SELAMAT DATANG DI BLOG PONDOK PESANTREN MULYA ABADI, JL. MAGELANG KM 8.5 SLEMAN YOGYAKARTA, SEMOGA BLOG INI BISA MENJADI SILATURAHMI KITA UNTUK SALING BERBAGI

2011/07/13

KW 97: Khalid dan Pasukan Jaisy Az-Zahf

(Bagian ke-97 dari seri tulisan Khalid bin Walid)

Seorang penguasa Romawi mengutus sejumlah mata-mata agar mengamati sepak-terjang pasukan Arab. Sejumlah mata-mata yang menyaksikan pintu gerbang kota Chimsh dibuka lebar dan penduduknya mengadakan jual-beli dengan kaum Arab, menyangka penduduk Chimsh telah takluk pada kaum Arab. Mereka yang salah sangka dan ketakutan itu membuntuti arak-arakan pasukan Muslimiin yang berjalan ke Anthakiyah (انطاكية).
Setiap para mata-mata singgah pada suatu kota, memberitakan bahwa: “Penduduk Chimsh telah tunduk pada kaum Arab dengan cara damai.”
Berita itu membuat susah dan ketakutan pada kaum Romawi yang mendengarnya. Rombongan mata-mata berjumlah 40 orang itu yang 3 orang memasuki kota Syaizar (شَيْزَرَ), untuk memberitakan: “Penduduk Chimsh telah takluk pada kaum Arab.”

Abu Ubaidah RA dan pasukannya telah sampai kota Rostan. Kota yang di dalamnya banyak penduduknya itu, dikelilingi dinding tebal nan tinggi dan di dalamnya berair melimpah. Abu Ubaidah perintah melalui seorang, agar penduduk Rostan tunduk pada perintahnya; namun mereka menjawab, “Tidak bisa! Kecuali jika kalian telah mampu menaklukkan Raja Hiraqla, in syaa Allah.”
Abu Ubaidah mengirim pesan, “Kami memang akan memerangi Raja Hiraqla. Sementara di sini kami menitipkan barang-barang yang memberatkan kami.”
Penduduk Rostan menghubungi raja mereka benama Bathriq Naqithas (نقيطاس). Raja bawahan Raja Hiraqla itu menjawab, “Hai kaumku! Sudah menjadi kebiasaan, raja menitipkan barang pada raja yang lain! Biarlah.”
Utusan raja Rostan menghadap Abu Ubaidah untuk menyampaikan: “Kalau kau mau menitip barang silahkan! Kami takkan mengganggu! Hanya saja jangan mengganggu orang-orang di sini! Kalau kau telah berhasil menaklukkan raja atasan kami! Kita berhitung.”
Abu Ubaidah menjawab, “Akan kami laksanakan, in syaa Allah.” Lalu mengundang para sahabat nabi SAW untuk diajak bermusyawarah.
Dia berkata, “Beteng ini sangat kuat. Agar kita bisa masuk harus bersiasat. Saya ingin memasukkan 20 orang di dalam 20 peti untuk dimasukkan ke dalam beteng ini. Kaum Rostan dipersilahkan mengunci pintu gerbang setelah 20 peti nanti dimasukkan untuk dititipkan. Namun jika kaum Rostan telah pergi meninggalkan peti untuk urusan mereka; 20 orang itu segeralah keluar dengan Nama Allah. Adapun tugas selanjutnya agar kalian dapat menaklukkan kota ini terserah kalian.”
Khalid berkata, “Kalau begitu kunci peti-peti itu harus ditampakkan, walau sebetulnya di dalamnya ada lelaki bebusana wanita yang bisa keluar dari bawah. Jika 20 orang itu telah berhasil membuka pintu gerbang kota, segeralah bertakbir yang serempak. Karena di balik takbir adalah kemenangan.”
Abu Ubaidah menyetujui usulan Khalid. Duapuluh peti telah diisi bahan makan pilihan yang disenangi kaum Romawi, lalu digembok. Di bawah peti-peti itu ada ruangan untuk lelaki berbusana wanita yang telah dipersiapkan. Yang memasuki ruang sempit peti-peti itu: Dhirar bin Al-Azwar (ضرار بن الأزور). Al-Musayyab ibnu Najibah (المسيب أبن نجيبة). Dzul-Kala Al-Chimyari (ذو الكلاع الحميري). Amer bin Madikarib Az-Zubaidi  (عمرو بن معد يكرب الزبيدي). Al-Marqal (المرقال). Hasyim bin Najah (هاشم بن نجعة). Qais bin Hubairah (قيس بن هبيرة). Abdur Rohman bin Abi Bakr As-Shiddiq (عبد الرحمن بن أبي بكر الصديق). Malik bin Al-Asytar (مالك بن الاشتر). Auf bin Salim (عوف بن سالم). Shobir bin Kulkul (صابر بن كلكل). Mazin bin Amir (مازن بن عامر). Al-Ashyad bin Salamah (الأصيد بن سلمة). Rabiah bin Amir (ربيعة بن عامر). Ikrimah bin Abi Jahl (عكرمة بن أبي جهل). Utbah bin Al-Ash (عتبة بن العاص). Darim bin Fayadh Al-Absi (دارم ابن فياض العبسي). Salamah bin Chabib (سلمة بن حبيب). Al-Fazi bin Charmalah (الفازع بن حرملة).[1] Naufal bin Jaral (نوفل بن جرعل).
Duapuluh peti atau lebih, diusung dimasukkan melaui pintu gerbang dan dititipkan pada Naqithas pengusa kota itu. Naqithas meletakkan peti-peti itu di suatu ruang. 
Arak-arakan panjang Abu Ubaidah dan pasukannya, pergi meninggalkan kota Rostan. Mereka singgah di sebuah desa bernama Sudiyah. Pasukan Abu Ubaidah yang masih tinggal diluar beteng kota Rostan adalah Khalid bin Al-Walid dan pasukan elitnya yang bernama Jaisy Az-Zahf (جيش الزحف).
Di malam yang kelam itu Khaid perintah pada pasukannya agar mengamati para sahabat yang berada di dalam beteng. Ketika pasukan Khalid telah mengantuk, dikejutkan oleh suara takbir dan tahlil para sahabat dari dalam beteng.  

Setelah Naqithas meletakkan peti-peti titipan Abu Ubaidah di suatu ruang, lalu pergi ke Gereja untuk melakukan shalat sebagai rasa syukur, karena arak-arakan Abu Ubaidah dan pasukannya telah pergi meninggalkan kotanya. Di dalam Gereja besar iu sejumlah orang membaca kitab Injil bersaut-sautan dengan suara keras. Saat itulah duapuluh orang atau lebih keluar dari bawah peti lalu menghunus pedang. Yang menjadi incaran mereka adalah istri dan harem-harem Naqithas. “Berikan kunci-kunci gerbang itu pada kami!” Ancam mereka dengan acungan pedang.
Begitu kunci diberikan; mereka bertakbir, bertahlil, membaca shalawat dan salam untuk nabi SAW. Sejumlah penjaga pintu gerbang menyerang, tetapi dikalahkan karena kurang persiapan. Abdullah bin Ja’far membagi kunci-kunci pada Rabiah bin Amir, Al-Ashyad bin Salamah. Ikrimah bin Abi Jahl, Utbah bin Al-Ash dan Al-Farigh bin Charmalah, agar mereka membuka pintu-pintu gerbang kota itu. “Bukalah pintu-pintu gerbang dan bertahlillah yang keras! Saudara kita berada di luar dinding sana jumlahnya banyak!,” perintahnya.
Lima orang berlari cepat membawa kunci untuk membuka pintu gerbang Qubla, yang lurus jauh pada kota Chimsh. Mereka bertahlil dan bertakbir dengan keras lalu kembali masuk lagi.
Khalid bin Al-Walid dan pasukannya bergerak cepat memasuki beteng sambil bertahlil dan bertakbir keras, bersaut-sautan. Penduduk kota takut saat mendengar pekikan tahlil dan takbir dari para sahabat Rasulillah SAW. Dengan hati berdebar-debar penghuni beteng sadar bahwa mereka telah dikuasai pasukan Muslimiin. Hampir semua penduduk kota menyerah dan berkumpul untuk berkata, “Kami takkan melawan kalian, silahkan kami ditawan. Kalian lebih kami senangi dari pada bangsa kami sendiri. Tetapi berbuatlah yang adil terhadap kami.”
Khalid merayu agar mereka masuk Islam. Kebanyakan mereka masuk Islam; hanya sedikit yang tidak mau, namun sanggup membayar upeti. Naqithas (نقيطاس) raja mereka berkata, “Agamaku takkan saya rubah.”
Khalid perintah, “Jika begitu keluarlah dari kota ini membawa keluargamu! Katakan pada orang-orang bahwa kami telah berbuat adil!.”

Naqithas (نقيطاس) dan keluarganya berkemas-kemas akan meninggalkan tempat menuju kota Chimsh. Dalam perjalanan yang memakan waktu lama itu akhirnya Naqithas (نقيطاس) dan keluarganya sampai tujuan.
Di kota Chimsh Naqithas bercerita bahwa kotanya telah direbut kaum Muslimiin. Berita itu membuat nafas kaum Chimsh menjadi berat dan mata mereka terbelalak karena terkejut takut. Mereka makin yakin, cepat atau lambat kota mereka pasti akan direbut oleh pasukan Muslimiin.

Di kota Sudiyah, Abu Ubaidah bersujud sebagai tanda syukur karena menerima berita bahwa Abdullah bin Ja’far didukung Khalid dan pasukan elitnya telah merebut kota Rostan. Lalu Abu Ubaidah mengirimikan 1.000 lelaki agar menjaga keamanan kota taklukan itu, di bawah pimpinan Hilal bin Murrah Al-Yasykuri (هلال بن مرة اليشكري).
Setelah Hilal bin Murrah Al-Yasykuri dan pasukannya sampai ke kota Rostam; Abdullah bin Ja’far dan Khalid bin Al-Walid bersama pasukan mereka berdua, keluar meninggalkan kota menuju kota Hamah (حماة) yang penduduknya telah berdamai dengan kaum Muslimiin; sebagaimana penduduk Syairaz. Hanya saja penguasa kota Syairaz tiba-tiba wafat setelah permohonan damainya dikabulkan oleh Abu Ubaidah penguasa kaum Muslimiin di Syam.
Raja Hiraqla mengganti penguasa baru yang keras kepala bernama Bathriq Nakas (نكس).[2] Nakas lah yang membatalkan permohonan damai penguasa sebelumnya, dari kaum Muslimiin. Penguasa jahat ini membuat rakyat menderita dengan cara memeras kekayaan mereka.  

Ketika Nakas membatalkan permohonan damai; Abu Ubaidah mengutus sejumlah pasukan berkuda agar menyerang kota Syairaz. Perang berkecamuk seru menimbulkan keributan dan kericuhan. Nakas turun dari kastilnya yang tinggi.


[1] Ada lagi dua orang yang memasuki peti selain orang duapuluh: Jundab bin Saif (جندب بن سيف). Dan Abdullah bin Ja’far At-Thayyar (عبد الله بن جعفر الطيار) lah yang memimpin mereka semua.
[2] Bathriq, dalam bahasa English Patriarch.

0 komentar:

Posting Komentar