SELAMAT DATANG DI BLOG PONDOK PESANTREN MULYA ABADI, JL. MAGELANG KM 8.5 SLEMAN YOGYAKARTA, SEMOGA BLOG INI BISA MENJADI SILATURAHMI KITA UNTUK SALING BERBAGI

2011/07/11

KW 94: Rakyat Balbek Membunuh Raja Mereka


(Bagian ke-94 dari seri tulisan Khalid bin Walid)
Keributan berdarah yang menggila di kota Balbek itu berlangsung lama. Rakyat tak mau lagi mengalah pada punggawa raja yang semena-mena. Korban kematian dari dua belah fihak makin banyak. Raja Harbis tewas karena diserang dengan garang oleh rakyat yang mestinya menghormati dan mentaatinya. Raja terkulai tak bergerak, dikerumuni dan ditangisi oleh keluarga dan orang-orang khususnya.
Tangisan, jeritan dan teriakan bersaut-sautan; sejumlah rakyat Balbek membuka pintu gerbang untuk keluar dan menjumpai Rafi bin Abdillah. Semakin lama jumlah mereka yang keluar dari beteng, semakin banyak sekali. Di hadapan Rafi, mereka berkata, “Kami memohon pertolongan Allah dan kepedulian tuan yang mulia.”
Rafi mendengarkan mereka berkisah mengenai perlakuan raja mereka dan keributan yang telah terjadi di dalam beteng. Rafi berkata, “Kami tak mungkin menyerang Harbis karena perjanjian damai yang telah kita sepakati bersama.”
Mereka menjawab, “Kami telah membunuh dia dan semua punggawanya.”
Rafi dan pasukan Muslimiin terperangah dan terheran-heran saat mendengar kaum Balbek berkisah tragedi berdarah dan mutilasi gila-gilaan itu. Rafi bertanya, “Lalu apa yang kalian kehendaki?.”
Mereka berkata, “Silahkan masuk ke kota kami! Kami telah memperbolehkan tuan dan pasukan tuan memasuki kota kami.”
Rafi menjawab, “Kami tidak berani masuk tanpa seidzin yang mulia Abu Ubaidah.”
Rafi menulis surat permohonan idzin memasuki kota Balbek pada Abu Ubaidah, dan memberitakan tragedi berdarah itu dengan lengkap. Abu Ubaidah mengirimkan surat idzin memasuki kota Balbek untuk Rafi bin Abdillah dan pasukannya. Rafi bin Abdillah dan pasukannya memasuki kota Balbek.

Arak-arakan Abu Ubaidah dan pasukannya yang panjang sekali telah mendekati kota Chimsh (Homs). Tepat di kota Az-Zarra’ah (الزراعة), Abu Ubaidah berhenti untuk istirahat. Dia perintah agar Maisarah bin Masruq Al-Absi (ميسرة بن مسروق العبسي) memimpin barisan paling depan berjumlah 5.000 berkendaraan kuda. Panji yang dibawa berwarna hitam diberi gambar berwarna putih.
Mereka memacu kuda menuju kota Chimsh untuk bergabung lagi pada Khalid bin Al-Walid. 
Khalid dan pasukannya menyambut kedatangan rombongan pertama yang dipimpin oleh Maisarah bin Masruq, dengan cara mengucapkan salam, bersalaman dan berpelukan. 
Abu Ubaidah perintah Dhirar bin Al-Azwar agar memimpin 5.000 pasukan berkuda, rombongan kedua. Arak-arakan panjang itu berlari kencang menuju kota Chimsh.
Di belakang mereka Amer bin Ma’dikarib dan pasukan berkudanya yang panjang sekali.
Paling belakang Abu Ubaidah dan pasukannya yang derap kaki kuda mereka membahana.
Sebelum Abu Ubaidah memasuki kota Chimsh berdoa, “Ya Allah, cepatkanlah penaklukan kota ini untuk kami, dan hinakanlah kaum musyrik di dalamnya. Aamiin.”  
Abu Ubaidah telah bergabung lagi dengan Khalid di kota Chimsh. Pekerjaan pertama, memperbaharui surat perjanjian damai dengan penduduk Chimsh yang penguasanya juga bernama Harbis. Kalimat surat itu berbunyi:
بسم الله الرحمن الرحيم
Dari Abu Ubaidah di Syam: wakil Umar bin Al-Khatthab Amirul mu’miniin RA
Adapun selanjutnya: Sungguh Allah Ta’ala telah menaklukkan negri-negri kalian untuk kami. Kalian jangan bangga oleh besarnya kota kalian dan kokohnya beteng kalian ataupun jumlah pasukan kalian yang banyak sekali. Jika serangan kami telah melanda, kota kalian ini hanyalah seperti periuk berisi daging untuk disantap beramai-ramai oleh sejumlah pasukan. Pasukan yang kelaparan itu telah menunggu-nunggu masaknya. Kami mengajak kalian menuju agama yang diridhoi oleh Tuhan kami. Jika kalian mau mengabulkan ajakan kami, kami akan segera memberi guru yang akan mengajar agama pada kalian, lalu kami pergi meninggalkan kalian. Kalau kalian membangakang tidak mau masuk Islam, kami mewajibkan kalian membayar pajak. Jika kalian membangkang berarti kita harus berperang untuk menentukan keputusan Tuhan. Dialah sebaik-baik yang menentukan tindakan.

Surat dilipat lalu diserahkan pada lelaki Nashrani yang pandai berbahasa Arab. “Bawalah ke kota Chimsh untuk diserahkan pada penguasanya, dan suruhlah agar menjawab saya secepatnya!” Perintah Abu baidah.   
Lelaki itu membawa surat dan berlari dengan kuda secepat-cepatnya. Ketika telah mendekai beteng kota Chimsh; beberapa pasukan Chims di atas beteng menodongkan anak panah dan batu-batuan ke arahnya. Dia ketakutan dan berteriak dengan bahasa Romawi, “Tahanlah panah dan batu kalian! Saya lelaki ditaklukkan yang membawa surat penting dari kaum Arab itu!.”  
Beberapa orang menurunkan tali agar diikatkan pada tubuh lelaki pembawa surat. Mereka mengangkat lelaki ke atas agar dia memberikan surat itu pada bathriq mereka.  

0 komentar:

Posting Komentar