadapinya. Jabalah menyerang hingga pedangnya berbunyi, “Tang!,” karena berbenturan dengan pedang Abdur Rohman. Perisai Jabalah robek oleh tebasan pedang Abdur Rohman.[4] Pedang Abdur Rohman menebas helm perang Jabalah hingga bengkok, namun berhasil melukai Jabalah. Jabalah mengayunkan pedang sekuat tenaga; Abdur Rohman menghindar, namun rajutan besi pelindung leher dan pakaiannya terkoyak. Tebasan pedang selanjutnya mengoyak lengan Abdur Rohman hingga darahnya bercucuran. Abdur Rohmn memacu kudanya menuju Khalid bin Al-Walid.
Khalid bertanya, “Kau telah terluka olehnya?.”
Abdur Rohman menjawab, “Betul,” sambil menunjukkan lukanya yang serius.
Kaum Muslimiin menurunkan Abdur Rohman dari kuda dan mengobati lukanya. Khalid berkata, “Hai putra Asshiddiiq! Jika Jabalah telah melukaimu! Demi kebenaran bai’at pada ayahmu![5] Mereka akan saya buat sedih dengan tawananku, sebagaimana mereka telah membuatku sedih karena lukamu.” Khalid berteriak, “Hamam! Bawa kemari tawananku!.”
Oleh Hamam, Bathriq Luqa dihadapkan pada Khalid dalam keadaan gemetar. Pedang Khalid bergerak cepat menebas leher Bathriq Luqa. Semua orang terperanjat menyaksikan darah menyembur dan kepala lepas dari tubuh Bathriq Luqa. Jantung kaum Romawi seakan berhenti, mata mereka terbelalak.
Raja Jabalah marah, “Kalian curang! Telah membunuh sahabat kami” Lalu berteriak, “Hai semuanya serang mereka ini!.”
Kini lautan pasukan bersenjata tajam yang mengepung kaum Muslimiin bergerak mendekat; sebagian telah menyerang.
Khalid perintah, “Tugasmu melindungi Abdur Rohman,“ pada Hamam. Pada yang lain, Khalid perintah, “Jangan keluar dari lingkaran ini. Pertolongan Allah akan datang segera!.”
Lingkaran sahabat nabi SAW dikepung dan diserbu dari segala penjuru oleh lautan pasukan Romawi dan kaum Arab Nashrani. Ternyata para sahabat nabi bisa mengimbangi serangan pasukan yang melaut itu dalam waktu cukup lama.
Saat paling mendebarkan ialah ketika Khalid telah mengamuk dengan pedangnya; banyak musuh yang berguguran bersimbah darah dan tewas. Yang masih hidup lari tunggang-langgang. Kaum Muslimiin terkuras tenaga mereka hingga keringat mereka bercucuran dan merasa kehausan. Rafi’ bin Umairah berkata pada Khalid, “Kita terlanda qodrat.”
Khalid menjawab, “Ya putra Umairah! Ini termasuk karena saya lupa membawa peci yang dibarokahi.”[6]
Di satu sisi kaum Muslimiin sudah terlalu capek dan haus; namun kaum Romawi yang berguguran bermandi darah sangat banyak sekali.
Ada suara yang tak diketahui berasal dari mana: “Tenang hai pembawa Al-Qur’an! Pertolongan dari Rohman telah datang pada kalian! Kalian ditolong untuk mengalahkan penyembah berhala! Kalian telah mengalami kesusahan dan telah berjuang maksimal.”

Saat itu Abu Ubaidah dan pasukannya yang termasuk di antaranya adalah Ischaq bin Abdillah, berada di wilayah Syairazah. Malam itu kaum Muslimiin terkejut karena Abu Ubaidah keluar dari tendanya sambil berkata, “Hai Muslimiin semuanya! Ayo segera berangkat! Kaum yang bertauhid sedang dikepung musuh.”
Pasukan Muslimiin bergegas berkumpul di hadapan Abu Ubaidah, sebagian mereka berkata, “Wahai pimpinan! Ada apa?.”
Abu Ubidah berkata, “Dalam tidurku barusan, saya bermimpi melihat Rasulallah SAW datang dan menarikku sambil bersabda dengan terbata-bata ‘hai putra Al-Jarrach! Kenapa kau justru tidur? Tidak membantu kaum yang mulia? Bediri dan susullah Khalid bin Al-Walid yang sedang dikepung lawan menjijjikkan! In syaa Allah Rabbul aalamiin masih ada kesempatan menyusul kesana!’.”
Pasukan Muslimiin bergegas mengenakan baju dan helm perang berajut besi pelindung leher. Mereka  memacu kuda dengan cepat, menuju regu Khalid bin Al-Walid yang telah lelah. Yang telah berlari cepat sekali mengendarai kudanya mendahului lainnya adalah istri Khalid bin Al-Walid.
Abu Ubaidah berlari di depan pasukan menyaksikan seorang jauh di depannya memacu kuda dengan kecepatan tinggi sekali. Abu Ubaidah perintah sejumlah pria agar mengejar dan menangkap dia yang mencurigakan.
Orang-orang tak mampu menangkap dia karena lari kudanya cepat sekali. Abu Ubaidah heran hingga menyangka dia adalah malaikat yang diutus oleh Allah agar berlari di depan pasukan. Abu Ubaidah mengejar dan berteriak, “Hai pengendara kuda yang gagah! Pelan-pelan! Semoga Allah merahmatimu!.”
Dia berhenti; Abu Ubaidah terkejut. Setelah diamati, ternyata dia Umu Taim, istri Khalid bin Al-Walid. Abu Ubaidah bertanya, “Kenapa kau memacu kudamu cepat sekali mendahului kami?.”
Umu Taim berkata, “Wahai pimpinan! Saat saya tadi mendengar teriakan kau ‘Khalid dikepung musuh’; saya berkata ‘sampai kapanpun Khalid takkan terkalahkan lawan, karena dia membawa jambul Al-Mushthafa di pecinya’. [7] Tiba-tiba saya melihat peci Khalid yang dibarokahi itu ketinggalan. Dia lupa tidak mengenakannya. Saya segera mengambil peci itu dan berlari kencang dengan kuda untuk menghantarkan pada Khalid.”   
Abu Ubaidah perintah, “Pergilah secepatnya untuk menghantarkannya! Semoga mendapat barokah dan pertolongan Allah.”


[1] Air Amudiyah ialah air suci, menurut kaum Nashrani. Dulu ketika Wardan panglima perang Raja Hiraqla akan berangkat menyerang Khalid juga masuk dulu pada air Amudiyah. Lihat di: http://mulya-abadi.blogspot.com/2011/03/khalid-bin-al-walid-by-kh-shobirun_25.html
[2] Penyair nabi bernama Chasan bin Tsabit. Dia sering ditugaskan membuat syair untuk membalas fitnah dan tuduhan orang-orang kafir, terkadang disuruh menantang musuh melalui sayir.
[3] Bentuk jamak dari Salib adalah Sulban.
[4] Perisai dia yang disebut Addarok (الدَّرَقُ) dari kulit yang telah diolah hingga keras sekali.
[5] Mungkin Khalid tidak tahu bahwa bersumpah dengan selain Nama Allah terlarang.
[6] Tulisan aslinya dalam kitab Futuchtus-Syam,لاني نسيت القلنسوة المباركة ولم اصحبها معي.” Ada yang meriwayatkan: Orang yang mengenakan peci Khalid yang disisipi jambul nabi itu, tidak akan merasa haus, dan jika menyerang musuh pasti menang. Mungkin menganggap rambut nabi barokah tidak syirik; sedangkan selain itu harom.
[7] Al-Mushthafa artinya orang pilihan, maksudnya Nabi Muhammad SAW.

0 komentar:

Posting Komentar