SELAMAT DATANG DI BLOG PONDOK PESANTREN MULYA ABADI, JL. MAGELANG KM 8.5 SLEMAN YOGYAKARTA, SEMOGA BLOG INI BISA MENJADI SILATURAHMI KITA UNTUK SALING BERBAGI

2011/12/09

KW 160: Dakwah ke Negeri Athakiyah




 (Bagian ke-160 dari seri tulisan Khalid bin Walid)


Malaikat membaca ‘iqra bismi Rabbikalladzii khalaqa khalaqal insaana min alaq. Iqra wa Rabbukal akramulladzii allama bilqalami allamal insaana maa lam yalam’. [1]

Rasululullah SAW pulang kerumah
, membawa Wahyu itu dengan hati bergetar. Beliau memasuki rumah istrinya bernama Khadijah binti Khuwailid RA, untuk minta ‘selimutilah saya! Selimutilah saya!’.
Merek
a menyelimuti hingga kekhawatiran beliau hilang.
Beliu menjelaskan pada Khadijah ‘saya benar-benar mengkhawatirkan diri saya’. 
Khadijah mengibur ‘jangan khawatir! Allah tak akan menghinakan kau hingga kapanpun! Kau menyambung famili dan menanggung tanggungan berat. Engau mampu melakukan yang orang lain tak mampu melakukan. Kau memberi hidangan pada tamu. Kau pembela kebenaran’.

Rasulullah SAW pernah berkisah ‘suatu hari saya berjalan. Tiba-tiba saya mendengar suara dari arah langit. Setelah saya amati ternyata ada malaikat yang pernah mendatangi saya di gua Chira. Dia duduk di atas kursi, di antara langit dan bumi’.
Saya ketakutan hingga pulang pada Khadijah, untuk berkata ‘selimutilah saya! Selimutilah saya!’. 
Tak lama kemudian, Allah menurunkan Wahyu ‘yaa ayyuhal muddatssir qum faandzir!’. [2] 
Setelah itu Wahyu berturut-turut turun pada beliau SAW.
Sungguh suatu hari saya pernah duduk bersama beliau di dalam Masjid. Tiba-tiba lelaki berkendaraan unta, datang untuk menambatkan untanya di depan pintu Masjid.
Dia berkata ‘assalaamu alaikum!’. 
Sontak kami menjawab salam dia. 
Dia bertanya ‘mana Muhammad?’. 
Kami menjawab ‘ini yang berwajah putih’. 
Dia memanggil nabi SAW ‘hai Cucu Abdil-Muthallib! Saya datang kemari untuk bertanya dengan serius. Jangan marah karena pertanyaan ini’. 
Beliau bersabda ‘bertanyalah terserah kau’. 
Dia bertanya ‘demi Tuhanmu dan Tuhan orang sebelummu, apakah betul Allah telah mengutus kau? Untuk seluruh manusia?’. 
Beliau bersabda ‘Allahmma betul’. 
Dia bertanya lagi ‘saya bertanya padamu, demi Allah apakah Allah perintah agar kau shalat 5X dalam sehari semalam?’. 
Beliau bersabda ‘Allahumma betul’. 
Dia bertanya ‘saya bertanya padamu, demi Allah apakah Allah telah perintah agar kau puasa sebulan ini dalam setahun?’. 
Beliau bersabda ‘Allahmma betul’. 
Dia bertanya ‘saya bertanya demi Allah, apakah Allah perintah agar kau menarik zakat dari kaum kaya kami? Untuk kau berikan pada kaum fakir kami?’. 
Beliau bersabda ‘Allahumma betul’. 
Dia berkata ‘saya telah beriman pada yang kau bawa. Saya mewakili kaum yang di belakang saya. Sayalah Dhimam bin Tsalabah (ضِمَامُ بْنُ ثَعْلَبَةَ), famili Bani Saed bin Bakr’."

Pada Qais, Hiraqla bertanya, "Demi benarnya agamamu, apakah kau pernah menyaksikan Mukjizatnya SAW?." 
Qais menjawab, "Saya pernah menemani beliau di dalam musafir. Seorang pedesaan datang untuk mendekat beliau SAW yang lalu bertanya ‘bukankah kau bersaksi bahwa tiada Tuhan yang wajib disembah kecuali Allah, dan sungguh saya Muhammad Rasul-Allah?’.
Dia menjawab ‘siapa yang akan bersaksi mengenai yang kau katakan?’.
Nabi SAW berdiri dan menjawab ‘batu itu!’.
Lalu beliau memanggil batu di pinggir jurang. Sontak batu itu bergeser untuk menghadap dan membaca syahadat tiga kali di hadapan nabi SAW. Batu berkata ‘kau Muhammad Rasul-Allah SAW’.
Nabi SAW perintah agar batu itu kembali ke tempat semula."

Hiraqla berkata, "Sungguh kami membaca di dalam kitab:
‘Lelaki (beriman) yang melakukan satu kesalahan maka ditulis melakukan satu kesalahan, namun jika dia mengamalkan satu kebaikan maka ditulis mengamalkan 10 kebaikan?’." 

Qais menjawab, "Yang ini ada penjelasannya di dalam Kitab kami: 
Man jaaa bil-chasanati falahuu asyru amtsaalihaa. Waman jaaa bissayyiati falaa yujzaa illaa mitslaha’." [3] 

Hiraqla berkata, "Ketahuilah bahwa nabi SAW yang diberitakan oleh Isa bin Maryam AS
, Saksi Manusia di hari kiamat."
Qais menjawab, "Itulah nabi kami SAW. Allah Taala berfirman di dalam Kitab-Nya yang mulia
: 
‘Yaa ayyuhannabiyyu innaaa arsalnaaka syaahidan wa mubassyiran wa nadziiran wa daaiyan ilallaahi bi Idzni-Hii wasiraajan muniiraa’."[4] 
Adapun penyaksian beliau di akhirat nanti, dijelaskan oleh Tuhan kami, di dalam Firman-Nya yang telah lama sekali difirmankan:
Wajinaa bika ‘alaa haaulaai Syahiidaa’."[5]

Hiraqla berkata, "Tuhannya Isa AS yang saya jelaskan padamu, perintah pada Hamba-Hamba-Nya agar membaca shalawat untuknya, ketika dia masih hidup dan telah wafat."
Qais menjawab, "Yang dimaksud adalah nabi kami SAW. Allah berfirman di dalam Kitab-Nya: 
‘Inna Allaha wa Malaaikata-Huu yushalluuna alannabiyyi yaa ayyuhalladziina aamanuu shalluu alaihi wasallimuu tasliimaa’." [6]

Hiraqla berkata, "Nabi SAW yang dijelaskan oleh Isa bin Maryam AS, dinaikkan (di-mikraj-kan) kelangit, untuk berbicara langsung dengan yang Maha Tinggi."
Qais berkata, "Demi Allah itu nabi kami SAW. Allah Taala berfirman: 
‘Subchaanalladzii asraa biabdi-Hii lailan minal Masjidil-Charami ilal Masjidil-Aqsha’." [7]
 
Pembesar para bathriq Romawi yang duduk di situ, mendengarkan pembicaraan Hiraqla dan Qais. Dia menghadap Hiraqla untuk berkata, "Yang mulia! Yang dijelaskan oleh Isa bin Maryam itu bukan nabi yang diutus sebelum atau setelah Isa bin Maryam. Penjelasan dia keliru." 
Dhirar membentak, "Kamu bohong! Orang  berjenggot laknat hina ini bohong hai anjing Romawi! [8] Kau dan orang-orang sepertimu, bohong dengan mengatasnamakan Isa bin Maryam! Dan mengingkari pada kenabian nabi kami Muhammad SAW! Tak tahukah kau bahwa Isa pernah membaca tentang kenabian nabi SAW di dalam Injil? Musa juga pernah membaca di dalam Taurat? Dawud juga pernah membaca di dalam Zabur? Sungguh nabi kami SAW diutus untuk mendakwahkan sebaik-baik agama. Mengenai kenabian dan kerasulannya, telah ditulis di dalam Kitab Allah yang mulia. Bahkan di dalam semua kitab dari langit yang diturunkan pada nabi-nabi AS sebelum beliau. Dialah Nabi Muhammad SAW putra Abdillah putra Abdil-Muthallib dari Makkah. Tetapi tabir-kafir telah menghalang-halangi kalian menghalangi dari mengakui dan iman’.




[1] اقْرَأْ بِاسْمِ رَبِّكَ الَّذِي خَلَقَ خَلَقَ الْإِنْسَانَ مِنْ عَلَقٍ اقْرَأْ وَرَبُّكَ الْأَكْرَمُ الَّذِي عَلَّمَ بِالْقَلَمِ عَلَّمَ الْإِنْسَانَ مَا لَمْ يَعْلَمْ [العلق/1-5]. Artinya: Bacalah, “Dengan Nama Tuhanmu yang telah mencipta. Mencipta manusia dari Setitik darah. Bacalah, ‘dan Tuhanmu Lebih Mulia, yang mengajar dengan pena. Mengajarkan  yang tidak diketahui oleh manusia.”
[2] يَا أَيُّهَا الْمُدَّثِّرُ قُمْ فَأَنْذِرْ [المدثر/1، 2]. Artinya: Hai orang yang berselimut! Berdiri dan menakut-takutilah!.
[3] مَنْ جَاءَ بِالْحَسَنَةِ فَلَهُ عَشْرُ أَمْثَالِهَا وَمَنْ جَاءَ بِالسَّيِّئَةِ فَلَا يُجْزَى إِلَّا مِثْلَهَا [الأنعام/160]. Artinya: Barang siapa datang dengan membawa satu kebaikan, maka mendapatkan sepuluh kebaikan. Barang siapa datang membawa satu kejelekan, maka takkan dibalas kecuali semisalnya.
[4] يَا أَيُّهَا النَّبِيُّ إِنَّا أَرْسَلْنَاكَ شَاهِدًا وَمُبَشِّرًا وَنَذِيرًا وَدَاعِيًا إِلَى اللَّهِ بِإِذْنِهِ وَسِرَاجًا مُنِيرًا  [الأحزاب/45، 46]. Artinya: Hai nabi, sungguh Kami telah mengutus kau sebagai saksi, pemberi kabar gembira, menakut-nakuti, dan mengajak pada Allah dengan Ijin-Nya, dan sebagai Penerang yang menerangkan.
[5] وَجِئْنَا بِكَ عَلَى هَؤُلَاءِ شَهِيدًا [النساء/41]. Artinya: Dan kami datangkan kau sebagai saksi atas mereka ini.
[6] إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا  [الأحزاب/56]. Artinya: Sesungguhnya Allah dan para Malaikat-Nya memberi shalawat pada nabi. Hai orang-orang yang telah beriman, berdoalah shalawat dan ucapkan salam secara nyata! Untuknya.
[7] سُبْحَانَ الَّذِي أَسْرَى بِعَبْدِهِ لَيْلًا مِنَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ إِلَى الْمَسْجِدِ الْأَقْصَى [الإسراء/1]. Artinya: Maha Suci yang telah menjalankan Hamba-Nya di waktu malam, mulai dari Masjidil-Charam hingga Masjidil-Aqsha.
[8] Dalam kitab aslinya tertulis: .فقال ضرار بن الأزور: كذبت في وجهك وكذبت هذه اللحية الملعونة المخزية يا كلب الروم.


0 komentar:

Posting Komentar