SELAMAT DATANG DI BLOG PONDOK PESANTREN MULYA ABADI, JL. MAGELANG KM 8.5 SLEMAN YOGYAKARTA, SEMOGA BLOG INI BISA MENJADI SILATURAHMI KITA UNTUK SALING BERBAGI

2012/03/02

BA 5: Bedah Al-Qur’an




Tsalabah mantan sahabat nabi SAW yang tadinya sangat miskin, lalu menjadi kaya karena doa nabi SAW. Hanya akhirnya menjadi orang munafiq. Ayat-Ayat Al-Qur’an yang berbicara tentang itu:
وَمِنْهُمْ مَنْ عَاهَدَ اللَّهَ لَئِنْ آَتَانَا مِنْ فَضْلِهِ لَنَصَّدَّقَنَّ وَلَنَكُونَنَّ مِنَ الصَّالِحِينَ فَلَمَّا آَتَاهُمْ مِنْ فَضْلِهِ بَخِلُوا بِهِ وَتَوَلَّوْا وَهُمْ مُعْرِضُونَ فَأَعْقَبَهُمْ نِفَاقًا فِي قُلُوبِهِمْ إِلَى يَوْمِ يَلْقَوْنَهُ بِمَا أَخْلَفُوا اللَّهَ مَا وَعَدُوهُ وَبِمَا كَانُوا يَكْذِبُونَ  [التوبة/75-77].
Artinya:
Sebagian dari mereka ada yang berjanji pada Allah: “Niscaya jika Dia (Allah) telah memberikan sebagian KefadolanNya pada kami, niscaya kami akan bersodaqoh sungguh, dan niscaya kami sungguh akan tergolong orang-orang shalih.”
Namun ketika Dia (Allah) telah memberikan sebagian KefadolanNya, mereka bakhil mengenainya, dan berpaling dengan mengabaikan. Dia (Allah) pun mengecap Munafiq di dalam hati mereka hingga hari mereka bertemu Dia (Allah), karena telah menyelisihi Allah mengenai yang telah mereka janjikan, dan  karena mereka telah berbohong. [Qs At-Taubah 75-77].

Pada Ustadz Abdul-Aziz Ridhwan, Kusnan bertanya, “Apakah betul bahwa kisah Tsalabah yang ditulis di dalam Ibnu Katsir, batal?.”
Ustadz menjawab, “Beberapa sumber menjelaskan demikian.”

Di dalam catatan kaki Ibnu Katsir ditulis: تفسير ابن كثير - (ج 4 / ص 184)
وقد أنكر العلماء هذه القصة وقالوا ببطلانها، فممن قال بذلك الإمام ابن حزم، قال في المحلى (11/207 ، 208): "على أنه قد روينا أثرا لا يصح وأنها نزلت في ثعلبة بن حاطب، وهذا باطل؛ لأن ثعلبة بدري معروف، ثم ساق الحديث بإسناده من طريق مُعَانُ بنُ رِفَاعَةَ عن علي بن يزيد عن القاسم بن عبد الرحمن عن أبي أمامة وقال: "وهذا باطل لا شك؛ لأن الله أمر بقبض زكوات أموال المسلمين، وأمر عليه السلام عند موته ألا يبقى في جزيرة العرب دينان فلا يخلو ثعلبة من أن يكون مسلما ففرض على أبي بكر وعمر قبض زكاته ولا بد ولا فسحة في ذلك، وإن كان كافرا ففرض ألا يبقى في جزيرة العرب فسقط هذا الأثر بلا شك، وفي رواته معان بن رفاعة، والقاسم بن عبد الرحمن وعلي بن يزيد - هو ابن عبد الملك - وكلهم ضعفاء. وللفاضل عداب الحمش رسالة في نقد هذه القصة جمع فيها أقوال أهل العلم فيها سماها "ثعلبة بن حاطب الصحابي المفترى عليه".
Artinya:
Sungguh para ulama telah mengingkari dan menjelaskan mengenai Kisah Tersebut Batil. Imam Ibnu Chazm termasuk mereka yang menjelaskan demikian. Dia menjelaskan di dalam kitabnya yang berjudul Al-Muchilly. Di sana dia menjjelaskan: Sungguh kami telah meriwayatkan atsar yang tidak shahih. Sungguh Ayat tersebut diturunkan berkenaan Tsalabah bin Chathib, namun penjelasan ini batal. Karena Tsalabah dikenal sebagai veteran Perang Badar. Imam Ibnu Chazm lalu membeber Hadits itu dengan isnadnya, dari jalur Muan bin Rifaah dari Ali bin Yazid dari Qasim bin Abdir Rohman dari Abu Umamah. Dia menjelaskan, “Ini riwayat batil tidak diragukan lagi. Karena sungguh Allah telah perintah menarik zakat amwal (harta) kaum Muslimiin, dan perintah pada nabi AS sebelum wafatnya: ‘Jangan sampai di negeri Arab ada dua agama’. Itu berarti Tsalabah adalah Muslim.
Di zaman Abu Bakr dan Umar RA, Tsalabah ditarik zakatnya, tidak ada kemurahan mengenai zakat. Jika betul Tsalabah kafir berarti Ketentuan Allah agar di negeri Arab tak ada dua agama, telah terabaikan. Atsar ini bisa dijelaskan demikian dengan tidak ragu-ragu lagi. Lagian di antara para perowi Hadits tersebut ada Muan bin Rifaah, Al-Qasim bin Abdir Rohman, dan Ali bin Yazid (Ibnu Abdil-Malik), yang mereka bertiga semuanya adalah dhuafak (sama lemah).
Fadhil Adab Al-Chamsy memiliki risalah (catatan) mengenai bantahan kisah ini. Di dalam risalah itu dia menghimpun ucapan para ahli ilmu. Di dalamnya dia menjelaskan: ‘Tsalabah bin Chathib sahabat nabi SAW yang difitnah’.”

Ponpes Mulya Abadi Mulungan

2 komentar:

  1. Assalamu'alaikum...knapa di surah al-kahfi,ada satu kalimat berwarna merah?

    BalasHapus
  2. Karena ulama jumhur menganggap lafal tersebut tengahnya Al-Qur'an. Tapi banyak juga yang meyakini bahwa kalimat paling tengah dari Al-Qur'an adalah lafal 'نُكْرًا'.

    BalasHapus