SELAMAT DATANG DI BLOG PONDOK PESANTREN MULYA ABADI, JL. MAGELANG KM 8.5 SLEMAN YOGYAKARTA, SEMOGA BLOG INI BISA MENJADI SILATURAHMI KITA UNTUK SALING BERBAGI

2016/11/14

PS 139: Pembebasan Syam





Setelah semua busana mewah itu dirobek, Umar melanjutkan perjalanan ke Baitul-Maqdis.

Umar meneriakkan, “Allahu Akbar,” ketika menyaksikan Baitul-Maqdis makin dekat. Lalu berdoa, “Ya Allah, berilah kami Kemenangan dengan cara yang mudah. Dan berilah kami Kekuatan Dahsyat yang mempermudahkan segala urusan.”
Lalu dia berjalan lagi dan ditemui beberapa rombongan berjumlah cukup banyak. 
Umar berjalan terus hingga mendekati tenda Abu Ubaidah. Tenda yang dipersiapkan untuk Umar, tidak diberi alas.
Umar duduk di atas tanah untuk istirahat sebentar, lalu shalat 4 rakaat. Pasukan Muslimiin sekitar 35.000 menyambut kedatangannya dengan gegap-gempita. Kebanyakan mereka meneriakkan tahlil dan takbir, hingga suara menggemuruh seakan-akan memenuhi bumi.

Penguasa Baitul-Maqdis ketakutan ketika mendengarkan tahlil dan takbir menggelegar seakan-akan membelah langit. Dia dan pengawalnya bergegas mendekati benteng Baitul-Maqdis. 
Seorang lelaki di atas benteng berteriak, “Hai kaum Arab! Kenapa kalian ribut?” dengan bahasa Arab.
Beberapa Muslimiin di luar benteng berteriak, “Amirul Mukminiin Umar, telah datang kemari. Kami riuh karena terlalu bahagia.”
Lelaki itu turun untuk melaporkan pada pimpinannya. 
Sang bathriq petinggi kaum Baitul-Maqdis dalam urusan agama, menundukkan wajah dan membisu dalam waktu lama.

Di pagi yang indah itu, Umar mengimami shalat subuh. 
Setelah usai, perintah pada Abu Ubaidah, “Ya Amir! Datang dan katakanlah pada mereka, 'saya telah datang!'.”
Abu Ubaidah mendekati benteng dan berteriak, “Hai penduduk ini negeri! Pimpinan kami Amirul Mukminiin telah datang kemari! Bagaimana tanggapan kalian?!.” 
Pasukan Baitul-Maqdis melaporkan pada tokoh agama mereka yang sedang berada di dalam biara. Bathriq itu terkejut mendengar laporan beberapa orangnya.
Dia segera mengenakan busana sederhana untuk keluar menemui Umar. Para rahib, ulama Nashrani, dan para usquf  (asaqifah/الأساقِفَةُ) mengiringi perjalanannya.
Salib paling keramat yang tidak pernah dikeluarkan kecuali pada perayaan besar, dikeluarkan untuk dibawa. Bathriq agung yang mengurusi keagamaan itu didampingi Bathaliq (الباطليق) penguasa tertingggi Baitul-Maqdis yang mengurusi pemerintahan. 
Bathaliq berkata, “Wahai Bapa, jika kau tahu betul pada dia, silahkan pintu gerbang kau bukakan. Namun jika dia bukan orang yang kau maksud, jangan sekali-kali dibukakan. Kami akan memerangi mereka mati-matian” padanya.
Bathriq menjawab, “Akan saya cek dengan seksama.”
Bathriq didampingi oleh Bathaliq dikawal oleh arak-arakan pasukan sangat panjang, berjalan menuju benteng. Di atas benteng, Bathriq didampingi oleh Bathaliq, dinaungi Salib paling keramat.
Pada Abu Ubaidah yang di luar benteng, Bathriq berteriak, “Apa maumu!?.”
Abu Ubaidah berteriak, “Inilah Amirul Mukminiin Baginda Umar pimpinan tertinggi kami. Mohonlah agar baginda menjamin kalian aman dengan syarat kalian membayar pajak!.”
Bathriq berteriak, “Kalau betul dia Umar, mintalah agar beliau mendekat kemari! Akan saya amati apakah benar beliau Umar. Jangan ada yang menemani beliau, agar kami bisa mengamati beliau! Kalau beliau betul seperti yang kami baca di dalam Injil, kami akan turun untuk memohon aman dan akan menyerahkan pajak pada beliau. Namun jika beliau bukan Umar, kami justru akan mengamuk pada kalian.”


In syaa Allah bersambung

0 komentar:

Posting Komentar