SELAMAT DATANG DI BLOG PONDOK PESANTREN MULYA ABADI, JL. MAGELANG KM 8.5 SLEMAN YOGYAKARTA, SEMOGA BLOG INI BISA MENJADI SILATURAHMI KITA UNTUK SALING BERBAGI

2011/04/10

KW 10: Saudara Perempuan Dhirar Mengamuk



(Bagian ke-10 dari seri tulisan Khalid bin Walid)


Di waktu Khalid sedang bersenandung, dari jauh tampak seorang naik kuda membawa tombak panjang. Beberapa pasukan kavaleri mengepung orang asing memakai sorban hijau tersebut. Dua ujung sorbannya diletakkan di dada dan di punggung. Khalid memperkirakan itu adalah Dhirar yang sedang digiring pasukan musuh. Di depan arak-arakan itu obor api yang menyala-nyala, layak budaya orang-orang kafir zaman dulu. Di depan arak-arakan panjang itu, seorang membawa obor api yang menyala-nyala. Orang kafir sering membawa obor semacam ini.

Setelah mengamati dengan seksama, Khalid berkata, “Laita syiri (ليت شعري)," artinya telah kuperkirakan dengan yakin), mengenai yang berkuda itu. Dia seorang Muslim pemberani.”
Khalid dan orang-orangnya mendekati lelaki pembawa api yang berada di depan arak-arakan.
Di tempat yang berbeda, Rafi’ bin Umairah At-Tho’i dan pasukannya sedang berperang.[1] Dari kejauhan mereka melihat seseorang yang diperkirakan Khalid bin Al-Walid bersama pasukannya, datang untuk membantu.
Khalid menyerang hingga pasukan Romawi kacau-balau. Bahkan, dia masuk ke ombak pasukan lawan untuk membunuh beberapa musuh. Saat keluar dari ombak pasukan lawan, tombak Khalid bin Al-Walid RA telah bersimbah darah. Sebagian musuh berguguran; sebagian lagi kabur meninggalkan Khalid.
Khalid mengajak duel, “Siapa yang berani melawan saya?” Tidak ada satu pun yang berani. Khalid menyerang lagi. Semakin lama, Khalid semakin masuk ke dalam kerumunan musuh yang merupakan pasukan berkuda yang berbahaya. Para musuh ketakutan. Khalid dan pasukannya membuat mereka kocar-kacir.
Khalid bersama pasukan datang mendekati Rafi’ lalu berkata, “Saya heran, kenapa Dhirar bisa ditangkap musuh?”
Rafi’ menjawab, “Yang mulia, itu karena dia terlalu masuk ke kerumunan musuh.”
Khalid RA memerintah, “Hai pasukan Islam, seranglah mereka dengan serempak! Selamatkanlah pahlawan Agama Allah (Dhirar)!”
Mereka segera berkumpul, siap menyerang; Khalid berada di depan.

Pasukan Islam terperanjat melihat seseorang memimpin pasukan berkuda mucul di pertengahan musuh untuk melancarkan perlawanan dengan semangat bagai api berkobar-kobar dan menggugurkan para pasukan lawan. Mereka tetap melawan dengan gigih walau dikeroyok musuh berjumlah banyak. Setiap jumlah musuh bertambah, dia dan pasukannya semakin sengit menyerang, tak gentar. Sang pemimpin sudah bersimbah darah tapi semangatnya tak goyah. Khalid dan pasukannya mendekat untuk membantu.

“Hai kamu yang telah berjuang mati-matian dan telah berani membuat musuh marah! Bukalah burkah (semacam cadar)mu agar wajahmu tampak!” kata Khalid. 
Namun pimpinan itu justru menjauh dan membisu. Ia berlari kencang untuk membelah pasukan lawan. Serangannya yang ganas sekali membuat kaum Romawi ketakutan.
Pasukan Islam berteriak menegur, “Hai orang yang sangat sopan! Kenapa kamu berpaling dari pimpinanmu yang berbicara padamu! Katakan sebetulnya kau ini siapa?”
Namun dia tetap diam tidak menjawab, bahkan menjauh. Khalid mengejar dan bertanya padanya, “Seranganmu dahsyat! Tapi sayang kamu tak mau berterus terang. Siapa kamu?”
Setelah Khalid memaksa, dia berkata dalam keadaan wajahnya tertutup burkah. Khalid terperanjat karena suaranya mirip seperti suara wanita, “Wahai pimpinam yang mulia, saya berpaling karena sungkan pada tuan yang agung. Saya wanita yang hidup dalam pingitan, tak pernah keluar rumah. Saya mengamuk karena dendam.”
“Siapa kamu sebenarnya?”

“Khaulah binti Al-Azwar (خولة بنت الأزور). Dhirar yang mereka tangkap adalah saudaraku. Pasukan yang saya bawa ini semua wanita. Saya ke mari mengamuk karena mendapat kabar bahwa saudara saya ditawan.”



[1] Orang yang sangat terkenal pada zamannya. Dia orang yang mempunyai gagasan cemerlang pada waktu Khalid akan menyeberangi lautan pasir yang sangat luas menuju kota Arakah. Tiga puluh unta dibuat haus selama seminggu. Setelah itu, unta diberi minum sebanyak mungkin agar daging segarnya dan air di dalam perutnya menjadi bekal. Setiap pasukan beristirahat, menyembelih dan merobek perut unta untuk diminum airnya dan dimakan dagingnya. Ketika unta telah habis, pasukan Khalid kehausan dan lelah. Mereka berjalan terus sampai 2 marchalah (مرحلة), atau 12 mil. Setelah itu Allah memberi pertolongan dengan cara yang menakjubkan. Rafi’ menyuruh menggali tanah yang ada di sisi sebuah pohon besar. Air besar memancar-mancar dari dalamnya. Semua pasukan dan kendaraan bisa puas minum, dan kekuatan mereka pulih.

0 komentar:

Posting Komentar