SELAMAT DATANG DI BLOG PONDOK PESANTREN MULYA ABADI, JL. MAGELANG KM 8.5 SLEMAN YOGYAKARTA, SEMOGA BLOG INI BISA MENJADI SILATURAHMI KITA UNTUK SALING BERBAGI

Doa Meluluhkan Hati Seseorang

Ya Allah sungguh Engkau Maha Mulia Maha Besar. Sedangkan saya HambaMu yang sangat hina dina. Tiada upaya dan kekuatan kecuali karena Kau. Ya Allah, tundukkanlah

Doa Agar di Beri kerjaan Bisnis

Ya Allah, Raja segala Kerajaan, Tuhan memberikan Kerajaan pada yang Tuhan kehendaki, melepas Kerajaan dari yang Tuhan kehendaki, menjayakan orang yang Tuhan kehendaki, dan merendahkan orang yang Tuhan kehendaki

Sapaan Nabi Membuat Khowat Sungkan

Rasulullah SAW keluar dari tenda dan bersabda pada saya ‘hai Ayah Abdillah, apa yang mendorong kau duduk bersama mereka ?’

Hibah Menurut Bukhori

Hibah Menurut Bukhari Ibrahim Annakhai tergolong Tabiin yang sangar alim. Beliau murid Ibrhaim Attaimi, murid Amer bin Maimun, murid Abu Abdillah Al-Jadali, murid Khuzaimah sahabat Nabi SAW.

Masuk Surga Paling Awal

Rasulullah SAW bersabda, “Jibril AS telah datang untuk memegang tanganku untuk menunjukkan saya Pintu Gerbang Surga, yang akan dimasuki oleh umatku.”

Tampilkan postingan dengan label Dakwah ke Baitul-Maqdis. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Dakwah ke Baitul-Maqdis. Tampilkan semua postingan

2016/11/16

PS 141: Pembebasan Syam



Image result for Baitul-Maqdis



Dengan terperangah, Kaeb memperhatikan lelaki Muslim membaca Surat Annisa Ayat 47 itu hingga selesai. Perintah beriman dan Ancaman Allah, membuat dia ketakutan. Dia ingin malam segera pergi dan pagi segera datang. 
Dia segera berkemas-kemas untuk menemui Umar. 
Di pagi indah mendebarkan itu, dia melihat Umar sedang mengimami shalat subuh di sisi shakhrah (الصخرة) yang artinya batu besar. Umar menjawab ucapan salam, dan bertanya, “Siapa kau?” pada Kaeb yang segera menjawab, “Saya Kaeb Al-Achbar. Saya kemari untuk masuk Islam, karena saya telah membaca sifat Muhammad SAW dan umatnya di dalam kitab suci. Sungguh Allah azza wajalla telah memberi Wahyu pada Musa AS:
“Aku belum pernah mencipta Makhluq yang lebih mulia daripada umat Muhammad SAW. Kalau bukan karena Muhammad, Aku tidak mencipta surga, neraka, langit, dan bumi. Umat dia sebaik-baik umat, dan agama dia sebaik-baik agama. Aku mengutus dia di akhir zaman. Umat dia diberi Rahmat. Dia nabi ummi (tidak bisa menulis) dari kota Tihamah, dari suku Quraisy, yang sayang pada kaum Iman, keras atas kaum Kafir. Yang dia rahasiakan seperti yang dia terangkan. Perkataannya sesuai dengan perbuatannya. Bagi dia, jauh sama dengan dekat. Para sahabatnya saling menyayang dan berhubungan erat.”

Kaeb menjawab, “Demi Allah, Allah tahu yang saya katakan, dan tahu isi beberapa hati.”
Umar berkata, “Segala Puji bagi Allah yang telah menjayakan, memuliakan dan merahmati Kita dengan Rahmat-Nya yang memuat segala sesuatu. Dan telah menunjukkan Kita melalui Nabi Muhammad SAW. Bukankah kau mau masuk Islam dengan kesadaran penuh?.”
Kaeb bertanya, “Ya Amirul Mukminiin, apakah di dalam kitab kalian, mengenai agar manusia masuk agama kalian, apa juga dijelaskan mengenai Ibrahim AS?.”
Umar membenarkan lalu membaca beberapa Ayat (yang artinya):
1.     Apakah kalian menyaksikan ketika Maut menghadiri Yaqub AS? Ketika itu dia berkata pada putra-putranya, “Apa yang akan kalian sembah mulai sejak setelah saya tiada?.” Mereka berkata, “Kami akan menyembah Tuhamu dan Tuhan ayah-ayahmu: Ibrahim, Ismail, dan Ischaq AS, yaitu Tuhan yang satu. Dan kami menyerah (Islam) pada-Nya.” [1]
2.     Ibrahim dulu bukan Yahudi dan bukan Nashrani, tetapi chanif (condong) lagi Muslim. Dan tidak tergolong kaum Musyrik. [2]
3.     Masyak mereka akan mencari selain Agama Allah (Islam) sebagai agama? Padahal yang di beberapa langit dan di bumi Islam, dengan taat dan terpaksa pada-Nya? Lagian kalian akan dikembalikan pada-Nya?. [3]
4.     Barang siapa mencari selain Islam sebagai agama, maka agama darinya, takkan diterima. Dan di akhirat dia tergolong kaum Rugi.[4]
5.     Katakan, “Sungguh saya, Tuhan saya telah menunjukkan saya pada jalan yang lurus, sebagai agama yang lurus: agama Ibrahim. Dulu dia tidak tergolong kaum Musyrik.”[5]
6.     Dia tidak menjadikan Sempit atas kalian di dalam agama (Islam ini), inilah agama ayah kalian: Ibrahim. Dia menamakan Muslimiin (kaum Islam) pada kalian, mulai sejak sebelum ini dan di (waktu) ini. Agar Rasul nantinya menjadi saksi atas kalian, dan agar kalian nanti menjadi saksi atas manusia. Maka tegakkanlah shalat dan tunaikanlah zakat! Dan berpeganganlah pada Allah! Dialah Kekasih kalian, Sebaik-baik Kekasih dan Sebaik-baik Penolong. [4]

Kaeb menyimak Ayat-Ayat yang dibaca oleh Umar, lalu berkata, “Ya Amiral Mukminiin. Saya bersaksi bahwa tiada Tuhan yang berhak disembah kecuali Allah, dan sungguh Muhammad Utusan Allah.”
Sontak Umar berbahagia. Lalu bertanya, “Hai Kaeb, maukah kau ke Madinah bersama saya, untuk ziarah pada makam Nabi SAW?.”
Kaeb menjawab, “Ajakan ini akan saya kabulkan dengan senang hati.”

Di hari kesepuluh, Umar akan meninggalkan Baitul-Maqdis. Sebelumnya dia menulis surat untuk penduduk Baitul-Maqdis: Penduduk Baitul-Maqdis diperbolehkan tinggal di Baitul-Maqdis, dengan syarat membayar pajak pada Muslimiin. 
Umar dan pasukannya bergerak menuju kota Jabiyah. Di kota itu Umar menertibkan administrasi yang berhubungan dengan pasukan Muslimiin, dan mengambil 1/5 dari rampasan perang yang untuk Allah, untuk dibagi pada kaum Muslimiin. Dia juga membagi wilayah Syam menjadi dua:
1.     Mulai kota Chauran hingga Chalab dan sekitarnya diserahkan pada Abu Ubaidah. Abu Ubaidah juga diperintah, agar memerangi penduduk Chalab yang tidak mau tunduk pada Islam, hingga dia berhasil menaklukkan mereka.  
2.     Kota Palestina, Al-Quds dan Sachil (الساحل) diserahkan pada Yazid bin Abi Sufyan. Walau begitu kedudukan Yazid di bawah Abu Ubaidah. Yazid juga diperintah agar mengajak Islam, pada penduduk Caesarea (Qaisariyyah/قيسارية).

Pasukan paling banyak, yang dipimpin oleh Abu Ubaidah dan Khalid.
Umar perintah agar Amer bin Al-Ash menyerang penduduk Mesir, dan mengangkat Amer bin Saed Al-Anshari, menjadi Wali bagi kota Chimsh (Homs). Lalu Umar pulang ke Madinah membawa Kaeb Al-Achbar. 
Sebelumnya, Muslimiin Madinah sedih karena menyangka Umar akan tinggal di Baitul-Maqdis, yang banyak buah-buahannya. Bahan makan di tempat tinggal para Nabi itu, harganya juga murah. Di kota itulah sentral manusia di hari kiamat nanti dikumpulkan.

Muslimiin di Madinah telah rindu pada Umar. Dari mereka banyak yang tiap hari keluar rumah untuk menunggu-nunggu kedatangannya, hingga leher mereka capek. 
Ketika rombongan Umar RA dari jauh telah tampak, Muslimiin Madinah gegap gempita menyambut kedatangannya. 
Yang pertama kali menyambut Umar, para sahabat Rasulillah SAW. Mereka mengucapkan salam dan marhaban untuk keberhasilan Umar RA menaklukkan Baitul-Maqdis. Dia dan rombongan memasuki Masjid Nabawi dan mengucapkan salam pada Rasulillah SAW dan Abu Bakr RA, yang tertutup di dalam kubur. Lalu shalat dua rakaat, dan memanggil Kaeb, agar bercerita pada Muslimiin mengeni kisah Islamnya. 
Umar perintah, “Ceritakan lembaran yang disimpan oleh ayahmu pada mereka!.”
Kaeb berdiri, lalu bercerita pada Muslimiin berjumlah banyak; tentang Islamnya.   

Sumpah Al-Waqidi penyusun kitab Futuchussyam (فتوح الشام), yang diterjemahkan menjadi kisah ini:
“Demi Allah satu-satunya Tuhan yang harus disembah, yang tahu Barang Ghoib dan Tampak. Tujuan saya menjelaskan Kemenangan-Kemenangan Kaum Muslimiin ini, demi kebenaran semata. Kaidah yang saya gunakan juga kebenaran, dengan tujuan menunjukkan Kefadholan Para Sahabat Rasulillah SAW, dan Kehebatan Jihad Mereka, untuk kaum Muslimiin. Agar dengan itu kaum Rafidh (Syiah): kaum Khawarij, yang menyerang kaum Ahlussunnah (bisa dipatahkan). Karena kalau bukan sebab Kehendak Allah Taala, dengan perantaraan perjuangan mereka, niscaya negeri-negeri Syam tidak dimiliki oleh Muslimiin. Dan ilmu agama ini pun juga tidak tersebar luas.” [5]




[1] أَمْ كُنْتُمْ شُهَدَاءَ إِذْ حَضَرَ يَعْقُوبَ الْمَوْتُ إِذْ قَالَ لِبَنِيهِ مَا تَعْبُدُونَ مِنْ بَعْدِي قَالُوا نَعْبُدُ إِلَهَكَ وَإِلَهَ آَبَائِكَ إِبْرَاهِيمَ وَإِسْمَاعِيلَ وَإِسْحَاقَ إِلَهًا وَاحِدًا وَنَحْنُ لَهُ مُسْلِمُونَ [البقرة/133].
[2]  مَا كَانَ إِبْرَاهِيمُ يَهُودِيًّا وَلَا نَصْرَانِيًّا وَلَكِنْ كَانَ حَنِيفًا مُسْلِمًا وَمَا كَانَ مِنَ الْمُشْرِكِينَ [آل عمران/67].
[3]  أَفَغَيْرَ دِينِ اللَّهِ يَبْغُونَ وَلَهُ أَسْلَمَ مَنْ فِي السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ طَوْعًا وَكَرْهًا وَإِلَيْهِ يُرْجَعُونَ [آل عمران/83].
[4]  أَفَغَيْرَ دِينِ اللَّهِ يَبْغُونَ وَلَهُ أَسْلَمَ مَنْ فِي السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ طَوْعًا وَكَرْهًا وَإِلَيْهِ يُرْجَعُونَ [آل عمران/83].
[5] Al-Waqidi menulis tentang itu: فتوح الشام - (ج 1 / ص 194)
والله الذي لا إله إلا هو عالم الغيب والشهادة ، ماعتمدت في خبر هذه الفتوح إلا على الصدق وما حدثت حديثه إلا على قاعدة الحق لأثبت فضل أصحاب رسول الله صلى الله عليه وسلم وجهادهم حتى أرغم بذلك أهل الرفض الخارجين على أهل السنة، إذ لولاهم بمشيئة الله تعالى لم تكن البلاد للمسلمين وما انتشر علم هذا الدين. Tulisan ini berubah dari aslinya, penulis belum bisa membenarkan. 

PS 140: Pembebasan Syam



Image result for ‫بيت المقدس‬‎
Dengan tenang dan berwibawa, Umar membaca Ayat yang artinya, “Katakan ‘takkan menimpa pada kita kecuali yang Allah telah menulis untuk kita. Dialah Kekasih kita. Dan hendaklah orang-orang, berserah pada-Nya’.” [1]
Umar perintah agar unta dipersiapkan, untuk dikendarai. Dia mengenakan sarung yang banyak tambalannya, dan bersurban kain potongan abaya dari katun. [2] Yang mendampingi Umar pergi, hanya Abu Ubaidah RA, yang berjalan di depannya. 

Di atas benteng, telah berdiri dua tokoh besar; Bathriq dan Bathaliq, yang bernaung Salib Keramat. Mereka berdua didampingi pasukan berjumlah banyak. 
Abu Ubaidah berteriak, “Hai semuanya! Inilah Amirul Mukminiin!.” 
Bathriq mengusap lalu membuka matanya, lalu terkejut dan berteriak, “Demi Allah! Inilah orang yang pernah kami jumpai penjelasannya di dalam Al-Kitab! Orang inilah yang akan menaklukkan negeri kita!.”
Bathriq membentak, “Kasihan kalian! Turunlah untuk memohon aman pada beliau! Demi Allah! Inilah sahabat Muhammad bin Abdillah SAW!” pasukannya.
Awalnya terkejut karena dibentak, namun lalu mereka bergegas turun menuju Umar. Beberapa orang membukakan pintu-pintu gerbang, lalu ribuan pasukan berjajal-jejal keluar mendekati Umar RA, dari arah beberapa pintu-gerbang. 
Dengan merendah ribuan Pasukan itu memohon, agar Umar menjamin mereka aman. Dan berjanji akan menyerahkan pajak. 
Umar terharu pada Anugrah Allah yang Terlalu Agung itu. Beliau menundukkan wajahnya untuk bersujud lama, di atas punggung untanya, lalu turun. Menarik perhatian hadirin berjumlah sangat banyak.

Umar berkata, “Kalian dipersilahkan pulang! Permohonan aman dan kesanggupan kalian membayar pajak, saya kabulkan.” 
Umar membelokkan unta, agar membawa dirinya menuju pasukannya berjumlah sekitar 35.000 lebih. Derap kaki kuda mereka membahana; debu-debu beterbangan.
Di hari Senin indah yang bersejarah itu, Umar memasuki benteng Baitul-Maqdis, diiringi oleh arak-arakan 

Beliau tinggal di Baitul-Maqdis hinga hari Jumah. 
Di Jumah indah itulah, Umar menggaris tanah untuk michrab (مِحْرَاب) Masjid Umar. Di situlah Umar mengimami shalat Jumah, untuk pasukan Muslimiin.  
Beberapa Pasukan Romawi hampir menyerang Umar dan Jamaahnya yang sedang shalat Jumah. Abul-Juaid mendengar orang-orang berkata, “Bagaimana kalau mereka yang sedang shalat itu kita serbu. Mumpung tidak memegang senjata?.”
Abul-Juaid melarang, “Jangan! Jika kalian tidak mau saya cegah, saya akan berlari untuk memberitahu mereka mengenai rencana kalian.”
Beberapa orang bertanya, “Lalu bagaimana caranya untuk menyerang mereka?.”
Abul-Juaid menganjurkan, “Tampakkan perhiasan kalian! Agar mereka tergiur. Kalau mereka ingin merebut, kalian boleh menyerang.”
Kaum Baitul-Maqdis memenuhi jalan, untuk memamerkan perhiasan dan kekayaan. Pasukan Muslimiin takjub menyaksikan perhiasan gemerlapan dan kekayaan mereka, yang banyak mengagumkan.

Beruntung sekali, tak seorang pun pasukan Muslimiin yang mau merebut atau memerangi mereka. Bahkan beberapa Muslimiin berkata, “Segala Puji bagi Allah yang yang telah memberikan Sejumlah Negeri pada Kami. Kalau dunia sebanding dengan sayap nyamuk surga, niscaya Allah tak sudi memberi Seteguk minuman, pada orang kafir.”

Pasukan Baitul-Maqdis telah siaga sepenuhnya. 
Jika Pasukan Muslimiin ada yang merebut harta atau menyerbu, mereka akan menyerang dengan serempak. Tetapi tak satu pun dari mereka yang menyentuh perhiasan gemerlapan yang dipamerkan itu.
Abul-Juaid berkata, “Merekalah yang dijelaskan di dalam kitab Taurat dan Injil. Mereka kaum yang mementingkan kebenaran. Selama mereka begitu, takkan ada seorang pun yang mampu mengalahkan.”  

Umar dan Pasukan Muslimiin tinggal di Baitul-Maqdis selama 10 hari. Kaeb Al-Achbar (كعب الأحبار) yang saat itu masuk Islam, juga menjelaskan demikian. Saat itu Kaeb berada di Palestina, bergegas menjumpai Umar RA, untuk menyatakan Islam. 

Kaeb memiliki ayah yang paling tahu 'Ajaran Allah' pada Musa bin Imran AS. Semua ilmunya diajarkan pada Kaeb yang sangat dicintai. Sebelum wafat, ayahnya berpesan, “Ya anakku! Semua ilmu saya telah saya berikan padamu, tidak ada yang ketinggalan. Karena saya khawatir kau terpengaruh para Pembohong yang akan muncul. Dua lembar tulisan ini saya letakkan di dalam lobang, agar tidak kau baca, hingga kau mendengar berita tentang Sebaik-Baik Nabi yang akan diutus di akhir zaman, Muhammad SAW. Jika Allah menghendaki baik, kau akan menjadi pengikutnya.” [3] Setelah itu ayah Kaeb wafat.
Setelah mengubur ayahnya, Kaeb segera membuka dan membaca dua lembaran simpanan ayahnya. Ternyata di situ tertulis:
Tiada Tuhan yang berhak disembah kecuali Allah, Muhammad Utusan Allah SAW. Dia terakhir para Nabi AS. Takkan ada nabi lagi setelahnya. Dilahirkan di Makkah, berhijrah ke Thaibah (Madinah). Dia bukan orang kejam atau kasar, atau suka membentak. Umatnya Terpuji, suka memuji Allah di setiap saat. Lidah mereka suka melafalkan tahlil dan takbir. Mereka ditolong mengalahkan semua kaum yang memusuhi. Mereka suka membasuh wajah (wudhu). Sarung mereka menutup betis. Kitab mereka dihapalkan di dalam hati. Mereka saling menyayang seperti para Nabi pada umat mereka. Merekalah awal umat yang akan masuk surga. [4]
Kaeb berkata, “Berarti ajaran ayah paling hebat justru ini.”
Beberapa saat kemudian Kaeb mendengar berita bahwa nabi yang sifatnya tertulis di dalam dua lembaran itu telah muncul di Makkah. Bahkan telah beberapa kali diperbincangkan oleh kaum. 
Setelah nabi SAW hijrah ke Madinah, Kaeb makin yakin bahwa Muhammad SAW benar-benar Nabi. Apa lagi setelah nabi SAW berkali-kali menang di dalam berperang. 
Dia hampir datang ke Madinah. Tetapi ada berita yang menyebutkan, nabi SAW telah wafat, dan Wahyu dari langit telah terputus. 
Perasaan Kaeb bimbang, “Mungkin dia bukan Nabi yang saya tunggu-tunggu itu.”
Tetapi keraguan itu sirna oleh mimpi yang datang: seakan-akan langit terbuka untuk turun para Malaikat yang berbondong-bondong sangat banyak. Lalu ada teriakan, “Rasulullah SAW telah wafat dan Wahyu dari lari langit untuk penghuni bumi telah terputus.” 
Ketika datang pada kaumnya, Kaeb mendapat khabar bahwa 'umat Muhammad SAW telah membaiat Abu Bakr' sebagai Khalifah. 
Ketika Kaeb akan datang menghadap Abu Bakr, ada berita bahwa pasukan Arab datang ke negeri Syam. Hanya saja, dalam waktu cepat Kaeb mendengar berita meyakinkan bahwa 'Abu Bakr wafat' dan kekhalifahan diganti oleh Umar. 
Kaeb ragu-ragu lagi, hatinya berkata, “Saya akan masuk agama ini jika telah yakin agama ini benar.” 
Ternyata Umar datang ke Baitul-Maqdis, untuk berdamai dengan penduduknya. Kaeb menyaksikan sendiri bahwa Umar dan pasukannya disiplin dalam memegang janji. Dan musuh-musuhnya dibuat tunduk padanya, oleh Allah. 
Kaeb berkata, “Mereka inilah umat Nabi Muhammad SAW. Saya akan segera memasuki agama ini.” 
Di malam yang selalu terkenang itu, Kaeb berada di sotoh (balkon) rumahnya. Tiba-tiba ada lelaki Muslim lewat, sambil membaca Ayat yang artinya:
Hai khusus kaum yang telah diberi kitab! Berimanlah pada yang telah Kami turunkan! Yang mencocoki yang menyertai kalian! Mumpung Kami belum menghapus Wajah-Wajah, untuk Kami balik pada Belakangnya. Atau (mumpung) Kami belum melaknat Mereka, seperti Kami telah melaknat Kaum yang melanggar pada hari Sabtu. Dan Perkara Allah itu telah dilaksanakan. [5]





[1]  قُلْ لَنْ يُصِيبَنَا إِلَّا مَا كَتَبَ اللَّهُ لَنَا هُوَ مَوْلَانَا وَعَلَى اللَّهِ فَلْيَتَوَكَّلِ الْمُؤْمِنُونَ  [التوبة/51].
[2] Zaman dulu pakaian aba’ah (عباءة) atau abaya untuk pria. Nabi SAW pernah memakai di dalam persiapan pulang dari Perang Khaibar.
[3] Al-Waqidi mencatat wasiat ayah Kaeb pada Kaeb, sebelum wafat: فتوح الشام - (ج 1 / ص 192).
يا بني إنك تعلم أني ما ادخرت عنك شيئاً مما كنت أعلمه لأني خشيت أن يخرج بعض هؤلاء الكاذبين وتتبعهم وقد جعلت هاتين الورقتين في هذه الكرة التي ترى فلا تتعرض لهما ولا تنظر فيهما إلى أن تسمع بخبر نبي يبعث في آخر الزمان اسمه محمد، فإن يرد الله بك خيراً فأنت تتبعه.

[4] Al-Waqidi menulis catatan rahasia itu di dalam Futuchussyamفتوح الشام - (ج 1 / ص 192)
لا إله إلا الله محمد رسول الله خاتم النبيين لا نبي بعده، مولده بمكة، ودار هجرته طيبة، ليس بفظ ولا غليظ ولا صخاب، أمته الحامدون الذين يحمدون الله على كل حال ألسنتهم رطبة بالتهليل والتكبير وهم منصورون على كل من عاداهم من أعدائهم أجمعين يغسلون وجوههم ويسترون أوساطهم أناجيلهم في صدورهم تراحمهم بينهم تراحم الأنبياء بين الأمم، وهم أول من يدخل الجنة يوم القيامة من الأمم.

[5] يَا أَيُّهَا الَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ آَمِنُوا بِمَا نَزَّلْنَا مُصَدِّقًا لِمَا مَعَكُمْ مِنْ قَبْلِ أَنْ نَطْمِسَ وُجُوهًا فَنَرُدَّهَا عَلَى أَدْبَارِهَا أَوْ نَلْعَنَهُمْ كَمَا لَعَنَّا أَصْحَابَ السَّبْتِ وَكَانَ أَمْرُ اللَّهِ مَفْعُولًا [النساء/47].

2016/11/14

PS 139: Pembebasan Syam





Setelah semua busana mewah itu dirobek, Umar melanjutkan perjalanan ke Baitul-Maqdis.

Umar meneriakkan, “Allahu Akbar,” ketika menyaksikan Baitul-Maqdis makin dekat. Lalu berdoa, “Ya Allah, berilah kami Kemenangan dengan cara yang mudah. Dan berilah kami Kekuatan Dahsyat yang mempermudahkan segala urusan.”
Lalu dia berjalan lagi dan ditemui beberapa rombongan berjumlah cukup banyak. 
Umar berjalan terus hingga mendekati tenda Abu Ubaidah. Tenda yang dipersiapkan untuk Umar, tidak diberi alas.
Umar duduk di atas tanah untuk istirahat sebentar, lalu shalat 4 rakaat. Pasukan Muslimiin sekitar 35.000 menyambut kedatangannya dengan gegap-gempita. Kebanyakan mereka meneriakkan tahlil dan takbir, hingga suara menggemuruh seakan-akan memenuhi bumi.

Penguasa Baitul-Maqdis ketakutan ketika mendengarkan tahlil dan takbir menggelegar seakan-akan membelah langit. Dia dan pengawalnya bergegas mendekati benteng Baitul-Maqdis. 
Seorang lelaki di atas benteng berteriak, “Hai kaum Arab! Kenapa kalian ribut?” dengan bahasa Arab.
Beberapa Muslimiin di luar benteng berteriak, “Amirul Mukminiin Umar, telah datang kemari. Kami riuh karena terlalu bahagia.”
Lelaki itu turun untuk melaporkan pada pimpinannya. 
Sang bathriq petinggi kaum Baitul-Maqdis dalam urusan agama, menundukkan wajah dan membisu dalam waktu lama.

Di pagi yang indah itu, Umar mengimami shalat subuh. 
Setelah usai, perintah pada Abu Ubaidah, “Ya Amir! Datang dan katakanlah pada mereka, 'saya telah datang!'.”
Abu Ubaidah mendekati benteng dan berteriak, “Hai penduduk ini negeri! Pimpinan kami Amirul Mukminiin telah datang kemari! Bagaimana tanggapan kalian?!.” 
Pasukan Baitul-Maqdis melaporkan pada tokoh agama mereka yang sedang berada di dalam biara. Bathriq itu terkejut mendengar laporan beberapa orangnya.
Dia segera mengenakan busana sederhana untuk keluar menemui Umar. Para rahib, ulama Nashrani, dan para usquf  (asaqifah/الأساقِفَةُ) mengiringi perjalanannya.
Salib paling keramat yang tidak pernah dikeluarkan kecuali pada perayaan besar, dikeluarkan untuk dibawa. Bathriq agung yang mengurusi keagamaan itu didampingi Bathaliq (الباطليق) penguasa tertingggi Baitul-Maqdis yang mengurusi pemerintahan. 
Bathaliq berkata, “Wahai Bapa, jika kau tahu betul pada dia, silahkan pintu gerbang kau bukakan. Namun jika dia bukan orang yang kau maksud, jangan sekali-kali dibukakan. Kami akan memerangi mereka mati-matian” padanya.
Bathriq menjawab, “Akan saya cek dengan seksama.”
Bathriq didampingi oleh Bathaliq dikawal oleh arak-arakan pasukan sangat panjang, berjalan menuju benteng. Di atas benteng, Bathriq didampingi oleh Bathaliq, dinaungi Salib paling keramat.
Pada Abu Ubaidah yang di luar benteng, Bathriq berteriak, “Apa maumu!?.”
Abu Ubaidah berteriak, “Inilah Amirul Mukminiin Baginda Umar pimpinan tertinggi kami. Mohonlah agar baginda menjamin kalian aman dengan syarat kalian membayar pajak!.”
Bathriq berteriak, “Kalau betul dia Umar, mintalah agar beliau mendekat kemari! Akan saya amati apakah benar beliau Umar. Jangan ada yang menemani beliau, agar kami bisa mengamati beliau! Kalau beliau betul seperti yang kami baca di dalam Injil, kami akan turun untuk memohon aman dan akan menyerahkan pajak pada beliau. Namun jika beliau bukan Umar, kami justru akan mengamuk pada kalian.”


In syaa Allah bersambung