SELAMAT DATANG DI BLOG PONDOK PESANTREN MULYA ABADI, JL. MAGELANG KM 8.5 SLEMAN YOGYAKARTA, SEMOGA BLOG INI BISA MENJADI SILATURAHMI KITA UNTUK SALING BERBAGI

2011/07/04

KW 90: Menaklukkan Pasukan Harbis


(Bagian ke-90 dari seri tulisan Khalid bin Walid)

Sa’id menanggapi, “Sampai kapanpun dia akan hina hingga saya menerima kehadirannya untuk bebincang-bincang. Namun karena dia yang membutuhkan maka biarlah dia datang kemari dengan merendah. Saya berjanji akan mendengarkan permohonannya.”
Penerjemah datang pada Harbis untuk menyampaikan ucapan Sa’id. Harbis mendengarkan penjelasan penerjemah lalu berkata, “Bagaimana mungkin saya yang datang pada dia, sedangkan kehidupanku terancam olehnya? Saya takut jika dia tiba-tiba membunuhku.”
Penerjemah berkata, “Saya yang menjamin keselamatanmu. Jika saya telah menjamin, seluruh kaum Arab akan menghormati jaminanku.”
Bathriq Harbis menjawab, “Saya setuju! Mengeni hal itu saya juga pernah diberi tahu oleh seorang. Hanya saja yang saya inginkan mengenai perdamaian di sini, untuk saya dan seluruh kaum saya yang telah menderita kekalahan; berupa tewasnya pasukanku dalam jumlah banyak sekali. Dan saya hanya akan mengutus seorang yang akan menyampaikan pesanku padanya.”
Penerjemah menjawab, “Mengenai kau tak sanggup datang sendiri akan saya laporkan dulu pada beliau.”
Penerjemah memacu kuda menuju Sa’id untuk melaporkan, “Sungguh Bathriq Harbis hanya ingin mengutus orangnya. Dia memohon agar utusannya dijamin keselamatannya.”
Sa’id menjawab, “Katakan padanya ‘silahkan mengutus utusannya! Dia dijamin aman dan selamat hingga kembali lagi padanya’.”
Penerjemah menyampaikan pesan Sa’id pada Harbis. Bathriq Harbis mendengarkan laporan lalu memanggil seorang untuk diberi tahu, “Kau tahu sendiri keadaan yang menimpa kota kita. Jalan menuju kota kita telah dihalang-halangi pasukan Arab. Saat ini Al-Masih memberi ijin negri Syam dirusak oleh mereka. Kita telah dikalahkan bangsa Arab, kita dalam kesulitan. Kalau kita tidak segera mengajukan permohonan damai, rakyat dan pasukan berkuda kita pasti akan dibantai. Dan setelah itu pasti akan merembet pada anak-cucu dan istri kita. Dan harta kekayaan kita akan dijarah. Kita jelas takkan mampu melawan mereka; negri-negri tetangga kita juga sedang disibukkan dengan urusan mereka masing-masing, sehingga tak mungkin menolong kita. Segeralah ke sana untuk menyampaikan maksud saya agar nantinya saya bisa melancarkan makar dan tipu muslihat hingga akhirnya kita bisa menguasai lagi kota kita. Saya juga berharap nantinya pimpinan Arab itu pergi, sehingga kita punya kesempatan memohon bantuan Raja Hiraqla.” 

Utusan Harbis telah menghadap Sa’id untuk bersujud, sebagai penghormatan. Dia terkejut karena Sa’id menolak dihormat dengan sujud. Bahkan sejumlah pasukan Muslimiin bergegas menghampiri, menyuruh dia berdiri dari sujudnya. Dengan penuh heran dia bertanya, “Kenapa kalian justru melarang saya bersujud untuk menghormat pimpinan kalian?.”
Pasukan Muslimiin diam terbengong-bengong karena tidak memahami bahasa Romawi yang dia ucapkan. Sa’id dan pasukannya mendengarkan penerjemah menjawabkan, “Beliau dan kau hanyalah hamba Allah Ta’ala yang tidak berhak disujudi dan disembah. Hanya Allah Maha Raja yang belum pernah mengalami tiada, yang berhak disembah dengan sujud.”
Lelaki itu menjawab, “Pantesan kalian di mana saja diberi kemenangan oleh Tuhan.”
Sa’id bertanya, “Apa tujuanmu kemari?.”
Dia menjawab, “Memohonkan jaminan selamat untuk pimpinan kami, jangan dikhianati.”  
Sa’id berkata, “Berkhianat bukanlah tabiat para pimpinan atau penguasa yang baik. Dan Alhamdu lillah kami bukan tergolong orang yang suka berkhianat. Jaminan selamat saya berikan pada pimpinanmu dan semua yang menyertainya dengan syarat senjata diletakkan.”
Lelaki itu berkata, “Yang kami mohon adalah jaminan selamat dari tuan dan pimpinan tuan, dan semua pasukan yang menyertai tuan semuanya.”
Sa’id menjawab, “Ya, permintaan kalian dikabulkan.”

Lelaki itu berlari cepat dengan kudanya menuju Harbis untuk melaporkan ucapan Sa’id. Lalu memohon pada Harbis, “Silahkan pulang ke kota, namun jangan berkhianat. Karena khianat akan mencelakai pelakunya sendiri. Kaum Arab tidak akan berkhianat pada kita.”   
Harbis mendengar laporan itu dengan berbahagia. Busana kebesarannya dari sutra Dibaj dan senjatanya dilepas, lalu mengenakan pakaian sederhana. Bahkan dia berjalan dengan kaki telanjang sangat sederhana. Dia dan pasukannya berjalan berarak-arak menuju Sa’id.
Ketika Sa’id menyaksikan Harbis dan pasukannya datang menghadap dengan hina, bersujud kepada Allah dan berdoa, “Alhamdu lillaahil ladzii azaala ‘annaa jababirota wa mallakanaa bathariqatahum wa mulukahum.”[1] Artinya: Segala puji bagi Allah yang menggeser kedudukan para raja aniaya dan memberi kami kekuasaan menaklukkan para bathriq dan raja-raja untuk kepentingan kami.
Sa’id perintah pada Harbis, “Mendekatlah kemari!.”   
Dengan penuh hormat Harbis bergeser mendekat; Sa’id bertanya, “Apakah pakaianmu sejak sebelum ini juga demikian ini? Atau kau telah berganti pakaian?.”
Harbis menjawab, “Demi Allah dan yang dijadikan kurban, saya belum pernah mengenakan pakaian sejelek ini sekalipun kecuali saat ini. Busana kebiasaan saya adalah sutra Harir atau Dibaj. Sungguh saya takkan melawan kalian lagi.”
Sejenak kemudian Harbis bertanya, “Betulkah tuan mengabulkan permohonan damai kami semuanya, termasuk yang di dalam kota sana?.”
Sa’id menjawab, “Kau dan pasukanmu saya jamin aman dengan catatan: yang mau memasuki agama kami maka mendapat hak yang sama dengan kami; namun yang bersikeras menetapi agamanya dan melepaskan senjata, maka selamat dari tebasan pedang. Tetapi ada syarat tidak boleh membawa senjata untuk memerangi kami selamanya. Adapun kota di sana yang menentukan kebijakan adalah Abu Ubaidah RA, in syaa Allah beliau telah menaklukkannya. Kalau kamu ingin berbicara langsung mengenai permohonan damai pada Abu Ubaidah saya mau mengantarkan. Kalau beliau mengabulkan permohonanmu berarti kau beruntung, namun jika beliau tidak mengabulkannya kau akan saya kembalikan kemari lagi. Yang setelah itu ingin membatalkan perjanjian dami, hingga akhirnya Allah menindak kalian melalui tangan kami, juga kami persilahkan.”


[1] الحمد لله الذي أزال عنا الجبابرة وملكنا بطارقتهم وملوكهم.

0 komentar:

Posting Komentar