SELAMAT DATANG DI BLOG PONDOK PESANTREN MULYA ABADI, JL. MAGELANG KM 8.5 SLEMAN YOGYAKARTA, SEMOGA BLOG INI BISA MENJADI SILATURAHMI KITA UNTUK SALING BERBAGI

2013/09/11

Kajian Surat Al-Baqarah 137 – 138



{فَإِنْ آمَنُوا بِمِثْلِ مَا آمَنْتُمْ بِهِ فَقَدِ اهْتَدَوْا وَإِنْ تَوَلَّوْا فَإِنَّمَا هُمْ فِي شِقَاقٍ فَسَيَكْفِيكَهُمُ اللَّهُ وَهُوَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ () صِبْغَةَ اللَّهِ وَمَنْ أَحْسَنُ مِنَ اللَّهِ صِبْغَةً وَنَحْنُ لَهُ عَابِدُونَ ()} [البقرة: 137، 138].

Artinya:
Maka jika mereka telah beriman dengan semisal yang kalian telah beriman padanya; sungguh mereka telah mendapatkan petunjuk. Namun jika mereka berpaling; berarti sungguh mereka dalam perpecahan. Maka Allah akan mencukupi kau (dari) mereka. Dia Maha mendengar Maha Alim. (137) [1]
(Inilah) Pewarnaan Allah! Siapakah yang lebih baik pewarnaannya daripada Allah? Kami beibadah padaNya. (138) [2]


[1] Secara khusus kalimat ayat ini merupakan janji Allah akan menolong Nabi Muhammad SAW. Dan itu sudah dilakukan secara nyata. Namun sepertinya janji pertolongan ini juga untuk Utsman bin Affan. Karena Ibnu Katsir menulis: تفسير ابن كثير (1/ 450)
قَالَ ابْنُ أَبِي حَاتِمٍ: قُرِئَ عَلَى يُونُسُ بْنُ عَبْدِ الْأَعْلَى حَدَّثَنَا ابْنُ وَهْبٍ، حَدَّثَنَا زِيَادُ بْنُ يُونُسَ، حَدَّثَنَا نَافِعُ بْنُ أَبِي نُعَيم، قَالَ: أَرْسَلَ إليَّ بَعْضُ الْخُلَفَاءِ مصحفَ عُثْمَانَ بْنِ عَفَّانَ لِيُصْلِحَهُ. قَالَ زِيَادٌ: فَقُلْتُ لَهُ: إِنَّ النَّاسَ يَقُولُونَ: إِنَّ مُصْحَفَهُ كَانَ فِي حِجْرِهِ حِينَ قُتِل، فَوَقْعَ الدَّمُ عَلَى {فَسَيَكْفِيكَهُمُ اللَّهُ وَهُوَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ} فَقَالَ نَافِعٌ: بَصُرت عَيْنِي بِالدَّمِ عَلَى هَذِهِ الْآيَةِ وَقَدْ قَدُم.

Arti (selain isnad)nya:
Nafik bin Abi Nuaim berkata, “Sebagian Khalifah telah mengirimkan Mushaf Utsman, untuk dibenahi.
Ziad berkata ‘sungguh saat beliau dibunuh; Mushaf beliau berada di atas pangkuannya’. Darah mengguyur kalimat ayat ‘fasayakfiikahumulloohu waHuwas Samiiul Aliim’ ({فَسَيَكْفِيكَهُمُ اللَّهُ وَهُوَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ}).
Nafik berkata ‘saya menyaksikan darah yang mengguyur ayat ini, sungguh telah mengering’.”
[2] Ibnu Katsir menjelaskan ‘pemanshuban lafal Shibgotalloh’: تفسير ابن كثير (1/ 450)
وَانْتِصَابُ {صِبْغَةَ اللَّهِ} إِمَّا عَلَى الْإِغْرَاءِ كَقَوْلِهِ {فِطْرَتَ اللَّهِ} [الرُّومِ: 30] أَيِ: الزَمُوا ذَلِكَ عَلَيْكُمُوهُ. وَقَالَ بَعْضُهُمْ: بَدَلٌ مِنْ قَوْلِهِ: {مِلَّةَ إِبْرَاهِيمَ} وَقَالَ سِيبَوَيْهِ: هُوَ مَصْدَرٌ مُؤَكَّدٌ انْتَصَبَ عَنْ قَوْلِهِ: {آمَنَّا بِاللَّهِ} كَقَوْلِهِ {وَاعْبُدُوا اللَّهَ} [النِّسَاءِ: 36].

Artinya:
Pemanshuban lafal Shibghotalloh adakalnya untuk ighrok, yakni penganjuran; seperti FirmanNya ‘fithrotalloh!’. Artinya ‘tetapilah itu! Lakukanlah itu!.
Sebagian ulama berkata, “Karena sebagai badal, yakni pendetailan dari FirmanNya (sebelumnya) ‘millata Ibrahima (مِلَّةَ إِبْرَاهِيمَ)’.”
Sibawaih berkata, “Dia sebagaia mashdar yang diperkuat. Ternashab dari FirmanNya yakni ‘aamannaa billaah (آمَنَّا بِاللَّهِ)’. Kedudukannya seperti FirmanNya ‘وَاعْبُدُوا اللَّهَ’.”

0 komentar:

Posting Komentar