Pada pasukannya, Abu Ubaidah bersumpah, “Demi Allah, kaum ini hanya mengharapkan Keridhoan Allah, bukan duniawi.”
Tewasnya Bathriq Jirjis telah dilaporkan pada Raja Mahan.
Di hadapan mereka, Mahan berkata, “Dengarkan hai yang sering bertemu Raja Hiraqla! Sampaikan pada baginda nanti, bahwa saya telah berjuang mati-matian, membela agama ini, dan membela
raja! Namun saya takkan mampu menghadapi Tuhan langit yang telah menolong
pasukan Arab. Terus terang, saya malu
menghadap Raja Hiraqla, dengan membawa kekalahan. Saya akan
mencoba ‘turun tangan langsung’ memerangi mereka. Sebelumnya Salib ini akan saya
serahkan pada seorang, saya akan bertempur. Biarlah mati,
yang penting tidak malu dan dimurkai oleh raja. Jika saya berhasil meraih
kemenangan, raja pasti menilai saya sebagai pembelanya yang tangguh.”
Dengan bergetar
ketakutan, para
petinggi militer memohon, “Yang mulia! Jangan berperang sekarang! Jika
mereka telah terbukti bisa membunuh kami! Silahkan yang mulia menghajar
mereka!.”
Mahan bersumpah ‘demi empat
Gereja teragung’, dia tak mau dihalang-halangi dari rencana
berperang. [1] Mereka
membiarkan Mahan mempersiapkan diri.
Mahan memanggil agar
putranya
membawakan Salibnya, dan perintah, “Jadilah
pengganti ayahmu di
sini!.”
Sebelum berperang, barang mahal dari emas senilai 60.000
dinar, telah dipersiapkan, agar kewibawaan Mahan bertambah. Sebelum berperang,
barang-barang dari emas itu menjadi
sangat mahal, karena diberi permata jenis jauhar.
Ketika hampir berangkat, seorang rahib datang untuk
berkata, “Yang mulia! Jangan berperang! Biar yang lain saja.”
Mahan bertanya, “Kenapa?.”
Dia menjawab, “Saya telah bermimpi yang saya artikan, sebaiknya tuan jangan berperang.”
Mahan membentak, “Saya lebih baik mati daripada hina!.”
Sebelum berangakat, diupacarakan dengan agung dan khidmat
‘untuk Mahan’. Dalam upacara suci itu, tubuhnya diolesi parfum bakhur (بخور), dan didoakan agar menang.
Dia yang telah berpengalaman perang itu memacu kudanya. Berbusana perang mewah gemerlapan. Setelah membelah
barisan pasukannya dan maju ke depan, dia menantang
perang pasukan Muslimiin. Dia berkata, “Saya Mahan,
siapa berani melawan?.”
Pasukan Muslimiin yang pertama kali tahu bahwa dia Mahan, Khalid bin Al-Walid,
yang segera berkata, “Hai!
Pimpinan tertinggi mereka telah muncul untuk menantang perang! Itu berarti
mereka telah putus asa!.”
Mahan berteriak, “Saya Mahan! Siapa berani melawan?!.”
Lelaki dari Aus muncul untuk berkata, “Saya orang yang
rindu surga, ingin melawan.”
Dengan gerak sangat
cepat, Mahan
mengambil tongkat besi, yang tadinya
di bawah pahanya. Dipukulkan hingga lelaki Muslim itu
terhuyung roboh dan wafat seketika. Ruhnya memasuki
surga.
Abu Hurairah menyampaikan persaksian:
“Saya mengamati lelaki roboh dan
berdarah karena pukulan Mahan itu, ‘jarinya menunjuk ke langit’. Tidak mempedulikan tubuhnya rusak bermandi darah. Saat
itulah saya menyadari bahwa lelaki sakarat itu berbahagia karena melihat bidadari bermata indah.” [2]
Mahan menginjak mayat lelaki Muslim itu dengan bangga dan
membusungkan dada. Lalu berteriak untuk menantang perang.
Beberapa pasukan Muslimiin berdoa, “Ya Allah! Pastikan
kematian dia di tanganku” Dan bergerak untuk melawan.
Namun yang pertama kali mendekati, ‘Malik Annakhoi (مالك النخعي)
RA’.
Malik mendahului berkata, “Hai orang kafir yang tidak
khitan! Jangan bangga bisa membunuh kawan saya! Dia memang ingin segera bertemu
Tuhannya! Kami semua juga ingin segera masuk surga! Kalau kau ingin bertetangga
kami di surga ‘ucapkanlah syahadat!’
Jalan agar kau selamat selain itu, hanya
menyerahkan pajak pada kami.”
Mahan bertanya, “Apakah kau sahabat Khalid?.”
Malik menjawab, “Nama saya Malik Annakhoi, sahabat
Rasulillah SAW.”
Mahan menjawab, “Saya memilih berperang,” lalu
mengayunkan tongkat besinya keras sekali, hingga helm perang terpukul,
“Brang!,” ringsek menutup kening dan mata Malik.
Sejak itu di belakang nama Malik, diberi tambahan Al-Asytar (الأشتر)
yang artinya lebih ringsek, maksudnya
sangat ringsek. Karena peristiwa
tersebut.
Malik hampir berlari, tetapi langkahnya terhenti oleh
akalnya yang berkata, “Allah akan menolong saya.”
Dalam keadaan darah kepala bercucuran membasahi wajahnya,
dia sempoyongan dan mengatur keseimbangan badan.
Mahan yakin sepenuhnya bahwa Malik yang kepalanya luka
berat itu akan segera tewas. Tetapi Malik bergerak cepat untuk menyerang Mahan. Pasukan Muslimiin berteriak, “Hai Malik!
Berdoalah agar Allah menolong mengalahkan musuhmu!.”
Malik berdoa dan membaca shalawat, lalu pedangnya
ditebaskan sekuat tenaga, hingga melukai Mahan yang menghindar.
Mahan terkejut dan merasa kesakitan, lalu memacu kudanya agar berlari cepat, memasuki barisan pasukannya.
Orang-orang terkejut oleh teriakan Khalid, “Hai kaum yang
akan diberi kemenangan! Yang serangannya
membahayakan! Serang! Mumpung mereka ketakutan!.”
Khalid dan pasukan khususnya segera bergerak untuk
menyerbu. Sejumlah pimpinan Muslimiin juga menggerakkan barisan mereka. Medan
perang riuh oleh pekikan tahlil dan takbir.
Pedang-pedang
berdenting, berbenturan dengan perisai atau
pedang.
Pasukan Romawi bertahan dengan gigih hingga sore hari.
Tapi ketika matahari telah terbenam dan alam mulai gelap, pasukan Romawi berlari tunggang-langgang. Sebagain
mereka tertangkap, yang lainnya terbunuh.
Jumlah yang terbunuh sekitar 100.000 pasukan; yang
ditawan juga sejumlah itu; yang mati tenggelam di danau Annaqushah (الناقوصة)
juga sekitar itu.
Banyak sekali mayat dari pasukan Romawi yang tidak
dikenali. Yang berlari tunggang-langgang, kebanyakan
menuju gunung dan jurang. Semakin malam musuh yang tertawan dan terbunuh ‘semakin banyak’.
Pasukan Muslimiin berhenti setelah diperintah, “Biarkan
mereka! Besok pagi kita lanjutkan!,” oleh Abu Ubaidah.
Pasukan Muslimiin sama pulang menuju tenda mereka untuk
istirahat. Mereka membawa rampasan perang banyak sekali, yang harganya mahal-mahal.
Mangkuk emas,
teko emas, mangkuk perak, teko perak, bantal mewah, permadani istimewa, dan
lain-lain, yang serba bagus dan mahal.
Di malam yang indah itu Abu Ubaidah perintah agar
sebagian pasukan Muslimiin mengumpulkan rampasan perang. Malam itu mereka
berbahagia karena mendapatkan Pertolongan
Allah. Ternyata di malam itu pasukan Romawi yang tewas lagi sebagai korban
tenggelam, bertambah banyak.
Kesaksian Chamid bin Majid (حامد بن مجيد)
yang saat itu ikut berperang:
Abu Ubaidah ingin menjumlah pasukan Romawi yang tewas,
namun tidak mampu, karena terlalu banyak. Dia perintah agar pasukan Muslimiin
menebangi bambu-bambu di jurang, untuk menghitung jumlah pasukan Romawi yang
sama mati.
Setelah hutan bambu itu ditebangi untuk tanda dan untuk
menghitung yang sama tewas, akhirnya terjumlah 105.000 mayat.
Yang mati karam di dalam danau Annaqushah tidak terhitung
karena terlalu banyak. Yang tertawan 40.000 orang.
Pasukan Muslimiin yang gugur 4.000 orang. Banyak juga
kepala yang telah lepas dari tubuhnya.
Abu Ubaidah tidak tahu ‘itu kepala’ orang Muslim atau orang Romawi. Abu Ubaidah menyalati pasukan Muslimiin yang sama gugur. Lalu mencari pasukan Romawi yang sama lari menuju gunung
dan jurang.
Dalam pencarian itu. Abu Ubaidah
dan pasukannya menjumpai seorang penggembala. Pada
penggembala, mereka bertanya, “Apakah ada pasukan Romawi yang lewat ke sini?.”
Penggembala menjawab, “Ada! Seorang bathriq membawa
pasukan berjumlah sekitar 40.000 orang.”
Bathriq itu adalah Raja Mahan. Khalid menyiapkan pasukannya bernama Azzachf (الزحف)
yang artinya pengobrak-abrik, untuk mengejar mereka.
Saat menjumpai mereka di kota Damaskus (Dimasyqa/دمشق),
Khalid meneriakkan takbir; pasukannya mengikuti bertakbir. Serangan dilancarkan
dengan sengit, dan pasukan Romawi tewas
berserakan, dan berlarian.
Mahan loncat dari kudanya untuk kabur, sambil
membuang pakaian kebesaran yang dikenakan, agar tidak
dikenali dan tidak dibunuh.
Dia juga memohon ampunan pada lelaki Muslim bernama
Annukman bin Jahlah (النعمان بن جهلة)
yang menangkap dirinya.
Namun lelaki itu
bersama Ashim, menebaskan pedang hingga Mahan tewas. [3]
Para tokoh Damaskus berdatangan untuk menemui Khalid dan
berkata, “Kami masih mentaati ‘Perjanjian’ yang telah kami sepakati dengan kalian.”
Khalid menjawab, “Kalian memang berkewajiban melaksanakan
perjanjian itu.”
Khalid menggerakkan pasukanya untuk menyerang pasukan
Romawi yang lari. Mereka yang melawan justru tewas, yang menyerah, ditawan. Pengejaran berlangsung hingga
Khalid dan pasukannya sampai gunung Iqab (العقاب).
Kahlid dan pasukannya menunggu mereka di bawah gunung
selama sehari. Pengejaran dilanjutkan hingga sampai kota Chims (حمص / Homs).
Abu Ubaidah dan pasukannya juga datang ke kota itu,
setelah mendengar kabar ‘Khalid dan pasukannya’ berada di kota itu. Dari kota itulah Abu Ubaidah
perintah agar sejumlah tokoh ‘menggerakkan’ pasukan
Muslimiin, untuk mencari pasukan Romawi yang
berlari.
Ketika mereka telah menyelesaikan tugas, Abu Ubaidah
mengumpulkan rampasan perang, untuk dibagi menjadi lima. Yang seperlima
dikirimkan pada Umar bin Al-Khatthab RA bersama surat pengantar:
بسم الله الرحمن الرحيم وصلوات الله على نبيه المصطفى ورسوله
المجتبى صلى الله عليه وسلم، من أبي عبيدة عامر بن الجراح: أما بعد فأنا أحمد الله
الذي لا إله إلا هو وأشكره على ما أولانا من النعم وخصنا به من كرمه ببركات نبي
الرحمة وشفيع الأمة صلى الله عليه وسلم، واعلم يا أمير المؤمنين أني نزلت اليرموك
ونزل ماهان مقدم جيوش الروم بالقرب منا ولم ير المسلمون أكثر جمعاً منه فأقصى الله
تلك الجموع ونصرنا عليهم بمنه وكرمه وفضله فقتلنا منهم زهاء من مائة ألف وخمسة
آلاف وأسرنا منهم أربعين ألفاً واستشهد من المسلمين أربعة آلاف ختم الله لهم
بالشهادة ووجدت في المعركة رؤوساً مقطوعة لم أعرفها فصليت عليها ودفنتها وقتل
ماهان على دمشق قتلة عاصم بن خوال، وقد كان قبل وقعة الانفصال نصب عليهم رجل منهم
يقال له أبو الجعيد من أهل حمص حيلة فألقاهم في موضع يقال له الناقوصة فغرق منهم
ما لا يحصى عددهم إلا الله تعالى، وأما من قتل من المشركين في الأودية والجبال من
المنهزمين وغيرهم وأخذت عدتهم فتسعون ألفاً وقد ملكنا أموالهم وخيولهم وحصونهم
وبلادهم وكتبنا إليك هذا الكتاب بعد الفتح ونزلنا في دمشق والسلام عليك ورحمة الله
وبركاته وعلى جميع المسلمين.
Artinya:
Dengan Nama Allah:
Ar-Rohman, Ar-Rohim. Sholawat Allah semoga melimpah pada Nabi-Nya SAW yang dipilih. Dari Abu Ubaidah Amir bin
Al-Jarrach, ammaa ba’d:
Saya memuji
Allah satu-satunya Tuhan yang harus disembah. Saya juga mensyukuri anugrah
khusus yang diberikan pada kami berkat Nabi Rahmat dan penyafaat umat SAW. Ketahuilah ya Amiral Mukminiin, bahwa sungguh kami telah pergi ke Yarmuk (untuk
berperang).
Raja Mahan
sebagai panglima perang Romawi bertempat di dekat kami. Menurut pasukan
Muslimiin yang menyertai saya, “Tidak ada pasukan perang (musuh)
yang jumlahnya sebanyak itu.”
Namun ternyata Allah menolong kami dengan Anugrah, Kedahsyatan, dan Kefadholan-Nya,
mengalahkan mereka.
Pasukan mereka
yang kami bunuh berjumlah sekitar 105.000 orang. Yang kami tawan berjumlah
40.000 orang.
Pasukan
Muslimiin yang gugur sebagai syuhada 4.000 orang. Potongan kepala orang yang
tidak kami ketahui ‘kepala siapa’ jumlahnya
cukup banyak, kami shalati dan kami kubur.
Karena siapa
tahu itu semua kepala kaum Muslimiin.
Mahan
tertangkap dan dibunuh di kota Damaskus, oleh Ashim bin
Khawwal.
Sebelum
peperangan berakhir, tokoh Nashrani dari kota Chims bernama Abul-Juaid, yang menolong kami, menipu
pasukan Romawi. Dialah yang berjasa menipu hingga musuh sama terperosok pada
danau sangat luas dan dalam sekali, bernama Annaaqushah.
Yang tahu jumlah
mereka yang terperosok dan tewas karam di dalamnya, hanya Allah.
Ada lagi
pasukan mereka berjumlah 90.000 orang yang kami bunuh di jurang-jurang dan
gunung-gunung dan lainnya. Kami merampas harta, kuda, rumah mewah, dan
kota-kota mereka.
Kami menulis
surat ini setelah kami menang, lalu kami kembali ke Damaskus lagi.
Semoga Salam, Rahmat, dan Barokah melimpah pada Baginda dan pada semua
Muslimiin.
In syaa Allah bersambung.
[1] Empat
Gereja teragung ialah: 1), Anthaqiyah. 2), Iskandariyah (Mesir). 3), Romawi.
4), Qusthanthin. (تفسير ابن كثير - (ج 6 / ص 573)).
قال
أبو هريرة رضي الله عنه: فنظرت إلى الغلام عندما سقط وهو يشير بإصبعه نحو السماء
ولم يهله ما لحقه فعلمت أن ذلك لفرحه بما عاين من الحور العين.
[3] Asalnya yang membunuh ‘Mahan’
tidak diketahui, mungkin Annukman bin Jahlah,
atau Ashim bin Khawwal Al-Yarbui. Al-Waqidi menulis tentang itu: فتوح الشام - (ج 1 / ص 176)
وكان ماهان قد ترجل عن
جواده، وقيل إنه ترجل ينكر نفسه ويسلم من القتل فأتاه رجل من المسلمين فحامى عن
نفسه فقتله الرجل، وكان قاتله النعمان بن جهلة الأزدي وعاصم بن خوال اليربوعي وقد
اختلفوا في أيهما قتل ماهان.
0 komentar:
Posting Komentar