SELAMAT DATANG DI BLOG PONDOK PESANTREN MULYA ABADI, JL. MAGELANG KM 8.5 SLEMAN YOGYAKARTA, SEMOGA BLOG INI BISA MENJADI SILATURAHMI KITA UNTUK SALING BERBAGI

2012/05/29

UF 2: Usul Fiqih



Masih banyak orang mengatakan, “KH Nurhasan tersesat karena mengajarkan ilmu manqul, dan tidak mengikuti ulama salaf.”
Sebetulnya para sahabat, para tabiin, para ulama salaf, dan para Muhadditsiin, juga mempergunakan metode manqul, dalam belajar dan mengajar mereka. Dan KH Nurhasan juga mengikuti para ulama salaf. Ucapan ulama salaf yang ditulis di dalam Kutubussittah, yang beliau ajarkan, sangat banyak. Yang dari Bukhari saja banyak ucapan para sahabat, para tabiin, dan ulama salaf yang bisa dijadikan hujjah, karena kepandaian mereka sempurna.

Tulisan di bawah ini menunjukkan Kepiawaian Bukhari yang sangat sempurna mengenai Hadits dan Fiqih: صحيح البخاري - (ج 7 / ص 13)
بَاب اغْتِسَالِ الصَّائِمِ
وَبَلَّ ابْنُ عُمَرَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا ثَوْبًا فَأَلْقَاهُ عَلَيْهِ وَهُوَ صَائِمٌ وَدَخَلَ الشَّعْبِيُّ الْحَمَّامَ وَهُوَ صَائِمٌ وَقَالَ ابْنُ عَبَّاسٍ لَا بَأْسَ أَنْ يَتَطَعَّمَ الْقِدْرَ أَوْ الشَّيْءَ وَقَالَ الْحَسَنُ لَا بَأْسَ بِالْمَضْمَضَةِ وَالتَّبَرُّدِ لِلصَّائِمِ وَقَالَ ابْنُ مَسْعُودٍ إِذَا كَانَ يَوْمُ صَوْمِ أَحَدِكُمْ فَلْيُصْبِحْ دَهِينًا مُتَرَجِّلًا وَقَالَ أَنَسٌ إِنَّ لِي أَبْزَنَ أَتَقَحَّمُ فِيهِ وَأَنَا صَائِمٌ وَيُذْكَرُ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّهُ اسْتَاكَ وَهُوَ صَائِمٌ وَقَالَ ابْنُ عُمَرَ يَسْتَاكُ أَوَّلَ النَّهَارِ وَآخِرَهُ وَلَا يَبْلَعُ رِيقَهُ وَقَالَ عَطَاءٌ إِنْ ازْدَرَدَ رِيقَهُ لَا أَقُولُ يُفْطِرُ وَقَالَ ابْنُ سِيرِينَ لَا بَأْسَ بِالسِّوَاكِ الرَّطْبِ قِيلَ لَهُ طَعْمٌ قَالَ وَالْمَاءُ لَهُ طَعْمٌ وَأَنْتَ تُمَضْمِضُ بِهِ وَلَمْ يَرَ أَنَسٌ وَالْحَسَنُ وَإِبْرَاهِيمُ بِالْكُحْلِ لِلصَّائِمِ بَأْسًا.

Artinya:
Bab Orang Berpuasa Mandi
Ibnu Umar RA pernah membasahi pakaiannya, diletakkan atas dirinya, ketika sedang berpuasa.
Assya’bi (الشَّعْبِيُّ/murid Ibnu Abbas RA) pernah memasuki chammam (الْحَمَّامَ/pemandian), ketika sedang berpuasa.
Ibnu Abbas RA berkata, “Mencicipi (makanan dalam) periuk atau sesuatu, tidak berdosa.”[1]
Al-Chasan (tabik murid Abu Hurairah RA) berkata, “Bagi orang yang berpuasa, berkumur dan berbasah (agar dingin) tidak berdosa.”
Ibnu Masud RA berkata, “Jika seorang kalian berada di hari puasa, hendaklah pagi-pagian bersisir.[2]
Anas RA berkata, “Saya memiliki abzan yang saya masuki, ketika berpuasa.”[3]
Dituturkan dari nabi SAW: “Sungguh beliau SAW pernah menggosok gigi, ketika sedang berpuasa.”
Ibnu Umar RA berkata, “Boleh menggosok gigi, di awal dan akhir siang. Namun tidak boleh menelan ludah (siwak/air-odol)nya.”
Athak (عَطَاءٌ/murid Ibnu Abbas RA) berkata, “Jika ludahnya tertelan, saya tidak berani mengatakan ‘harus mokel (mukah/membatalkan puasanya)’.”
Ibnu Sirin (murid Anas bin Malik RA) berkata, “Tidak berdosa, menggunakan siwak basah (sikat diberi odol).”
Ada yang menjawab, “(Siwak) ada rasanya kan?.”
Ibnu Sirin menjawab, “Air juga ada rasanya, namun kau pergunakan untuk berkumur?.”
Anas bin Malik, Al-Chasan, dan Ibrahim (murid Alqamah murid Abdullah bin Masud RA), tidak memandang berdosa ‘mengenakan celak bagi orang yang berpuasa’.[4]

Di zaman KH Nurhasan, Usul Fiqih tidak diajarkan, karena Fiqih dari Bukhari jauh lebih berbobot. Karena diambil dari nabi SAW, para sahabat, para tabiin, dan ulama salaf seperti di atas. Agar para penerus beliau lebih tahu bagaimana para fuqahak menentukan hukum, maka kini telah diajarkan Usul Fiqih oleh Syaikh DR Abdullah Assirri, dari Masjidil-Haram:
Perbedaan Fiqih; Ilmu; Zhon (الظن/Persangkaan); dan Syakk (الشك/Keraguan):
1.     Fiqih adalah ilmu yang lebih spesifik (اخص/lebih khusus/lebih detail).[5]
2.     Ilmu ialah pengetahuan tentang sesuatu. Bodoh ialah tidak tahu ilmu dan fiqih.
3.     Ilmu Dhoruri (العلم الضروري) ialah ilmu yang didapatkan dengan tanpa nazhor (النظر) dan tanpa istidlal (الاستدلال). [6] Seperti: Ilmu yang didapatkan karena pengamatan dari panca-indra; pendengaran; penglihatan; penciuman; lidah; rabaan (sentuhan kulit). Ilmu Muktasab (العلم المكتسب) ialah yang didapatkan karena nazhor (النظر) dan istidlal (الاستدلال). Dalil ialah yang menunjukkan sesuatu.

4.     Zhon (الظن) ialah persangkaan dengan pertimbangan di antara dua pilihan, yang condong sebelah. Syakk (الشك) ialah keraguan di antara dua pilihan, dengan tidak mempedulikan dua pilihan tersebut. Ilmu Usul Fiqih (علم اصول الفقه) ialah upaya-upaya secara ijmal (global) dan cara mencari dalil mengenai fiqih (kefahaman sempurna).




[1] Maksudnya tidak ditelan.
[2] Tujuan Ibnu Masud, agar di siang hari basah yang melekat menimbulkan rasa dingin, membuat rasa nyaman bagi yang berpuasa.
[3] Abzan adalah wadah air dari batu dicekung seperti telaga.
[4] Hujjah mereka di atas bisa dipergunakan, walaupun bukan nabi SAW, karena ilmu mereka luasnya luar biasa. Bahkan mereka lebih hebat daripada Imam Maliki dan Imam Syafii. Wallahu a’lam.
[5] Penentuan hukum: Wajib, mandub, mubah, machzhur, makruh, shahih, dan bathil, disebut fiqih.

[6] Nazhor (النظر) ialah berpikir untuk mengamati dengan cermat. Istidlal (الاستدلال) ialah berdasarkan dalil.

1 komentar:

  1. setuju mas, meskipun orang2 banyak "menganggap sesat" thd ilmu manqul, itu takkan berpengaruh pada pentingnya menimba ilmu Islam secara manqul musnad muttashil yang juga dicontohkan oleh Nabi s.a.w dan para ulama salaf yang menjaga kemurnian agama.

    www.313syahidulhaq.wordpress.com

    BalasHapus