Kajian surat Al-A’raf ayat 96
Bedah Bahasa Arab
Beberapa muballigh dan muballighat bertanya,”Bagaimana kalimat ‘sungguh kalau’ di dalam bahasa Arab?.”
Ada lagi yang bertanya, “Kenapa tidak ditemukan kalimat ‘anna lau’ di dalam bahasa Arab?.”
Jawaban pertama, “Lau anna,” seperti dalam awal ayat 96 dari surat Al-A’raf. Contoh lainnya di dalam Hadits atau kitab lainnya banyak. Hanya saja contoh yang di awal ayat 96 dari surat Al-A’raf tersebut, diberi tambahan, “Wa,” sebelumnya yang namanya ‘istinaf’ atau ‘ibidak’, untuk menitik atau mengoma kalimat sebelumnya. Karena itu “Wa,” tersebut tidak perlu diartikan ‘dan’.
Contoh pernyataan ‘sungguh kalau’ yang dalam awal ayat 96 dari surat Al-A’raf yang dimaksud:
وَلَوْ أَنَّ أَهْلَ الْقُرَى آَمَنُوا وَاتَّقَوْا لَفَتَحْنَا عَلَيْهِمْ بَرَكَاتٍ مِنَ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ وَلَكِنْ كَذَّبُوا فَأَخَذْنَاهُمْ بِمَا كَانُوا يَكْسِبُونَ [الأعراف/96.
Artinya:
Sungguh kalau para penghuni beberapa kota itu telah beriman dan bertaqwa, niscaya Kami telah membukakan barakah-barakah dari beberapa langit dan bumi atas mereka. Tetapi (karena) mereka telah mendustakan, maka Kami telah menindak mereka karena yang telah mereka lakukan.
Memang ‘lau’ yang artinya ‘kalau’ dalam kalimat ayat di atas untuk pengandaian. Tetapi karena pengandaian Allah yang Maha Tahu, maka merupakan rahasia ilmu. Ayat di atas kelanjutan ayat sebelumnya. Dipastikan bagi orang yang tidak membaca ayat 94-95 sebelumnya, akan kurang tahu maksud sebenarnya dari Firman tersebut.
Di dalam ayat 94-95 itulah, Allah berfirman yang artinya, “Kami belum pernah mengutus pada seorang nabipun pada sebuah kota, kecuali pasti Kami timpakan bahaya dan madhatat pada penduduknya, agar mereka merendah.
Lalu Kami menggantikan kebaikan sebagai gantinya kejelekan tersebut. Hingga ketika mereka telah berkembang dan berkata ‘sungguh madharat dan kesenangan telah melanda ayah-ayah kita’; Kamipun menindak mereka dengan mendadak, dalam keadaan mereka tidak menyadari.”
Jawaban kedua, “Memang dalam tata bahasa Arab: ‘Anna’ harus diletakkan setelah ‘lau’. Kalau ‘an’ memang boleh diletakkan sebelum ‘lau’ tetapi pasti ditengah kalimat.
Contoh kalimat, “An lau kaanuu,” dalam ayat 14 dari surat Saba:
فَلَمَّا خَرَّ تَبَيَّنَتِ الْجِنُّ أَنْ لَوْ كَانُوا يَعْلَمُونَ الْغَيْبَ مَا لَبِثُوا فِي الْعَذَابِ الْمُهِينِ [سبأ/14.
Artinya:
Maka ketika dia telah roboh; jin mengetahui dengan jelas bahwa kalau mereka telah tahu barang ghoib, tidak tinggal di dalam siksaan yang menghinakan.
Melalui ayat ini, Allah mengajar nabi SAW dan kita bahwa sebetulnya para jin atau syaitan tidak tahu barang ghoib yang berarti tidak memiliki kesaktian. Buktinya Sulaiman AS sudah meninggal dalam waktu lama, namun mereka tidak tahu. Begitu Sulaiman AS terkapar; mereka sadar bahwa mereka tidak tahu barang ghoib.
0 komentar:
Posting Komentar