SELAMAT DATANG DI BLOG PONDOK PESANTREN MULYA ABADI, JL. MAGELANG KM 8.5 SLEMAN YOGYAKARTA, SEMOGA BLOG INI BISA MENJADI SILATURAHMI KITA UNTUK SALING BERBAGI

2016/11/29

PS 164: Pembebasan Syam






Qais berkata, "Dia sahabat Rasulillah SAW bernama Dhirar bin Al-Azwar. Anda jangan memarahi dia dengan pedas!." 


Qais menjawab, "Betul!." 

Hiraqla terkejut dan diam. Tak disangka ternyata Dhirar yang disebut-sebut sebagai orang hebat oleh orang-orangnya, di depannya.

Sejumlah Bathriq bawahannya, dan semua pengawal raja, juga telah marah, karena kemarahan dia.

Hiraqla justru takut jika dirinya diserang oleh mereka yang kesetanan. Dengan segera, dia perintah, “Bunuh dia, dengan pedang kalian! Lalu hilangkan bekas darahnya!.”
Para batriq dan pengawal raja turun dengan pedang terhunus, untuk membunuh Dhirar yang dua tangannya terikat.

Beberapa mata terbelalak menyaksikan Dhirar dihajar bertubi-tubi, dengan pedang-pedang tajam, oleh sejumlah orang kesetanan.
Amukan mereka berakhir ketika tubuh dia telah ditebas dengan pedang, yang ke 114 kalinya.

Dia bermandi darah dan lunglai, namun belum wafat, karena Kebesaran Allah.

Pimpinan bathriq itu terheran-heran ‘kenapa dia belum tewas?’. 

Dia ketakutan dan perintah, “Potong lidahnya yang lancang!.”


Dalam hati, Yuqana bersumpah, “Demi Allah saya harus menggagalkan rencana ini! Agar manusia laknat tidak menindak lebih berat, pada sahabat Rasulillah SAW.” Dia maju dan meroboh ke tanah, di Hadirat Hiraqla. Dan berkata, “Yang mulia, perintah jahat orang ini tidak benar. Sebaiknya lelaki ini justru dilepaskan hingga sehat. Lalu dia kita keluarkan ke pintu gerbang kota, untuk disalib dan dibunuh! Agar kaum Romawi menyaksikan dengan perasaan puas. Karena ucapan dia membuat kita marah. Dialah yang telah membunuh ayah-ayah, anak-anak, dan saudara-saudara kita. Terbunuhnya dia juga akan membuat kaum Muslimiin menjadi hina dan jatuh mental.”
Yuqana minta begitu pada Hiraqla, sebagai upaya agar Dhirar selamat dari kematian. Dia berpikir jika telah malam, kemarahan Hiraqla pasti telah reda, dan memperbolehkan Dhirar dilepas.

Pada Yuqana, Hiraqla perintah, “Masukkan pada tahanan! Untuk dihukum besok pagi!.” 

Dhirar yang lunglai diusung, untuk dimasukkan ke rumah Yuqana. 




Yuqana mengobati luka-luka dia, memberi makanan dan minuman. 

Dia membuka dua matanya dan melihat Yuqana bersama putranya.

Dia belum tahu bahwa Yuqana mengobati, memberi makanan dan minuman, sebagai muslihat untuk mencelakai Hiraqla

Dengan lunglai, dia berkata, “Kalau kalian berdua kafir, berarti telah ditundukkan oleh Allah, untuk mengobati saya. Kalau kalian berdua beriman, maka saya ucapkan selamat, semoga mendapatkan pertolongan. Barangkali melalui kalian berdua, Allah akan akan menolong saya, menghibur para wanita tua di Chijaz yang sama menangis, siang dan malam. Karena kepergianku. Mereka mencintai saya dan adik perempuan saya bernama Khaulah. Mereka sedih karena rindu diriku. Kalau kalian bisa, tolong sampaikan salam saya pada adik perempuan saya. Katakan bahwa saya di sini, agar dia memberi tahu pada ibu saya.”

Ketika malam telah kelam, Dhirar berkata, “Demi Allah tulislah ucapan saya” pada Yuqana dan putranya.
Putra Yuqana mempersiapkan pena untuk menulis.

Dengan lemas, Dhirar berkata:

Hai dua orang! Demi Allah sampaikanlah
Salamku ke penduduk Chijer dan Makkah
Selama hidup kalian menikmati ribuan nikmah
Dan anugrah melimpah
Jasa kalian takkan disia-siakan oleh Tuhan
Yang telah merubah deritaku menjadi nyaman
Jasa kalian membuat saya bisa istirahat
Dan bisa merasakan makanan dan minuman lezat
Kematian akan saya hadapi tanpa bimbang
Yang saya pikirkan justru nasib wanita tua di tanah gersang
Dia tak berdaya
Menghadapi kehidupan fana
Roti dan sayuran membuat hatinya berbahagia
Tadinya saya yang menopang hidupnya
Dia saya muliakan
Meski saya didera kefakiran
Saya bahagia jika bisa memburukan kelinci untuknya
Terkadang dia saya beri Yarbu, kijang, dan burung Shaqar(الصَّقْرُ)
Terkadang kucarikan kijang jantan, biawak dan baqar (البَقَر)
Dia tinggal di tanah luas
Dulu aku pembela dia
Kini yang saya inginkah hanya Allah Taala
Agar menemani saya di dalam memerangi kaum Hina
Saya membuat senang Muhammad sebaik-baik Makhluq Tuhan
Dengan berharap beruntung di hari Kebangkitan
Barang siapa khawatir dengan hari Kebangkitan
Pasti membuat Tuhannya ridha dan
Memerangi penyembah Salib Banil-Kufar
Demikian yang kulakukan ketika memerangi kaum Kufar
Kadang mengobrak-abrik dan menyerang
Kau berkata, "Kita telah waktunya berpisah"
Saudara! Saya tak sabar dan gelisah
Hai saudara! Mungkin kita akan berpisah
Insan yang pergi jauh ini
Mungkin kembali, mungkin terus pergi
Sampaikan salam saya saudaranya!
Padanya
Katakan, "Saudaranya terancam di genggaman-kekufuran
Terluka dan tercampak setelah berjuang
Untuk Islam dan yang Maha Penyayang"
Hai burung! Maukah kau menyampaikan suratku
Pada laskar Islam dan pimpinanku
Katakan “Dhirar diikat di sana
Di negeri jauh Antakia
Burung-burung Najed! Dengarkan!
Ucapan orang yang ditawan
Jika kaum yang mencintaiku menanyakan
Katakan, “Airmataku mengalir bagai hujan
Burung-burung Najed! Katakan pada adikku perempuan!
Aku akan dibunuh dengan pedang mematikan
Burung-burung! Saksikan saya!

Surat diantarkan oleh orang kepercayaan Yuqana.



In syaa Allah bersambung



[1] Syair aslinya dalam bahasa Arab dan panjang.

0 komentar:

Posting Komentar