SELAMAT DATANG DI BLOG PONDOK PESANTREN MULYA ABADI, JL. MAGELANG KM 8.5 SLEMAN YOGYAKARTA, SEMOGA BLOG INI BISA MENJADI SILATURAHMI KITA UNTUK SALING BERBAGI

2011/04/21

KW 18: Menyerang dan Menawan Perampok


(Bagian ke-18 dari seri tulisan Khalid bin Walid)

Pasukan Muslimiin berdatangan untuk melancarkan serangan dahsyat hingga Paulus dan orang-orang dekatnya kewalahan melawan. Bahkan di luar dugaan orang-orang yang membawa Salib berguguran bersama Salib mereka, oleh amukan kaum Muslimiin. Sejak itulah pasukan Romawi di bawah pimpinan Paulus yakin akan kalah.
Yang lebih mengerikan bagi pasukan Romawi adalah datangnya Dhirar untuk melancarkan serangan yang dahsyat sekali. Dhirar bergerak cepat kearah Paulus yang telah waspada. Paulus grogi melihat Dhirar mendekati dirinya. Paulus yang diagung-agungkan masyarakat luas itu makin gemetar ketika Dhirar makin mendekati. Paulus berkata pada Abu Ubaidah, “Hai orang Arab! Demi kebenaran agamamu, katakan pada syaitan itu ‘agar menjauh dariku!’.” [1]
Paulus takut karena sebelum itu telah mendengar berita kehebatan Dhirar dalam berperang. Bahkan telah menyaksikan sendiri melalui atas dinding bagaimana serangan Dhirar yang dahsyat sekali. Dia juga mendengar berita ketika Dhirar mengamuk pada pasukan Kalus dan pasukan Azazir. Dia juga mendengar berita kehebatan Dhirar ketika berperang di dekat Baitu Lahya.

Dhirar mendengar ketika Paulus berkata pada Ubaidah: “Syaitan ini jangan sampai mendekatiku!" Karena jaraknya dekat.
Dhirar menggertak, “Saya syaitan jika tidak mampu menangkapmu.”
Secepat kilat tombak Dhirar mematuk ke arah Paulus; Paulus koprol dari kudanya, lalu lari cepat bergabung pada pasukannya. Dhirar mengejar sambil berkata, “Kau akan lari kabur dari syaitan yang mengejarmu ya?.”
Dhirar menangkap lalu menodong Paulus dengan pedang. Paulus memohon, “Hai orang kampung, hidupi saya, karena hidupku akan bermanfaat besar untuk anak dan hartamu.”[2]
Dhirar mengasihani dan menangkap Paulus yang telah merendah dan mengiba. Dua pasukan berperang menggila tak ada yang mau mengalah.

Al-Waqidi mengutip tulisan Abi Rifa’ah bin Qois (أبي رفاعة بن قيس) yang telah bergabung dalam Perang Sahur bersama Abdur Roman:[3]
“Di waktu Perang Sahur saya menjadi prajurit Abdur Rohman bin Abi Bakr.[4] Kami mengepung dan mengamuk dari segala penjuru pada pasukan Romawi yang merampok harta Muslimiin. Kami mengayun-ayunkan pedang untuk menyerang mereka yang terdiri dari enam himpunan besar. Tiap himpunan tirdiri dari 1.000 pasukan berkuda. Mayat-mayat kaum Romawi bergelimpangan banyak sekali. Dari mereka yang masih hidup dan lari kabur tidak sampai di atas seratus orang. Selain mereka, berjumlah banyak sekali ditawan oleh Muslimiin. Walau begitu Dhirar sangat susah karena saudara perempuannya bernama Khaulah dan teman-teman wanitanya dibawa kabur oleh kawanan perampok. 
Dhirar melaporkan bahwa adik perempuannya dan sejumlah wanita dibawa kabur, pada Khalid. Khalid berkata ‘tenang saja!. Kita telah menawan pasukan mereka berjumlah banyak sekali. Selain itu pimpinan mereka bernama Paus juga kau tawan. Orang-orang kita yang tertawan akan kita tukar dengan para tawanan ini. Selain itu kita juga akan menyerang penduduk Damaskus untuk mencari orang kita yang belum ketemu’.
Khalid perintah pasukan Muslimiin agar meneruskan perjalanan pelan-pelan sambil mencari para wanita Muslimat yang tertawan. Khalid berjalan bersama 1.000 pasukan berkendaraan kuda tanpa pelana. Selain yang bersama Khalid, diperintah agar bergabung pada Abu Ubaidah. Khalid khawatir jika Gubernur Wardan dan 90.000 pasukannya datang mendadak untuk menyerang Abu Ubaidah. Bisa jadi akan lebih membahayakan, karena Wardan adalah seorang batrik yang sangat pandai bersiasat dalam perang, dan pasukannya jauh lebih banyak.
Abu Ubaidah membawa pasukan berjumlah banyak sekali. Di tengah mereka adalah para tawanan, anak-anak dan rampasan perang. Khalid memisahkan diri bersama pasukannya berjumlah 1.000 orang.
Khalid mencari sejumlah wanita Muslimaat yang tertawan. Yang diperintah di depan pasukan adalah Rafi’ bin Umairah At-Thoi[5], Maisarah bin Masruq Al-Absi[6] dan Dhirar bin Al-Azwar[7]. Khalid mengendalikan mereka dari belakang.”

[1] Syaitan itu, maksudnya Dhirar.
[2] Dia berkata, “Hai orang kampung,” bukannya menghina.
[3] Di dekat Damaskus.
[4] عبد الرحمن بن أبي بكر الصديق رضي الله عنه
[5] رافع بن عميرة الطائي
[6] ميسرة بن مسروق العبسي
[7] ضرار بن الأزور

0 komentar:

Posting Komentar