SELAMAT DATANG DI BLOG PONDOK PESANTREN MULYA ABADI, JL. MAGELANG KM 8.5 SLEMAN YOGYAKARTA, SEMOGA BLOG INI BISA MENJADI SILATURAHMI KITA UNTUK SALING BERBAGI

2015/01/27

PS 2: Pembebasan Syam






Sekitar tahun 11 Hijriah, Khalid dan pasukannya memasuki kota Arakah, wilayah bagian Romawi Timur. Kota besar tersebut sangat ramai oleh kafilah-kafilah dari berbagai kota yang berdatangan. Di bawah kendali Raja Hiraqla, penguasanya seorang Bathriq (Kepala Gereja yang membawahi minimal 5.000 lelaki dewasa).

Di sana ada orang pandai yang telah membaca sejumlah kitab kuno, di antaranya Al-Malahim (bentuk jamak dari Malhamah), yang artinya ‘sejumlah perang akbar mengerikan yang memerosotkan agama’. Dialah yang bernama Saman.

Ketika tahu bahwa pasukan Muslimiin di bawah pimpinan Khalid datang ke kotanya, wajah Saman memucat, dan berkata, “Demi kebenaran agamaku! Ini telah tiba waktunya!.”
Kaum dia heran dan bertanya, “Apa maksud tuan?.”
Dia menjawab, “Dalam kitab Malhamah yang saya baca, dijelaskan 'akan datangnya mereka' ini. Awal panji bernama Manshurah, mereka bawa dengan berkuda. Ini berarti kekuasaan Romawi akan segera jatuh. Lihatlah! Jika panji mereka berwarna hitam, pimpinan mereka berjenggot lebat, berperawakan tinggi besar, berdada lebar, berwajah bopeng, berarti dia pimpinan handal yang akan merebut negeri-negeri Syam.”

Mereka terkejut, karena panji yang dibawa oleh pimpinan kaum Arab bernama Khalid, ditulisi ‘Manshurah’. Seperti yang dikatakan oleh orang pandai kepercayaan mereka.

Penduduk Arakah gusar dan ketakutan. Dan berkumpul di hadapan pimpinan mereka, untuk berkata, “Tuan telah tahu bahwa jika Tuan Saman berbicara 'pasti benar'. Beliau telah berkata mengenai:
‘Akan datangnya mereka ini. Awal panji bernama Manshurah, mereka bawa dengan berkuda. Ini berarti kekuasaan Romawi akan segera jatuh. Lihatlah! Jika panji mereka berwarna hitam, pimpinan mereka berjenggot lebat, berperawakan tinggi besar, berdada lebar, berwajah bopeng, berarti dia pimpinan handal, yang akan merebut negeri-negri Syam’.”

Pimpinan mereka kelihatan tegang. 
Beberapa orang berbicara, “Semua yang beliau katakan telah kami lihat dengan mata kami. Kami berpandangan, sebaiknya kita melakukan perjanjian damai dengan kaum Arab itu. Agar keluarga dan para harem kita tidak mereka rampas.”
Dengan nafas berat, pimpinan itu berkata, “Tunggulah keputusan ini hingga besok pagi. Saya akan berpikir dulu.”

Mereka pergi meninggalkan pimpinan yang panik, yang berpikir dengan serius. Petinggi yang Bathriq itu sangat pandai dan bijaksana, dan pengalamannya sangat banyak. Dia berpikir, “Kalau saya menyelisihi keinginan rakyat, saya khawatir rakyat akan menangkap untuk menyerahkan saya pada kaum Arab. Padahal orang sehebat yang saya kagumi, Tuan Rubis dengan pasukannya berjumlah banyak sekali saja, telah diporak-porandakan oleh mereka.”

Hingga pagi menyapa, petinggi kota Arakah kesulitan tidur. 
Di pagi itu dia mengundang rakyat untuk bertanya, “Apa yang harusnya kita lakukan?.”
Mereka menjawab, “Sebaiknya kita berdamai dengan mereka.”
Dia berkata, “Saya harus mengikuti keinginan kalian. Kita berdamai dengan mereka.”

Sejumlah tokoh diutus oleh penguasa tersebut, agar datang dan menyampaikan 'pernyataan damai', pada Khalid
Khalid menyetujui perdamaian tersebut. Dan dengan sengaja membuat Perdamaian tersebut, dihadiri oleh kaum berjumlah sangat banyak, agar penduduk kota-tetangga, bernama kota Sakhnah, tahu mengenai Perdamaian tersebut.

Oleh Khalid, upacara tersebut sengaja dibuat meriah. 
Ucapan, “Selamat datang untuk penguasa kota Arakah yang 'memohon damai',” dikeraskan. Agar kaum yang jauh, mendengar.


Penduduk Sakhnah takut pada kaum Arab, sehingga mengikuti langkah penguasa kota Arakah; memohon damai pada Khalid
Khalid mengabulkan permohonan mereka.

0 komentar:

Posting Komentar