SELAMAT DATANG DI BLOG PONDOK PESANTREN MULYA ABADI, JL. MAGELANG KM 8.5 SLEMAN YOGYAKARTA, SEMOGA BLOG INI BISA MENJADI SILATURAHMI KITA UNTUK SALING BERBAGI

2011/04/26

KW 26: Panglimaperang Terberani Sejagad

(Bagian ke-26 dari seri tulisan Khalid bin Walid)
Tidak berlebihan jika Khalid dikatakan Panglima Perang Terberani Sejagad pada tahun 12 Hijriyyah. Karena kerajaan terbesar sejagad saat itu adalah Kerajaan Romawi Timur yang dirajai oleh Hiraqla. Hiraqla bersumpah jika Wardan mampu menaklukkan pasukan Khalid akan dijadikan raja penggantinya. Hiraqla menurunkan 90.000 pasukan ini menunjukkan kalau dia grogi menghadapi kekuatan Khalid. Dan Khalid berani melawan ini menunjukkan keberaniannya maksimal. Sabda nabi, “Saifun min suyuufillah,” yang artinya dia termasuk di antara pedang-pedang Allah, sebetulnya adalah Firman Allah yang disampaikan melalui lisan Rasulillah SAW. Dengan kata lain: sabda tersebut adalah nubuwah. Artinya: ramalan yang menunjukkan peramalnya seorang nabi yang mendapatkan wahyu dari Allah.
Sebetulnya kemunculan Khalid sebagai Pedang Allah telah diramalkan pula oleh nabi sebelum Muhammad SAW. Buktinya ketika Khalid dan pasukannya memasuki kota Arakah, ada pejabat kehakiman Romawi yang sangat ketakutan. Setelah rakyat awam bertanya, dia menjawab, “Saya pernah membaca kitab Malchamah, (yang artinya peperangan akbar yang menghancurkan agama). Di sana diterangkan bahwa jika ada seorang panglima perang berwajah bopeng, berdada lebar, berjenggot lebat, berperisai yang ditulisi Manshuroh, benderanya berwarna anu. Berarti agama kita yang sudah tidak murni ini akan hancur oleh mereka.”
Tak lama setelah itu Khalid mengajak penduduk tersebut agar masuk Islam. Karena mereka menolak maka Khalid melancarkan serangan yang sangat ganas hingga mereka kalang-kabut dan takluk. Sejak itulah mereka menyadari bahwa Islam benar-benar agama ‘Isa yang sesungguhnya yang diteruskan Nabi Muhammad SAW yang harus diikuti manusia.
Bertahlil Bertakbir dan Membaca Sholawat
Dalam suasana yang menegangkan itu Khalid berkhutbah untuk para wanita Muslimah: “Hai putri-putri Amaliqoh sebagai generasi Tababi’ah, perjuangan kalian telah membuat Allah dan Muslimiin ridho. Kalian telah mengguratkan sejarah indah dalam perjuangan. Kini pintu-pintu surga telah terbuka untuk kalian. Dan pintu-pintu nereka telah ditutup untuk kalian, selanjutnya dibuka untuk musuh-musuh kalian. Ketahuilah bahwa saya akan mendampingi kalian. Jika saya nanti menyerang mereka, tugas kalian hanya membela diri. Jika ada seorang Islam berlari, pukullah dengan tongkat lalu tunjukkan anaknya padanya. Katakan padanya ‘kenapa kau nggak mau membela keluarga, harta, anak dan para wanita?’. Begitulah cara agar kalian diridhoi oleh Allah Ta’ala.”
Ucapan Afro’ bintu Ghoffar menarik perhatian pasukan: “Ya Pemimpin, demi Allah yang membuat kami berbahagia justru jika bisa mati berperang di depan kau. Kami benar-benar akan memukul wajah musuh meskipun kami harus mati. Demi Allah kami takkan gentar menghadapi semua pasukan Romawi.”
Khalid mensyukuri kesedian Muslimaat untuk berjihad: “Jazaakunna Allaahu khairon,” artinya: semoga Allah membalas kebaikan pada kalian. Khalid kembali mengecek barisan pasukan Muslimiin. Dia berlari gagah-berani dengan kudanya untuk memompa semangat juang mereka.
Kali ini Khalid berkhutbah dengan nada tinggi: “Hai Muslimiin semuanya, tolonglah Allah niscaya Allah menolong kalian!. Berperanglah di Jalan Allah!. mencarilah pahala di Jalan Allah!. jangan menyerang sebelum kuperintah!. Jika kalian meluncurkan anak panah agar serempak, karena anak panah yang banyak seperti hujan akan mengenai sasaran!. Ishbiruu wa shoobiruu wa roobithuu wattaqullooha la’allakum turchamuun[1]!. Ketahuilah bahwa kalian takkan lagi menjumpai pasukan yang sebanyak ini lagi. Di sinilah para pasukan pilihan, dan pejabat tinggi mereka berkumpul. Siapkan pedang, busur dan anak panah!.”
Khalid maju menuju pasukan Muslimiin bagian tengah (zaman dulu disebut qolb yang artinya jantung). Dia menemui sejumlah tokoh: Amer bin Al-Ash, Abdullah bin Umar, Qois bin Hubairoh, Rafi’ bin Umairah, Dzu kala’ Al-Chimyari, Robi’ah bin Amir dan yang sekelas mereka.

Wardan menyaksikan pasukan Muslimiin merayap mendekat menggunakan siku dan lutut. Wardan perintah pasukannya merayap mendekati Muslimiin. Jika dipandang dari titik sudut tertentu: sejauh mata memandang yang tampak hanya pasukan Wardan.
Dua kubu telah saling mendekat. Tak lama kemudian dua kubu saling meluncurkan anak panah. Bahkan lalu saling mendekat bangikit dan bertempur sengit. Salib dan bendera berjumlah sangat banyak dibawa oleh pasukan-depan-Romawi. Muslimiin bertahlil[2], bertakbir dan membaca sholawat untuk nabi. Peperangan berkobar bagai api yang tak terpadamkan. 

[1]{اصْبِرُوا وَصَابِرُوا وَرَابِطُوا وَاتَّقُوا اللَّهَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ} [آل عمران: 200]  
[2] Membaca Laa Ilaaha illaa Allah.

0 komentar:

Posting Komentar