(Bagian ke-80 dari seri tulisan Khalid bin Walid)
Termasuk yang tampak sangat khawatir, penguasa kota Amuriyah yang sejak tadi mengamati Khalid telah menguasai Bathriq Luqa penguasa kota Qinasrin. Dia khawatir jika Khalid membunuh penguasa itu.
Dia menghadap Raja Jabalah untuk berkata, “Demi Allah! Kaum Arab ini, para syaitan. Lihatlah betapa menakjubkan: satu orang membawahi sepuluh prajurit, telah dikepung pasukan berjumlah sebanyak ini, tidak takut. [1] Bahkan telah menangkap tokoh kita dengan ketat, tidak mudah dilepaskan. Sungguh saya sangat khawatir jika dia membunuh tokoh kita yang sangat dicintai oleh Raja Hiraqla. Datang dan katakan pada orang Arab itu ‘lepaskan sahabat kami agar bergabung pada kami’. Rayulah agar mau melepaskannya! Jika telah lepas, mereka kita serang dan kita bunuh dengan serempak!.”
Dia menghadap Raja Jabalah untuk berkata, “Demi Allah! Kaum Arab ini, para syaitan. Lihatlah betapa menakjubkan: satu orang membawahi sepuluh prajurit, telah dikepung pasukan berjumlah sebanyak ini, tidak takut. [1] Bahkan telah menangkap tokoh kita dengan ketat, tidak mudah dilepaskan. Sungguh saya sangat khawatir jika dia membunuh tokoh kita yang sangat dicintai oleh Raja Hiraqla. Datang dan katakan pada orang Arab itu ‘lepaskan sahabat kami agar bergabung pada kami’. Rayulah agar mau melepaskannya! Jika telah lepas, mereka kita serang dan kita bunuh dengan serempak!.”
Pasukan Nashrani Arab yang mengepung regu Khalid makin banyak dan rapat. Hamam menodongkan senjata tajam pada Bathriq Luqa yang diikat erat, untuk menahan serangan pasukan lawan.
Kaum Nashrani yang berani berteriak, Raja Jabalah, “Kalian sahabat Muhammad yang mana?! Jangan-jangan hanya pengikutnya?! Katakan selebelum kami membunuh kalian!.”
Khalid menjawab, “Kami benar-benar sahabat Muhmmad (المختار/pilihan). Di kalangan masyarkat, kami dikenal sebagai Ahli Qiblat, Islam, kaum Sopan, dan kaum Baik Hati. Adapun pertanyaanmu tentang garis keturunan kami? Kami ini dari kabilah-kabilah yang berbeda, namun Allah telah menjadikan kalimat kami sama: Laa Ilaaha illaa Allah Muhammadun Rasul Allah (لا إله إلا الله محمد رسول الله). Semoga Allah menambahi Kemuliaan pada Nabi SAW.”
Jabalah marah dan menggertak, “Kau pimpinan pasukan Arab yang kemari itu?.”
Khalid menjawab, “Saya bukan pimpinan mereka. Saya hanya saudara mereka di dalam Islam.”
Jabalah bertanya, “Kau tergolong sahabat Muhammad?.”
Khalid menjawab, “Sayalah pahlawan dari keluarga Bani Makhzum bernama Khalid bin Al-Walid, sahabat Rasulillah SAW. Yang di kananku Abdur Rohman bin Abi Bakr; yang di kiriku orang Yaman bernama Rafi’ bin Umairah (رافع بن عميرة الطائي) menantu dan buah hatiku. Dia lelaki yang lulus seleksi dari beberapa kabilah, sebagai pemuda sangat pemberani. Kau jangan menyangka membunuh kami, mudah! Jangan bangga hanya karena pasukan kalian terlalu banyak! Gambaran kalian saat ini bagaikan kawanan burung di dalam sarang yang telah diketahui oleh pemburu. Si pemburu telah meletakkan perangkap. Semua akan tertangkap kecuali hanya sedikit.”
Kemarahan Jabalah pada Khalid membuat susana semakin tegang. Apa lagi ketika dia menggertak Khalid, “Kau akan tahu bahwa kekalahan, justru akan menimpa dirimu sendiri! Yaitu ketika senjata kami telah kami tebaskan! Kau dan orang-orangmu akan kami bunuh untuk diberikan pada binatang buas di hutan itu! Agar dicabik-cabik untuk sarapan pagi dan makan malam.”
Khalid berkata, “Dalam agama kami, tidak ada yang menakutkan! Justru kamulah orang yang seharusnya takut neraka! Karena kamu menyembah Salib.”
Jabalah berkata, “Sayalah raja keturunan Ghasan yang tergolong raja negeri Hamdan. Sayalah Jabalah bin Al-Aiham.”
Khalid berkata, “Kamu telah murtad dari agama Islam. Barang siapa memilih kesesatan menyingkirkan hidayah (petunjuk), dan memilih jalan durhaka, berari telah sesat.”
Jabalah menjawab, “Saya tidak demikian. Saya justru telah memilih kemuliaan menyingkirkan kehinaan dan kerendahan.”
Khalid berkata, “Ambisimu justru akan merendahkanmu. Yang benar kemuliaan adalah kota di surga abadi, yang jauh dari kampung hina.”
Jabalah berkata, “Hai keturunan Makhzum! Jangan banyak bicara! Adanya saya mengulur umurmu dan kaummu, karena kau menawan dia. Saya khawatir jika kami menyerang kalian; kalian membunuh dia, padahal dia orang penting dan keluarga dekat Raja Hiraqla. Lepaslah dia! Saya akan berbuat baik pada kalian!.”
Khalid berkata, “Tawananku takkan saya lepaskan dari tanganku karena akan saya bunuh! Saya takkan peduli apapun yang akan terjadi setelah itu! Adapun rencanamu akan menyerang kami dengan seluruh pasukan sebanyak ini! Kalau memang berani silahkan ayo lakukan! Jumlah kalian sangat banyak! Pasukan saya hanya sepuluh! Kalau kalian berhasil membunuh kami, berarti kalian bisa menyelamatan pimpinan kalian yang kutawan ini! Namun jika Allah membuat kami menang, kalian akan kami bunuh! Sekarang juga besiaplah perang! Tiada pertolongan kecuali dari Allah! Tewasnya tawananku takkan menyusahkan kalian, jika kalian kubunuh sebelum dia!.”
Raja Jabalah menundukkan wajah kehabisan akal. Dia menjelaskan pada penguasa kota Amuriyah mengenai perbincangannya dengan Khalid.
Penguasa Amuriyah marah dan menghunus pedangnya.
Khalid mengamati orang berpangkat Bathriq itu bergerak dengan pedang terhunus, untuk menyerang. Langkah dan gerak sang batrhiq itu berhenti oleh gertakan Raja Jabalah, “Jangan! Kembali lagi!.”
Penguasa Amuriyah marah dan menghunus pedangnya.
Khalid mengamati orang berpangkat Bathriq itu bergerak dengan pedang terhunus, untuk menyerang. Langkah dan gerak sang batrhiq itu berhenti oleh gertakan Raja Jabalah, “Jangan! Kembali lagi!.”
Sang bathriq kembali lagi ke bawah Salib di sisi Raja Jabalah.
Raja Jabalah berjalan mendekati Khalid untuk berkata, “Hai keturunan Makhzum! Kau benar. Peperangan ada dua kemungkinan, menang katau kalah. Tapi kaum kami tidak mau tahu tentang hal itu, mau mereka menyerang kalian. Setelah saya ajak berbicara, mereka setuju jika kita berperang satu lawan satu. Dari kalian yang akan maju silahkan!.”
Raja Jabalah berjalan mendekati Khalid untuk berkata, “Hai keturunan Makhzum! Kau benar. Peperangan ada dua kemungkinan, menang katau kalah. Tapi kaum kami tidak mau tahu tentang hal itu, mau mereka menyerang kalian. Setelah saya ajak berbicara, mereka setuju jika kita berperang satu lawan satu. Dari kalian yang akan maju silahkan!.”
Khalid bergerak untuk mengabulkan tantangan, namun dihalang-halangi oleh Abdur Rohman bin Abi Bakr Asshiddiq, “Ya Ayah Sulaiman! Demi kubur yang ditempati oleh nabi SAW dan demi uban Abu Bakr RA! Seorangpun jangan mengabulkan tantangan ini keculi saya! Saya akan berjuang dengan tekat besar untuk menyusul ayahku Abu Bakr Asshiddiq.”
(Mungkin Abdur Rohman RA tidak tahu bahwa bersumpah dengan selain Nama Allah, larangan dalam Islam).
(Mungkin Abdur Rohman RA tidak tahu bahwa bersumpah dengan selain Nama Allah, larangan dalam Islam).
Khalid perintah, “Silahkan! Semoga Allah mensyukuri ucapan dan perjuanganmu.”
Abdur Rohman memacu kuda besar bekas milik Umar, untuk mendekat. Saat paling mendebarkan, ketika Abdur Rohman berbaju perang dan berhelm perang berrajut besi pelindung leher. Dengan gagah dia memacu kuda di hadapan barisan pasukan Romawi. Bibirnya meneriakkan, “Ayo siapa yang akan berperang denganku! Akulah putra Asshiddiq.”
Orang-orang terpukau oleh untaian syair yang dilantunkan:
Aku Hamba Allah Pemilik Keagungan
Pemilik Kemuliaan
Ayahku agung, benar jika bicara
Saya membela Islam bukan hanya berbicara
Tantangan Abdur Roman ditanggapi oleh lima orang berkuda gagah berani.
Abdur Roman bergerak cepat melancarkan serangan mematikan. Dalam beberapa tebasan seorang dari mereka gugur bersimbah darah. Serangan berikutnya makin ganas, membuat mereka berempat tewas oleh tusukan tombaknya.
Abdur Roman bergerak cepat melancarkan serangan mematikan. Dalam beberapa tebasan seorang dari mereka gugur bersimbah darah. Serangan berikutnya makin ganas, membuat mereka berempat tewas oleh tusukan tombaknya.
Kaum Nashrani terperangah. Mereka berembuk untuk menyerang dengan serempak, namun niat mereka dihentikan oleh Raja Jabalah.
0 komentar:
Posting Komentar