SELAMAT DATANG DI BLOG PONDOK PESANTREN MULYA ABADI, JL. MAGELANG KM 8.5 SLEMAN YOGYAKARTA, SEMOGA BLOG INI BISA MENJADI SILATURAHMI KITA UNTUK SALING BERBAGI

2011/05/03

KW 39: Salibnya Dibanting

(Bagian ke-39 dari seri tulisan Khalid bin Walid)
Yang paling susah di saat wafatnya Aban adalah istrinya, yaitu anak-perempuan paman Aban dari jalur ayah. Dia pengantin baru yang menikah ketika Perang Ajnadin. Dalam peperangan yang terlalu sibuk itu somba yang lekatkan pada tangan istri Aban ketika menikah belum hilang. Begitu pula parfum Athor di rambutnya. Istri Aban berpakain hampir seperti lelaki karena tergolong pasukan. Kalau berjalan cepat dan sangat pemberani. Begitu dia mendengar berita suaminya wafat, segera membuat kainnya kedodoran dan mendatangi mayat suami.
Di sisi mayat suami dia besabar dan berharap mendapatkan pahala. Bibirnya berkata, “Kau telah berbahagia karena telah menikmati anugrah, dan telah bersanding pada Tuhan yang selama ini telah mengumpulkan kita berdua. Untuk sementara kita berpisah. Sungguh saya akan berjihad secara nyata untuk menyusulmu. Saya rindu padamu. Lelaki selainmu haram menyentuhku[1]. Sungguh saya telah menempatkan diriku di Jalan Allah agar dapat menyusulmu. Saya berharap demikian itu tak lama lagi.”
Di tempat wafat itulah Aban dimakamkan. Khalid termasuk orang yang mensholtkannya. Begitu Aban selesai dikubur, istrinya segera mengambil pedang untuk bergabung pada pasukan. Dia sengaja tidak memberi tahu pada Khalid bahwa dirinya bergabung pada pasukan. Dia bertanya, “Di mana suamiku terkena panah?.”
Ada yang menjawab, “Di dekat pintu gerbang Tuma. Yang memanah dia menantu Raja Hiraqla.” Dia segera bergabung pada pasukan Syurachbil bin Chasanah untuk ikut berperang. Serangannya yang ganas membuat musuh kualahan. Dia wanita yang lihai memanah.
Syurachbil sebagai komandan pasukan mengatakan, “Di hari kami mengepung kota Damaskus, saya menyaksikan seorang membawa Salib di pintu gerbang Tuma. Lelaki itu di depan Tuma mengangkat tangan dan berdoa ‘ya Allah, tolonglah Salib ini dan orang yang membelanya. Ya Allah, tampakkanlah kewibaannya dan angkatlah derajatnya’. Dia saya amati terus. Tiba-tiba dia dipanah oleh istri Aban dan terkena hingga Salib yang ditangannya jatuh ke arah kami. Salib yang empat sisinya gemerlapan itu dijarah kaum Muslimiin. Muslimiin yang menjarah berperisai berebut ingin mengambil paling awal.
Jatuhnya Salib terbesar ke arah kaum Musliin membuat Tuma susah sekali. Dia berkata, “Jangan sampai raja tahu bahwa Salib terbesar telah direbut dari tanganku!.” Dia mengambil pedangnya dan berkata, “Barang siapa ingin ikut saya, silahkan. Barang siapa ingin duduk di sini, silahkan. Saya harus memerangi mereka agar hatiku puas.”
Tuma turun bergegas lalu perintah agar pintu gerbang dibuka. Dialah yang pertama kali keluar dari pintu gerbang. Selanjutnya pasukan Romawi bergegas keluar pintu gerbang untuk mendampingi dia. Pasukan Romawi tahu bahwa Tuma adalah orang yang sangat pemberani. Jumlah pasukan Romawi yang kuluar dari pintu gerbang banyak sekali bagaikan kawanan semut. Kaum Muslimiin mengerumuni Salib yang baru saja jatuh. Kini dua kaum Romaawi dan kaum Muslimiin berhadap-hadapan saling mengancam. Kaum Muslimiin menyerahkan Salib pada Syurachbil bin Chasanah lalu berbalik untuk melawan musuh. Tiba-tiba kaum Muslimiin diserang dari atas dengan anak panah panjang dan batu bertubi-tubi. Syurachbil berteriak, “Hai Muslimiin!, mundurlah untuk menghindari panah-panah dari musuh-musuh Allah yang berada di atas.” Kaum Muslimiin bergerak mundur menuju tempat yang aman. Hanya saja tiba-tiba Tuma mengamuk ke kanan dan ke kiri didampingi pasukan elitnnya.
Syurachbil berteriak, “Hai Muslimin!, hadapilah ajal kematian kalian dengan ikhlas, untuk mencari surga Tuhan kalian!. Buatlah ridho Kholiq kalian dengan beramal!. Yang pasti Dia takkan ridho jika kalian berlari kabur. Seranglah mereka dari jarak dekat. Semoga Allah memberkati kalian.”
Kaum Muslimiin melancarkan serangan dahsyat hingga terjadi pertempuran yang sengit. Pedang-pedang mencari sasaran; anak-panah sama melesat cepat. Dan suara hiruk-pikuk, gaduh, ricuh, dentingan pedang, jeritan, teriakan, membuat suasana menjadi bising.
Pasukan yang di dalam kota Damaskus tahu bahwa: Tuma telah keluar dari pintu gerbang untuk menyerang kaum Muslimiin, dan Salib terbesar telah jatuh ke tangan kaum Muslimiin. Hal itulah yang membuat mereka yang masih di dalam kota, keluar untuk membantu kaumnya. Tuma mengamati ke kanan dan ke kiri mencari Salibnya. Matanya melihat Salib berada di tangan Syurachbil. Tuma mendekat dan berteriak, “Kurang-ajar. Inilah Salib yang saya cari. Kau akan segera kutangkap. Tuma mendekati Syurachbil; Syurachbil membanting Salib dengan tangannya. Tuma berteriak keras sekali karena Salibnya dibanting. Mantan istri Aban yang barusan menjada bertanya, “Siapa dia?.”  

[1] Maksudnya: saya takkan menikah kecuali denganmu.

0 komentar:

Posting Komentar