SELAMAT DATANG DI BLOG PONDOK PESANTREN MULYA ABADI, JL. MAGELANG KM 8.5 SLEMAN YOGYAKARTA, SEMOGA BLOG INI BISA MENJADI SILATURAHMI KITA UNTUK SALING BERBAGI

2012/03/21

BA 1: Bedah Al-Musthalah


Ustadz Al-Chajj Abdul-Aziz Ridhwan berkata, di hadapan para muballigh senior berjumlah banyak: “Musthalahatul-Hadits yang mudah dipelajari adalah Al-Baiquniyyah: البيقونية - (ج 1 / ص 1)
أبدأ بالحمد مصليا على * محمد خير نبي أرسلا وذي من أقسام الحديث عِدَّةٌ * وكل واحد أتى وعدَّه أولها الصحيح وهو ما اتصل * إسناده ولم يشُذَّ أو يُعَلّ يرويه عدل ضابط عن مثله * معتمد في ضبطه ونقله *.
Artinya:
Saya memulai dengan membaca Al-Hamdu lillah, dengan membaca shalawat untuk Muhammad sebaik-baik nabi SAW yang diutus. Inilah beberapa macam Hadits. Tiap satunya hadir dan dijelaskan. Yang pertama adalah shahih, yakni yang isnadnya muttashil, tidak syadz, tidak illah, diriwayatkan oleh orang adil yang dhobith dari yang semisal itu juga, yang dhabith dan kemanqulannya bisa dijadikan pegangan.
Syarat Hadits menjadi shahih menurut beliau dan ulama Hadits (muhadditsiin) lainnya:
1.     Musnad.
2.     Muttashil.
3.     Adil.
4.     Dhabith.
5.     Tidak syadz (keluar) maupun muallal (dianggap cacat).
Persyaratan ketiga dan keempat berlaku sejak awal hingga akhir.

قَالَ اِبْن عَبْد الْبَرّ : شَذَّ بَعْض التَّابِعِينَ فَأَوْجَبَ قِيَام اللَّيْل وَلَوْ قَدْر حَلْب شَاة ، وَاَلَّذِي عَلَيْهِ جَمَاعَة الْعُلَمَاء أَنَّهُ مَنْدُوب إِلَيْهِ ، وَنَقَلَهُ غَيْره عَنْ الْحَسَن وَابْن سِيرِينَ ، وَاَلَّذِي وَجَدْنَاهُ عَنْ الْحَسَن مَا أَخْرَجَهُ مُحَمَّد بْن نَصْر وَغَيْره عَنْهُ أَنَّهُ قِيلَ لَهُ : مَا تَقُول فِي رَجُل اِسْتَظْهَرَ الْقُرْآن كُلّه لَا يَقُوم بِهِ إِنَّمَا يُصَلِّي الْمَكْتُوبَة ؟ فَقَالَ : لعن اللَّه هَذَا ، إِنَّمَا يَتَوَسَّد الْقُرْآن . فَقِيلَ لَهُ : قَالَ اللَّه تَعَالَى ( فَاقْرَءُوا مَا تَيَسَّرَ مِنْهُ ) قَالَ : نَعَمْ ، وَلَوْ قَدْر خَمْسِينَ آيَة . وَكَانَ هَذَا هُوَ مُسْتَنَد مَنْ نَقَلَ عَنْ الْحَسَن الْوُجُوب . وَنَقَلَ التِّرْمِذِيّ عَنْ إِسْحَاق بْن رَاهْوَيْهِ أَنَّهُ قَالَ : إِنَّمَا قِيَام اللَّيْل عَلَى أَصْحَاب الْقُرْآن ، وَهَذَا يُخَصِّص مَا نُقِلَ عَنْ الْحَسَن ، وَهُوَ أَقْرَب ، وَلَيْسَ فِيهِ تَصْرِيح بِالْوُجُوبِ أَيْضًا.

Artinya:
Ibnu Abdil-Barr berkata, “Sebagian tabiin telah syadz, yakni mewajibkan shalat malam, meskipun sekadar waktu memerah susu kambing.”
Namun yang disepakati oleh Jamaah Ulama: “Shalat malam adalah mandub (dianjurkan).”
Selain Ibnu Abdil-Barr, pernah menyampaikan kemanqulan dari Chasan dan Ibnu Sirin. Namun riwayat yang kami jumpai dari Chasan, yang dikeluarkan oleh Muhamad bin Nashr dan lainnya dari Chasan. Sungguh pernah ditanyakan pada Chasan: “Bagaimana komentar tuan mengenai lelaki yang hafal seluruh Al-Qur’an, namun tidak melakukan shalat malam? Sungguh dia hanya melakukan shalat wajib?.”
Chasan berkata, “Allah melaknat pada orang ini! Berarti Al-Qur’an hanya dia pergunakan sebagai bantal.”
Beliau dijawab, “Allah kan berfirman ‘maka bacalah yang mudah dari Al-Qur’an?’.”
Beliau menjawab, “Betul! Meskipun shalat malamnya hanya sekedar membaca 50 ayat.”
Riwayat ini diisnadkan oleh orang yang manqul dari Chasan, yakni hukumnya wajib.

Tirmidzi memanqulkan dari Ischaq bin Rahawaih: “Sungguh beliau telah berkata ‘sungguh shalat malam tugas para penghafal Al-Qur’an’.”
Inilah kemanqulan khusus dari Chasan. Dan penentuan hukum yang ini mendekati tepat, karena di dalam riwayat ini juga tidak ada penjelasan mewajibkan.
 
Contoh Hadits musnad muttashil, yang para perowinya adil, namun muallal: مقدمة ابن الصلاح - (ج 1 / ص 17)
فمن أمثلة ما وقعت العلة في إسناده من غير قدح في المتن: ما رواه الثقة يعلى بن عبيد، عن سفيان الثوري، عن عمرو بن دينار، عن ابن عمر،عن النبي صلى الله علية وسلم قال: " الْبَيِّعَانِ بِالْخِيَارِ. " الحديث. فهذا الإسناد متصل بنقل العدل عن العدل، وهو معلل غير صحيح، والمتن على كل حال صحيح، والعلة في قوله: عن عمرو بن دينار،أنما هو عن عبد الله بن دينار: عن ابن عمر، هكذا رواه الأئمة من أصحاب سفيان عنه. فوهم يعلى بن عبيد، وعدل عن عبد الله بن دينار إلى عمرو بن دينار، وكلاهما ثقة.
Artinya:
Termasuk contoh-contoh pembahasan mengenai illah (muallal) di dalam isnad Hadits, bukan mengenai matan (isi); adalah yang diriwayatkan oleh orang tsiqah bernama Yala bin Ubaid dari Sufyan Atssauri dari Amer bin Dinar dari Ibnu Umar RA dari nabi SAW: “Dua orang yang berjual-beli (diatur) dengan pilihan” Al-Hadits.
Hadits ini isnadnya muttashil, mengikuti kemanqulan orang adil dari orang adil, namun muallal dan tidak shahih. Namun matannya shahih dalam keadaan apapun.
Letak illah-nya pada ucapan Yala: “Dari Amer bin Dinar Sungguh yang benar dari Abdullah bin Dinar dari Ibnu Umar RA.
Para imam Muhadditsiin meriwayatkan demikian dari murid-murid Sufyan Atssauri. Yala bin Ubaid telah remang-remang dan salah mengenai penyebutan nama Abdullah bin Dinar menjadi Amer bin Dinar. Namun dua (tokoh besar) itu orang tsiqah.

Ponpes Mulya Abadi

0 komentar:

Posting Komentar