بَابٌ فِي الهِبَةِ وَالشُّفْعَةِ
Pernyataan
seorang tabik Imam mazhab, yakni Imam Hanafi, diangkat oleh Bukhari.
Namun beliau disebut 'Bakdunnas (Sebagian manusia):
Sebagian manusia berkata, “Jika dia
menghibahkan hibah, ‘uang’ seribu dirham atau lebih. Hingga bertahun-tahun uang tersebut masih di sisinya. Dia telah merekayasa tentang hibah ini, yaitu
menarik ulang hibahnya, dan memberikan lagi berkali-kali. Maka tidak ada kewajiban
zakat, dari dia dan yang dihibahi. Dia telah menyelisihi (Ajaran) Rasulillah SAW.
Namun berhasil menggugurkan kewajiban zakat.”
Dalam
Takliq Musthofa Al-Bagho, dijelaskan:
Maksud kalimat, “Dia merekayasa hibah ini” Yang menghibahi dan yang dihibahi sepakat ‘uang seribu dirham atau lebih’ tersebut, tidak dipergunakan berdagang. Dan sebelum setahun, uang tersebut dikembalikan pada penghibahnya. Rekayasa ini dilakukan oleh mereka berdua hingga bertahun-tahun. Maka mereka berdua tidak berkewajiban zakat. Dia menyelisihi Rasulillah SAW tentang, “Larangan Menarik Ulang Hibah.” Dan melepaskan kewajiban zakat, menyia-nyiakan orang fakir yang membutuhkan zakat.
Maksud kalimat, “Dia merekayasa hibah ini” Yang menghibahi dan yang dihibahi sepakat ‘uang seribu dirham atau lebih’ tersebut, tidak dipergunakan berdagang. Dan sebelum setahun, uang tersebut dikembalikan pada penghibahnya. Rekayasa ini dilakukan oleh mereka berdua hingga bertahun-tahun. Maka mereka berdua tidak berkewajiban zakat. Dia menyelisihi Rasulillah SAW tentang, “Larangan Menarik Ulang Hibah.” Dan melepaskan kewajiban zakat, menyia-nyiakan orang fakir yang membutuhkan zakat.
Penyarah
Hadits ini menjelasakan, “Maksud Bukhari ‘sebagian manusia’ Abu Hanifah (Imam Hanafi) rahimahulloohu Taala."
Al-Aini membantah, "Meskipun mereka mengatakan hibah seperti ini 'bisa dibatalkan'. Ini tetap rekayasa. Abu Hanifah (Imam Hanafi) dan pengikutnya, 'tidak berfaham demikian'. Faham (yang diucapkan) bisa menjadi 'pegangan dalil' bagi manusia umumnya. Orang sehebat beliau dan para muridnya rahimahumulloh, tak mungkin berniat menyelisihi Rasulillah SAW, atau menghindari kewajiban dalam Islam.” [1]
Al-Aini membantah, "Meskipun mereka mengatakan hibah seperti ini 'bisa dibatalkan'. Ini tetap rekayasa. Abu Hanifah (Imam Hanafi) dan pengikutnya, 'tidak berfaham demikian'. Faham (yang diucapkan) bisa menjadi 'pegangan dalil' bagi manusia umumnya. Orang sehebat beliau dan para muridnya rahimahumulloh, tak mungkin berniat menyelisihi Rasulillah SAW, atau menghindari kewajiban dalam Islam.” [1]
Ponpes Mulya Abadi Mulungan
وَقَالَ بَعْضُ
النَّاسِ: " إِنْ وَهَبَ هِبَةً، أَلْفَ دِرْهَمٍ أَوْ أَكْثَرَ، حَتَّى مَكَثَ
عِنْدَهُ سِنِينَ، وَاحْتَالَ فِي ذَلِكَ، ثُمَّ رَجَعَ الوَاهِبُ فِيهَا فَلاَ زَكَاةَ
عَلَى وَاحِدٍ مِنْهُمَا. فَخَالَفَ الرَّسُولَ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي
الهِبَةِ، وَأَسْقَطَ الزَّكَاةَ
__________
[تعليق
مصطفى البغا]
[ش (واحتال في ذلك)
أي تواطأ الواهب مع الموهوب له على أن لا يتصرف في الهبة ويرجعها إلى الواهب قبل تمام
الحول عليها عنده ثم يعود فيهبها إليه بعد مرور الحول هكذا يتبادلان المال بينهما بحيث
لا يمضي عليه حول كامل عند أحدهما فلا تجب الزكاة. (فخالف الرسول. .) في النهي عن الرجوع
بالهبة. (وأسقط. .) أي أضاعها على الفقير. وذكر الشراح أن البخاري رحمه الله تعالى
أراد بقوله (بعض الناس) أبا حنيفة رحمه الله تعالى ورد عليه العيني بأن هذا الاحتيال
لم يقل به أبو حنيفة ولا أصحابه رحمهم الله تعالى وإن كانوا يقولون بجواز الرجوع بالهبة
فلذلك قيود وشروط وأدلة يعتمد عليها تحمي هذا الإمام وأصحابه رحمهم الله تعالى من مخالفة
رسول الله صلى الله عليه وسلم أو الاحتيال للفرار من فريضة من فرائض الإسلام]
0 komentar:
Posting Komentar