SELAMAT DATANG DI BLOG PONDOK PESANTREN MULYA ABADI, JL. MAGELANG KM 8.5 SLEMAN YOGYAKARTA, SEMOGA BLOG INI BISA MENJADI SILATURAHMI KITA UNTUK SALING BERBAGI

2012/05/03

BT 3: Bedah Tirmidzi


Apakah mereka tidak tahu bahwa sungguh Allah, Dia menerima tobat dan menarik shadaqah dari Hamba-HambaNya ({ أَلَمْ يَعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ هُوَ يَقْبَلُ التَّوْبَةَ عَنْ عِبَادِهِ وَيَأْخُذُ الصَّدَقَاتِ وَأَنَّ اللَّهَ هُوَ التَّوَّابُ الرَّحِيمُ} [التوبة: 104]).

Tirmidzi ahli Hadits yang ilmunya sangat luas. Di dalam menjelaskan Hadits, beliau menambahkan fatwa-fatwa ulama paten, yang pada zamannya tidak ada tandingannya, seperti:
1.     Imam Maliki.
2.     Sufyan bin Uyainah.
3.     Abdullah bin Mubarak.
4.     Ischaq bin Ibrahim.
5.     Dan lainnya.
Melalui bahasan-bahasannya, beliau telah berjasa besar pada umat Islam.
Contoh penjelasan beliau tentang Faham (مجاسمة) Mujasimah atau Tasybih: سنن الترمذي - (ج 3 / ص 71)
598 - حَدَّثَنَا أَبُو كُرَيْبٍ مُحَمَّدُ بْنُ الْعَلَاءِ حَدَّثَنَا وَكِيعٌ حَدَّثَنَا عَبَّادُ بْنُ مَنْصُورٍ حَدَّثَنَا الْقَاسِمُ بْنُ مُحَمَّدٍ قَال سَمِعْتُ أَبَا هُرَيْرَةَ يَقُولُ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنَّ اللَّهَ يَقْبَلُ الصَّدَقَةَ وَيَأْخُذُهَا بِيَمِينِهِ فَيُرَبِّيهَا لِأَحَدِكُمْ كَمَا يُرَبِّي أَحَدُكُمْ مُهْرَهُ حَتَّى إِنَّ اللُّقْمَةَ لَتَصِيرُ مِثْلَ أُحُدٍ وَتَصْدِيقُ ذَلِكَ فِي كِتَابِ اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ { أَلَمْ يَعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ هُوَ يَقْبَلُ التَّوْبَةَ عَنْ عِبَادِهِ وَيَأْخُذُ الصَّدَقَاتِ } وَ{ يَمْحَقُ اللَّهُ الرِّبَا وَيُرْبِي الصَّدَقَاتِ }
قَالَ أَبُو عِيسَى هَذَا حَدِيثٌ حَسَنٌ صَحِيحٌ وَقَدْ رُوِيَ عَنْ عَائِشَةَ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ نَحْوَ هَذَا وَقَدْ قَالَ غَيْرُ وَاحِدٍ مِنْ أَهْلِ الْعِلْمِ فِي هَذَا الْحَدِيثِ وَمَا يُشْبِهُ هَذَا مِنْ الرِّوَايَاتِ مِنْ الصِّفَاتِ وَنُزُولِ الرَّبِّ تَبَارَكَ وَتَعَالَى كُلَّ لَيْلَةٍ إِلَى السَّمَاءِ الدُّنْيَا قَالُوا قَدْ تَثْبُتُ الرِّوَايَاتُ فِي هَذَا وَيُؤْمَنُ بِهَا وَلَا يُتَوَهَّمُ وَلَا يُقَالُ كَيْفَ هَكَذَا رُوِيَ عَنْ مَالِكٍ وَسُفْيَانَ بْنِ عُيَيْنَةَ وَعَبْدِ اللَّهِ بْنِ الْمُبَارَكِ أَنَّهُمْ قَالُوا فِي هَذِهِ الْأَحَادِيثِ أَمِرُّوهَا بِلَا كَيْفٍ وَهَكَذَا قَوْلُ أَهْلِ الْعِلْمِ مِنْ أَهْلِ السُّنَّةِ وَالْجَمَاعَةِ وَأَمَّا الْجَهْمِيَّةُ فَأَنْكَرَتْ هَذِهِ الرِّوَايَاتِ وَقَالُوا هَذَا تَشْبِيهٌ وَقَدْ ذَكَرَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ فِي غَيْرِ مَوْضِعٍ مِنْ كِتَابهِ الْيَدَ وَالسَّمْعَ وَالْبَصَرَ فَتَأَوَّلَتْ الْجَهْمِيَّةُ هَذِهِ الْآيَاتِ فَفَسَّرُوهَا عَلَى غَيْرِ مَا فَسَّرَ أَهْلُ الْعِلْمِ وَقَالُوا إِنَّ اللَّهَ لَمْ يَخْلُقْ آدَمَ بِيَدِهِ وَقَالُوا إِنَّ مَعْنَى الْيَدِ هَاهُنَا الْقُوَّةُ و قَالَ إِسْحَقُ بْنُ إِبْرَاهِيمَ إِنَّمَا يَكُونُ التَّشْبِيهُ إِذَا قَالَ يَدٌ كَيَدٍ أَوْ مِثْلُ يَدٍ أَوْ سَمْعٌ كَسَمْعٍ أَوْ مِثْلُ سَمْعٍ فَإِذَا قَالَ سَمْعٌ كَسَمْعٍ أَوْ مِثْلُ سَمْعٍ فَهَذَا التَّشْبِيهُ وَأَمَّا إِذَا قَالَ كَمَا قَالَ اللَّهُ تَعَالَى يَدٌ وَسَمْعٌ وَبَصَرٌ وَلَا يَقُولُ كَيْفَ وَلَا يَقُولُ مِثْلُ سَمْعٍ وَلَا كَسَمْعٍ فَهَذَا لَا يَكُونُ تَشْبِيهًا وَهُوَ كَمَا قَالَ اللَّهُ تَعَالَى فِي كِتَابهِ { لَيْسَ كَمِثْلِهِ شَيْءٌ وَهُوَ السَّمِيعُ الْبَصِيرُ }.[1]

Arti (selain isnad)nya:
Abu Hurairah berkata, “Rasulullah SAW bersabda ‘sungguh Allah menerima dan mengambil shadaqah dengan Tangan-KananNya, untuk dikembangkan, untuk seorang kalian. Sebagaimana seorang kalian membesarkan anak-kudanya. Sungguh (shadaqah) sesuap (yang dikembangkan bisa membesar) hingga menjadi semisal gunung Uhud. Pembenar pernyataan itu di dalam Kitab Allah azza wajalla:
1.     Apakah mereka tidak tahu bahwa 'sungguh Dia' Allah menerima tobat dan menarik shadaqah dari Hamba-HambaNya (أَلَمْ يَعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ هُوَ يَقْبَلُ التَّوْبَةَ عَنْ عِبَادِهِ وَيَأْخُذُ الصَّدَقَاتِ).
2.     Allah melebur riba dan mengembangkan shadaqah-shadaqah (يَمْحَقُ اللَّهُ الرِّبَا وَيُرْبِي الصَّدَقَاتِ)’.”

Abu Isa (Tirmidzi) berkata, “Hadits ini hasan shahih. Sungguh Hadits yang sepadan ini, juga telah diriwayatkan dari Aisyah RA. Sungguh lebih dari seorang ahli ilmu, telah menguraikan tentang Hadits dan yang menyerupai riwayat-riwayat ini. Yakni mengenai Sifat-Sifat (Allah), turunnya Robbi (الرَّبِّ) Tabaraka wa Taala ke langit dunia, pada tiap malam. Mereka berkata:
Riwayat-riwayat mengenai ini shahih, harus diimani, tidak boleh diragu-ragukan?’ Tidak boleh dibantah ‘masyak?’.
Demikian pula riwayat dari Imam Maliki, Sufyan bin Uyainah, dan Abdullah bin Mubarak. Mereka bertiga berkata:
‘Sampaikanlah saja!’ Dengan tanpa dibantah ‘masyak?’. Para ahli ilmu dari kalangan Ahlussunnah wal-jamaah (أَهْلِ السُّنَّةِ وَالْجَمَاعَةِ) juga menyatakan demikian’.

Adapun aliran Jahmiyah (الْجَهْمِيَّةُ), telah mengingkari riwayat-riwayat ini. Mereka mengatakan ‘ini tasybih (تَشْبِيهٌ)’ yakni menganggap Allah sama dengan makhluq. 
Padahal sungguh Allah azza wajalla sendiri telah menjelaskan di beberapa tempat, di dalam KitabNya:
1.     Tangan (Allah).
2.     Pendengaran (Allah).
3.     Dan Penglihatan (Allah). 
Pengikut aliran Jahmiyah menakwilkan Ayat-Ayat ini, dengan pengertian yang tidak sesuai, yang ditafsirkan oleh para ahli ilmu. 
Mereka mengatakan ‘sungguh mutlak, Allah tidak mencipta Adam dengan TanganNya’. Mereka mengatakan ‘makna Tangan Allah’ di sini ‘Kekuatan’."

Ischaq bin Ibrahim (إِسْحَقُ بْنُ إِبْرَاهِيمَ) berkata, "Sebetulnya, tasybih (menganggap Allah sama dengan makhluq)’ ialah, jika mengatakan:
1.     ‘Tangan Allah seperti tangan makhluq’.
2.     ‘Pendengaran Allah seperti pendengaran makhluq’.
Jika dia menyatakan ‘Pendengaran Allah seperti pendengaran makhluq’ atau ‘semisal pendengaran makhluq’, inilah yang dimaksud ‘tasybih (تَشْبِيهٌ)’. 
Adapun jika dia menyatakan seperti Firman Allah Taala: 
1.     ‘Tangan Allah.
2.     Pendengaran Allah.
3.     Pandangan Allah’. 
Tidak menjelaskan 'bagaimana keadaanNya'. Dan tidak menyatakan ‘semisal pendengaran makhluq', atau seperti 'pendengaran makhluq’. Maka ini bukan tasybih (تَشْبِيهٌ). Dia telah mengatakan seperti Allah Taala berfirman di dalam KitabNya ‘لَيْسَ كَمِثْلِهِ شَيْءٌ وَهُوَ السَّمِيعُ الْبَصِيرُ’. 
Artinya: Tiada sesuatu yang semisal Allah. Dia Maha mendengar Maha melihat.”


Kesimpulan: Menjelaskan Sifat Allah, selama berdasarkan dalil yang shahih, diperbolehkan. Yang penting penjelasannya harus sesuai penjelasan para ahli ilmu.


[1] Istilah Mujasimah (مجاسمة) ang artinya secara lughah menjelaskan pada manusia mengenai Sifat Jisim Allah, tidak saya temukan di dalam kitab-kitab syarah maupun di dalam kitab-kitab lughah. Kaum Ahlussunnah mengistilahkan Mujasimah (مجاسمة) ini, 'Tasybih (تَشْبِيهٌ)’.

2 komentar:

  1. yang penting semua tetap bersumber pada qh dan tidak dari kitab bikinan orang zaman sekarang

    BalasHapus