Khalid bersama pasukan Ishabatu
Chamra (عصابة حمراء), berjumlah
sekitar 40 orang, mengamuk. Ishabatu Chamra (عصابة
حمراء) artinya rombongan
merah. Dia berteriak. “Sayalah Khalid bin Al-Walid.”
Dia terkejut oleh datangnya seorang bathriq
bernama Nasthur (النسطور) berbusana sutra dibaj. Dia yang sedang sibuk berperang, tidak memahami teriakan bathriq
dengan bahasa Romawi. Beruntung sekali dia tahu bahwa bathriq itu meloncatkan
kuda untuk menyerang. Dia menghindar cepat hingga pecinya jatuh dari
kepalanya. Pasukan Muslimiin terkejut dan membaca, “Laa chaula walaa
quwwata illaa bi Allah Al-Aliyyil Azhiiim.”
Khalid berteriak, “Ee! Ee!.”
Bathriq menyerang dari belakang hingga Khalid sempoyongan hampir
jatuh. Namun berusaha menghindar dan berusaha menyaut pecinya yang lepas dari
kepala. Dan berteriak, “Ambilkan peciku! Semoga kalian disayang oleh Allah!.”
Seorang Muslim memberikan peci itu pada Khalid, agar dikenakan
lagi. Ada yang bertanya dengan heran, “Ya Ayah Sulaiman! Dalam keadaan sangat berbahaya seperti ini, kau
masih juga mencari peci?.”
Dia berperang sambil menjawab, “Sungguh ketika Rasulullah SAW
menggundul rambutnya, di dalam Haji Waddak, saya mengambil beberapa jambulnya.
Baginda bertanya ‘akan kau pergunakan untuk apa ini semua, ya Khalid?’ Saya
menjawab ‘agar mendapat Barokah (Allah) ya Rasulullah, agar jika berperang menang’.
Baginda bersabda ‘(bi Idznillah), kau akan menang terus jika berperang, selama rambut-rambut
ini menyertai kau’. Lalu rambut-rambut saya sisipkan pada depan
peciku ini. Ternyata musuh sebanyak apapun ‘yang saya serang’, lari
tunggang-langgang. Berkat rambut itu.”
Khalid mengajak pasukan Ishabatu Chamra untuk ‘mengamuk’.
Dalam waktu cepat sekali, pedang Khalid menusuk dan merobohkan Bathriq Nasthur.
Dan amukan
pasukan Ishabatu Chamra, membuat pasukan Romawi tewas, dan
berhamburan kabur.
Khalid maju untuk menantang perang satu lawan satu, tetapi tidak
ada yang sanggup melayani. Khalid mengayun-ayunkan pedang untuk mengamuk,
hingga musuh yang tewas banyak sekali. Amukan yang menggila dalam waktu lama
itu, membuat Khalid capek.
Al-Charits bin Hisyam Al-Makhzumi (الحارث
بن هشام) merasa kasihan, saat melihat Khalid kecapekan. Dia berkata pada
Abu Ubaidah, “Yang mulia! Khalid telah menyelesaikan kewajibannya.
Perjuangannya telah membuat dia capek. Perintahlah agar beristirhat.”
Khalid menjawab, “Yang mulia! Demi Allah, saya memang sedang berusaha meraih
pahala Syahid, dengan ‘berperang’ yang sempurna. Jika saya tak berhasil;
Allah tahu bahwa niat saya tulus.”
Khalid mengamuk lagi dengan menggila, hingga musuhnya
berhamburan kabur. Tak seorang pun membantu Khalid, karena semua sibuk
menghadapi musuh berjumlah banyak. Saat itu pasukan Muslimiin tahu bahwa Khalid
telah mendapat barokah dari nabi, hingga jika ‘perang’ pasti menang. [1]
Pasukan Romawi yang tewas berserakan, makin banyak. Mereka yang disatukan dengan rantai, juga telah tewas
terinjak-injak kuda. Semakin sore peperangan semakin melemah. Ketika dua kubu
menarik pasukan masing-masing; medan perang bersimbah darah mayat-mayat yang
berserakan.
Malam itu medan perang telah sepi, tetapi mayat-mayat yang
berserakan sangat banyak. Lautan pasukan yang siangnya bertempur, telah kembali
ke kubu mereka masing-masing. Mengobati luka dan istirahat.
Yang tampak sibuk para Muslimaat, ada yang:
1.
Mempersiapkan makan
malam.
2.
Mengobati luka.
Malam itu, Abu Ubaidah tidak menunjuk orang banyak ‘untuk jaga’
malam, karena semua sangat capek. Yang jaga malam ketika itu hanya Abu Ubaidah
dan beberapa pasukan. Ketika Abu Ubaidah sedang keliling ronda malam, tiba-tiba
datang dua orang berkuda. Abu Ubaidah membaca, “Laa Ilaaha illaa Allah.”
Mereka berdua menjawab, “Muhammadun Rasulullah.”
Setelah mendekat dan diamati, Abu Ubaidah tahu bahwa mereka Zubair dan Asma. Dia mengucapkan salam dan bertanya, “Ya putra
bibi Rasulillah SAW, kenapa keluar?.”
Zubair menjawab, “Untuk berjaga. Asma berkata pada saya ‘pasukan
Muslimiin sedang capek sekali ‘karena seharian’ berperang. Temani saya, berjaga malam’. Saya menuruti permintaannya.”
Abu Ubaidah mengucapkan syukur pada mereka berdua, lalu perintah
agar mereka istirahat saja. Namun mereka berdua bersikeras ‘jaga malam’ hingga
subuh.
Al-Waqidi sejarawan Islam masyhur meriwayatkan ‘Kisah Keajaiban
Kemenangan Muslimiin’ dalam Perang Yarmuk yang akbar: [2]
Sesungguhnya
Abul-Juaid termasuk tokoh Nashrani negeri
Chimsh (Homs). Pasukan Romawi berjumlah sangat banyak,
memerangi pasukan Muslimiin di Yarmuk, ‘istirahat’ di negeri
Chimsh, tepatnya di kota Azzarraah (الزراعة). Abul-Juaid memiliki
tempat tinggal mewah yang dilengakapi dengan kolam renang, untuk beristirahat
di kota itu. Ketika Abul-Juaid dan keluarganya berpindah dari Chimsh ke kota
itu, pasukan Romawi bermalam di kota itu. Abul-Juaid sibuk menjamu mereka
(karena sungkan pada Raja Hiraqla). Semula Abul-Juaid akan berbulan madu dengan istri mudanya di rumah mewah itu. Malam itu istri tuanya menyingkir agar tidak
mengganggu dia ‘berbulan madu’. Dia menjamu mereka dengan hidangan meriah dan
arak istimewa. Setelah selesai makan-makan dan minum-minum, mereka perintah,
“Bawa kemari istri mudamu!.”
Abul-Juaid tersinggung
dan mencaci-maki; tetapi mereka bersikeras ‘minta’ agar wanita
itu didatangkan. Wanita menggiurkan itu didatangkan dengan paksa oleh mereka.
Bahkan wanita itu dinikmati ramai-ramai oleh mereka hingga pagi. Abul-Juaid menangis sedih atas peristiwa yang menghina harga dirinya. Ketika Abul-Juaid
mendoakan jelek, mereka justru membunuh dan memotong kepala anak-anak
Abul-Juaid. Seorang istri dari Abul-Juaid mengambil dan membungkus potongan kepala anaknya, untuk dibawa menghadap dan laporan pada komandan pasukan
Romawi. Dia meletakkan bungkusan kepala, dan melaporkan kejahatan itu, pada
sang komandan. “Periksalah kejahatan pasukan tuan, atas anakku ini. Balaskan
penganiayaan ini untukku.”
Namun sang komandan
hanya diam. Wanita itu bersumpah, “Demi Allah! Pasukan Arab akan menaklukkan kalian.” Wanita
itu pergi, sambil berdoa ‘agar sang komandan’ juga celaka. Tak lama setelah itu,
mereka dilanda musibah besar, hingga sama tewas oleh pasukan Muslimiin.
Abul-Juaid membawa dendam dan mendatangi pasukan Muslimiin,
untuk berkata pada Khalid, “Ketahuilah bahwa ada pasukan Romawi berjumlah
banyak sekali di kota Azzarraah. Kalau kalian memerangi mati-matian, pasti
memerlukan waktu yang lama, karena jumlah mereka terlalu banyak. Saya bisa menipu
agar mereka sama tewas, tapi kalian akan memberi imbalan apa pada saya?.”
Pasukan Muslimiin menjawab bermacam-macam, yang pasti ‘dia dan seluruh keluarganya’ akan dibebaskan membayar pajak. Bahkan
dia hingga anak turunnya nanti, akan diperlakukan secara khusus oleh Muslimiin.
[1]
Bukhari juga membenarkan
anggapan ‘rambut atau ludah’ nabi SAW, barakah. Tentang rambut,
beliau meriwayatkan: صحيح البخاري - (ج 1 / ص 296)
165 - حَدَّثَنَا مَالِكُ بْنُ إِسْمَاعِيلَ قَالَ حَدَّثَنَا
إِسْرَائِيلُ عَنْ عَاصِمٍ عَنْ ابْنِ سِيرِينَ قَالَ قُلْتُ
لِعَبِيدَةَ عِنْدَنَا مِنْ شَعَرِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَصَبْنَاهُ مِنْ قِبَلِ أَنَسٍ أَوْ مِنْ قِبَلِ أَهْلِ
أَنَسٍ
فَقَالَ لَأَنْ تَكُونَ عِنْدِي شَعَرَةٌ مِنْهُ أَحَبُّ إِلَيَّ
مِنْ الدُّنْيَا وَمَا فِيهَا
Arti (selain
isnad)nya: Pada Abidah, Ibnu Sirin berkata, “Kami
menyanding rambut-rambut nabi SAW, yang dulunya kami dapatkan dari Anas (atau
dari keluarganya RA).”
Abidah
mengandai-andai, “Niscaya jika saya menyanding sehelai rambut dari nabi SAW,
lebih menyenangkan bagi saya, daripada dunia dan yang di atasnya.”
Ibnu Chajar menulis, “فِيهِ التَّبَرُّك
بِشَعْرِهِ صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ.” Artinya: Dalam uraian
Hadits ini tersimpul pengertian ‘menganggap barakah’ pada rambut-rambut nabi
SAW (boleh). Walau begitu, saya yakin maksud mereka rambut nabi SAW yang dibarokahi oleh Allah. Kalimatnya diringkas menjadi "Rambut Nabi SAW yang dibarokahi." Mengenai ludah Nabi SAW dan lainnya, maksudnya juga seperti itu.
قال الواقدي: حدثني أبو عبيدة عن صفوان بن عمرو بن عبد الرحمن بن
جبير أن أبا الجعيد كان رئيساً من رؤساء أهل حمص، فلما اجتمعت الروم على المسلمين
في اليرموك دخلوا على حمص ونزلوا في بلدة تسمى الزراعة، وكان أبو الجعيد هذا قد
جعلها مسكنه لطيب هوائها ومائها وانتقل من حمص إليها فنزل عسكر الروم على الزراعة
عنده وكان فيها عرس لأبي الجعيد وزوجته تزف عليه في تلك الليلة. قال فتكلف أبو
الجعيد بضيافة الروم وأكرمهم وأطعمهم وسقاهم الخمر، فلما فرغوا من أمورهم قال: هات
امرأتك إلينا فأبى ذلك وسبهم فأبوا إلا أخذ العروس، فلما شنع عليهم بذلك عمدوا إلى
العروس وأخذوها كرهاً منه وعبثوا بها بقية ليلتهم فبكى أبو الجعيد من حزنه ودعا
عليهم فقتلوا أولاده، وكان له ولد من زوجة غيرها قال: فأقبلت أم الفتى فأخذت رأس
ولدها في خمارها وأقبلت به إلى مقدم ذلك الجيش ورمت الرأس إليه وشكت حالها، وقالت
له: انظر ما صنع أصحابك بولدي فخذ بحقي فلم يعبأ بكلامها. فقالت له أم الفتى:
والله لتنصرن العرب عليكم ورجعت وهي تدعو عليه فما كان إلا يسير حتى هلكوا في أيدي
المسلمين.
0 komentar:
Posting Komentar