SELAMAT DATANG DI BLOG PONDOK PESANTREN MULYA ABADI, JL. MAGELANG KM 8.5 SLEMAN YOGYAKARTA, SEMOGA BLOG INI BISA MENJADI SILATURAHMI KITA UNTUK SALING BERBAGI

2013/12/28

Setelah Perang Badar Al-Kubra [17]





Di hari yang indah itu, dari Makkah datang rombongan keluarga besar Amer bin Auf   pada Rasulillah SAW, menuju Madinah. Mereka menyerahkan orang Islam bernama Saed, untuk ditukarkan dengan Amer bin Abi Sufyan, tahanan kaum Muslimiin.
Di antara tawanan; ada menantu nabi SAW, bernama Abul-Ash bin Rabik; suami Zainab. Di Makkah, dia termasuk lelaki paling kaya, dan terpercaya. Ibu dia Halah bintu Khuwailid, saudara perempuan Khadijah istri Rasulillah SAW.

Sebelum mendapat Wahyu, nabi SAW diminta oleh Halah agar menikahkan putranya dengan Zainab. Setelah mendapatkan Wahyu, Zainab beriman pada nabi SAW. Karena sangat sibuk dan didera oleh kesulitan banyak, nabi SAW belum bisa menceraikan mereka berdua.

Ketika kaum Quraisy Perang Badar, Abul-Ash ikut bergabung, hingga tertawan. Ketika kaum Quraisy berdatangan untuk menebus keluarga yang ditawan; Zainab mengutus seorang untuk menebus suami. Kalung mahal pemberian Khadijah RA diserahkan sebagai tebusan.
Ketika menyaksikan kalung gemerlapan yang menghadirkan kenangan indah; saat bersama Khadijah RA, hati nabi SAW sangat tersentuh. Hingga bersabda, “Kalu kalian setuju! Lepaslah suami Zainab dan kembalikan kalungnya!.”

Kaum Muslimiin membebaskan Abul-Ash dan mengembalikan kalung Zainab.
Rasulullah SAW berpesan agar Abul-Ash segera mengirimkan Zainab ke Madinah. Dan mengutus Zaid bin Haritsah bersama seorang, agar menjemput Zainab di Makkah.

Setelah sampai Makkah, Abul-Ash perintah agar Zainab segera pergi ke Madinah. Dengan diam-diam Zainab berkemas untuk pergi ke Makkah. Kinanah bin Rabik saudara Abul-Ash memberi kendaraan unta pada Zainab.
Siang itu, setelah mengambil busur dan anak panah, dia mengantar Zainab.
Dalam waktu cepat kaum Quraisy tahu bahwa Zainab pergi meninggalkan Makkah. Mereka menyusul dan menjumpai dia di daerah Dzi Thowa. Karena ketakutan, kandungan Zainab gugur. Untuk melindungi Zainab, Kinanah meluncurkan sejumlah anak-panah, bertubi-tubi. Dan bersumpah, “Demi Allah! Yang berani mendekat! Pasti saya panah!.”

Abu Sufyan yang bisa meredakan kemarahannya. Dengan lembut dia berkata, “Kau berani terang-terangan ‘menemani’ dia! Ini akan berakibat orang-orang menilai rendah ‘martabat’ kita! Demi Allah tidak ada untungnya, jika kami menghalang-halangi kepergian dia ke Madinah! Namun sementara kau harus memaksa dia pulang! Nanti malam lepaslah dia agar pergi ke Madinah! Agar ditemani oleh Zaid bin Haritsah dan kawannya!.”

Zaid dan kawannya mengantar Zainab, menghadap Rasulillah SAW. Agar Zainab bermukim di Madinah.  

Sekitar tujuh tahun setelahnya; sebelum Fathu Makkah, Abul-Ash membawa dagangan berjumlah banyak, ke kota Syam. Setelah pulang, sejumlah pasukan Rasulillah SAW menghalang-halangi dia. Dia kabur dan hartanya dirampas.
Di malam yang gelap, dia datang ke Madinah, memasuki rumah Zainab. Nabi SAW keluar menuju Masjid, untuk mengimami shalat shubuh.

Rasulullah SAW memekikkan takbir; para sahabat bertakbir dengan serempak. Dengan ketakutan, Zainab berteriak, “Saudara semuanya! Saya telah menjamin selamat pada Abul-Ash!.”
Nabi SAW bersabda, “Demi Allah saya tidak tahu ini. Dan memang lebih rendahnya kaum Muslimiin, berhak menjamin selamat pada seorang, tanpa sepengetahuan kaum Muslimiin!.” [1]
Pada Zainab, nabi SAW bersabda, “Lelaki itu tidak boleh bertemu kau! Dia tidak halal untukmu!.”
Karena kasihan pada menantu yang ditawan, nabi SAW bersabda, “Kalau kalian ingin saya senang, kembalikan milik dia! Tapi kalau kalian menolak, memang itu pemberian Allah untuk kalian. Kalian lebih berhak mengambil.”
Para sahabat menjawab, “Justru kami akan mengembalikan harta miliknya.”
Semua harta yang dirampas dari Abul-Ash, dikembalikan. Hingga kayu pengait dua unta bernama Syadzadz pun dikembalikan.
Abul-Ash pulang ke Makkah. Dan mengembalikan semua harta milik teman-temannya. Pada mereka, dia berkata, “Saya bersaksi bahwa tiada Tuhan yang wajib disembah kecuali Allah. Dan bahwa Muhammad Utusan Allah SAW. Demi Allah! Di sana saya tidak menyatakan Islam, karena khawatir kalian menyangka saya ‘akan memiliki harta’ kalian.”
Abul-Ash keluar menuju Madinah, untuk datang pada nabi SAW. Nabi SAW memperbolehkan pernikahan Abul-Ash dan Zainab ‘dilanjutkan’. 
Ada yang menjelaskan, “Pernikahannya diperbarui lagi.” [2]



Bersambung   



Ponpes Kutubussittah Mulya Abadi Mulungan Sleman Yogyakarta Indonesia




[1]  الكامل في التاريخ (2/ 27)
فَمَشَى بَنُو عَمْرِو بْنِ عَوْفٍ إِلَى النَّبِيِّ - صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ - فَطَلَبُوا مِنْهُ عَمْرَو بْنَ أَبِي سُفْيَانَ، فَفَادَوْا بِهِ سَعْدًا.
«وَكَانَ فِي الْأُسَارَى أَبُو الْعَاصِ بْنُ الرَّبِيعِ بْنِ عَبْدِ الْعُزَّى بْنِ عَبْدِ شَمْسٍ زَوْجُ زَيْنَبَ بِنْتِ رَسُولِ اللَّهِ - صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ - وَكَانَ مِنْ أَكْثَرِ رِجَالِ مَكَّةَ مَالًا وَأَمَانَةً وَتِجَارَةً، وَكَانَتْ أُمُّهُ هَالَةُ بِنْتُ خُوَيْلِدٍ أُخْتُ خَدِيجَةَ زَوْجَةِ رَسُولِ اللَّهِ - صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ - فَسَأَلَتْهُ أَنْ يُزَوِّجَهُ زَيْنَبَ، فَفَعَلَ قَبْلَ أَنْ يُوحَى إِلَيْهِ، فَلَمَّا أُوحِيَ إِلَيْهِ آمَنَتْ بِهِ زَيْنَبُ، وَكَانَ رَسُولُ اللَّهِ - صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ - مَغْلُوبًا بِمَكَّةَ لَمْ يَقْدِرْ أَنْ يُفَرِّقَ بَيْنَهُمَا، فَلَمَّا خَرَجَتْ قُرَيْشٌ إِلَى بَدْرٍ خَرَجَ مَعَهُمْ فَأُسِرَ، فَلَمَّا بَعَثَتْ قُرَيْشٌ فِي فِدَاءِ الْأُسَارَى بَعَثَتْ زَيْنَبُ فِي فِدَاءِ أَبِي الْعَاصِ زَوْجِهَا بِقِلَادَةٍ لَهَا كَانَتْ خَدِيجَةُ أَدْخَلَتْهَا مَعَهَا، فَلَمَّا رَآهَا رَسُولُ اللَّهِ - صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ - رَقَّ لَهَا رِقَّةً شَدِيدَةً وَقَالَ: إِنْ رَأَيْتُمْ أَنْ تُطْلِقُوا لَهَا أَسِيرَهَا وَتَرُدُّوا عَلَيْهَا الَّذِي لَهَا، فَافْعَلُوا. فَأَطْلَقُوا لَهَا أَسِيرَهَا، وَرَدُّوا الْقِلَادَةَ وَأَخَذَ رَسُولُ اللَّهِ - صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ - عَلَيْهِ أَنْ يُرْسِلَ زَيْنَبَ إِلَيْهِ بِالْمَدِينَةِ، وَسَارَ إِلَى مَكَّةَ، وَأَرْسَلَ رَسُولُ اللَّهِ - صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ - زَيْدَ بْنَ حَارِثَةَ مَوْلَاهُ وَرَجُلًا مِنَ الْأَنْصَارِ؛ لِيَصْحَبَا زَيْنَبَ مِنْ مَكَّةَ، فَلَمَّا قَدِمَ أَبُو الْعَاصِ أَمَرَهَا بِاللَّحَاقِ بِالنَّبِيِّ - صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ - فَتَجَهَّزَتْ سِرًّا، وَأَرْكَبَهَا كِنَانَةُ بْنُ الرَّبِيعِ - أَخُو أَبِي الْعَاصِ - بَعِيرًا، وَأَخَذَ قَوْسَهُ وَخَرَجَ بِهَا نَهَارًا. فَسَمِعَتْ بِهَا قُرَيْشٌ، فَخَرَجُوا فِي طَلَبِهَا فَلَحِقُوهَا بِذِي طَوًى، وَكَانَتْ حَامِلًا فَطَرَحَتْ حَمْلَهَا لَمَّا رَجَعَتْ لِخَوْفِهَا، وَنَثَرَ كِنَانَةُ أَسْهُمَهُ ثُمَّ قَالَ: وَاللَّهِ لَا يَدْنُو مِنِّي أَحَدٌ إِلَّا وَضَعْتُ فِيهِ سَهْمًا! فَأَتَاهُ أَبُو سُفْيَانَ بْنُ حَرْبٍ وَقَالَ: خَرَجْتَ بِهَا عَلَانِيَةً، فَيَظُنُّ النَّاسُ أَنَّ ذَلِكَ عَنْ ذُلٍّ وَضَعْفٍ مِنَّا، وَلَعَمْرِي مَا لَنَا فِي حَبْسِهَا حَاجَةٌ، فَارْجِعْ بِالْمَرْأَةِ لِيَتَحَدَّثَ النَّاسُ أَنَّا رَدَدْنَاهَا. ثُمَّ أَخْرِجْهَا لَيْلًا وَسَلِّمْهَا إِلَى زَيْدِ بْنِ حَارِثَةَ وَصَاحِبِهِ، فَقَدِمَا بِهَا عَلَى رَسُولِ اللَّهِ - صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ - فَأَقَامَتْ عِنْدَهُ فَلَمَّا كَانَ قُبَيْلَ الْفَتْحِ خَرَجَ أَبُو الْعَاصِ تَاجِرًا إِلَى الشَّامِ بِأَمْوَالِهِ وَأَمْوَالِ رِجَالٍ مِنْ قُرَيْشٍ، فَلَمَّا عَادَ لَقِيَتْهُ سَرِيَّةٌ لِرَسُولِ اللَّهِ - صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ - فَأَخَذُوا مَا مَعَهُ وَهَرَبَ مِنْهُمْ، فَلَمَّا كَانَ اللَّيْلُ أَتَى الْمَدِينَةَ فَدَخَلَ عَلَى زَيْنَبَ، فَلَمَّا كَانَ الصُّبْحُ خَرَجَ رَسُولُ اللَّهِ - صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ - إِلَى الصَّلَاةِ، فَكَبَّرَ وَكَبَّرَ النَّاسُ، فَنَادَتْ زَيْنَبُ مِنْ صُفَّةِ النِّسَاءِ: أَيُّهَا النَّاسُ إِنِّي قَدْ أَجَرْتُ أَبَا الْعَاصِ. فَقَالَ النَّبِيُّ - صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ مَا عَلِمْتُ بِشَيْءٍ مِنْ ذَلِكَ، وَإِنَّهُ لَيُجِيرُ عَلَى الْمُسْلِمِينَ أَدْنَاهُمْ.

[2] الكامل في التاريخ (2/ 28)
وَقَالَ لِزَيْنَبَ: لَا يَخْلُصُ إِلَيْكِ، فَلَا يَحِلُّ لَكِ. وَقَالَ لِلسَّرِيَّةِ الَّذِينَ أَصَابُوهُ: إِنْ رَأَيْتُمْ أَنْ تَرُدُّوا عَلَيْهِ الَّذِي لَهُ فَإِنَّا نُحِبُّ ذَلِكَ، وَإِنْ أَبَيْتُمْ فَهُوَ فَيْءُ اللَّهِ الَّذِي أَفَاءَهُ عَلَيْكُمْ، وَأَنْتُمْ أَحَقُّ بِهِ. قَالُوا: يَا رَسُولَ اللَّهِ، بَلْ نَرُدُّهُ عَلَيْهِ. فَرَدُّوا عَلَيْهِ مَالَهُ كُلَّهُ حَتَّى الشِّظَاظَ، ثُمَّ عَادَ إِلَى مَكَّةَ فَرَدَّ عَلَى النَّاسِ مَا لَهُمْ وَقَالَ لَهُمْ: أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا رَسُولُ اللَّهِ، وَاللَّهِ مَا مَنَعَنِي مِنَ الْإِسْلَامِ عِنْدَهُ إِلَّا تَخَوُّفُ أَنْ تَظُنُّوا أَنِّي إِنَّمَا أَرَدْتُ أَكْلَ أَمْوَالِكُمْ. ثُمَّ خَرَجَ فَقَدِمَ عَلَى النَّبِيِّ - صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ - فَرَدَّ عَلَيْهِ أَهْلَهُ بِالنِّكَاحِ الْأَوَّلِ، وَقِيلَ: بِنِكَاحٍ جَدِيدٍ» .

0 komentar:

Posting Komentar