SELAMAT DATANG DI BLOG PONDOK PESANTREN MULYA ABADI, JL. MAGELANG KM 8.5 SLEMAN YOGYAKARTA, SEMOGA BLOG INI BISA MENJADI SILATURAHMI KITA UNTUK SALING BERBAGI

2014/10/04

Terjemahan Salah



Terus terang saya nggak mau mengajarkan kesalahan, yakni membacakan, “Terjemahan Salah” di depan publik. Memang tidak semua terjemahan yang disodorkan, salah. Tapi ada yang salah, dan ini harus dibenarkan:
{وَلَوْ أَنَّ أَهْلَ الْقُرَى آمَنُوا وَاتَّقَوْا لَفَتَحْنَا عَلَيْهِمْ بَرَكَاتٍ مِنَ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ وَلَكِنْ كَذَّبُوا فَأَخَذْنَاهُمْ بِمَا كَانُوا يَكْسِبُونَ} [الأعراف: 96].
Dan seandainya penduduk suatu negeri beriman dan bertaqwa, maka Kami akan bukakan kepada mereka, barokah kemakmuran dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan, maka Aku siksa sebab apa yang telah mereka lakukan.

Letak kesalahannya:
1.     Ahlul-Quroo (أَهْلَ الْقُرَى) diartikan, “Penduduk suatu negeri. Yang benar ‘penduduk negeri-negeri itu’. Karena ‘al-quroo (الْقُرَى)’ adalah jamak, bukan tunggal. Dan ‘al’nya ahdiyyah, untuk menyatakan ‘itu’, atau ‘tersebut’. Dalam bahasa English ‘the’.”
2.     Lafatahnaa (لَفَتَحْنَا) diartikan, “Maka Kami akan bukakan. Yang benar ‘maka Kami telah bukakan’. Karena Lafatahnaa adalah fiil madhi (katakerja lampau).

Perhatikan! Agar bisa memahami Firman tersebut dengan benar:
1.     Bacalah mulai Ayat 59 dari Surat Al-Arof ini. Di sana dikisahkan oleh Allah, tentang Nuh AS dan kaumnya. Hingga akhirnya Allah menyiksa mereka. “{وَأَغْرَقْنَا الَّذِينَ كَذَّبُوا بِآيَاتِنَا} [الأعراف: 64]. ‘Dan Kami telah menenggelamkan kaum yang telah mendustakan Ayat-Ayat Kami’.”
2.     Lalu Allah berkisah tentang ‘Kaum Ad dan nabi Mereka’ Hud AS (ayat 65). Akhirnya Allah menyiksa mereka. “{وَقَطَعْنَا دَابِرَ الَّذِينَ كَذَّبُوا بِآيَاتِنَا} [الأعراف: 72]. ‘Dan Kami telah memutus pangkal kaum yang telah mendustakan Ayat-Ayat Kami’.”
3.     Lalu Allah berkisah kaum Tsamud dan nabi mereka, Shalih AS (Ayat 73). Akhirnya Allah berkisah, ‘”Mereka Tertimpa Gempa. ‘{ فَأَخَذَتْهُمُ الرَّجْفَةُ} [الأعراف: 78]’.”
4.     Lalu Allah berkisah tentang Luth AS dan Kaumnya (Ayat 80). Akhirnya Allah menyiksa mereka. {وَأَمْطَرْنَا عَلَيْهِمْ مَطَرًا } [الأعراف: 84]. Dan Kami menghujankan hujan (siksa) atas mereka.
5.     Lalu Allah berkisah tentang Syuaib AS dan kaumnya (Ayat 85). Akhirnya, “Mereka tertimpa gempa. ‘{فَأَخَذَتْهُمُ الرَّجْفَةُ} [الأعراف: 91]’.”

Agar keterangan di atas lengkap, maka Allah berfirman:
{وَمَا أَرْسَلْنَا فِي قَرْيَةٍ مِنْ نَبِيٍّ إِلَّا أَخَذْنَا أَهْلَهَا بِالْبَأْسَاءِ وَالضَّرَّاءِ لَعَلَّهُمْ يَضَّرَّعُونَ  ثُمَّ بَدَّلْنَا مَكَانَ السَّيِّئَةِ الْحَسَنَةَ حَتَّى عَفَوْا وَقَالُوا قَدْ مَسَّ آبَاءَنَا الضَّرَّاءُ وَالسَّرَّاءُ فَأَخَذْنَاهُمْ بَغْتَةً وَهُمْ لَا يَشْعُرُونَ وَلَوْ أَنَّ أَهْلَ الْقُرَى آمَنُوا وَاتَّقَوْا لَفَتَحْنَا عَلَيْهِمْ بَرَكَاتٍ مِنَ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ وَلَكِنْ كَذَّبُوا فَأَخَذْنَاهُمْ بِمَا كَانُوا يَكْسِبُونَ }]. Dan seterusnya.

Artinya:
Kami belum pernah mengutus seorang nabi pada suatu desa, kecuali pasti Kami timpakan bahaya dan madhorrot, pada penghuninya. Agar mereka merendah. Lalu nasib jelek Kami rubah menjadi baik. Hingga ketika telah berkembang (makmur), mereka berkata, “Sungguh dulu, ayah-ayah kita telah tertimpa madhorrot dan kesenangan.”
Maka mereka Kami tindak mendadak. Sedangkan mereka tidak sadar.
Sungguh kalau penduduk desa-desa tersebut, telah beriman dan bertaqwa, niscaya Kami telah membukakan barokah-barokah dari langit dan bumi, untuk mereka. Tetapi mereka telah mendustakan. Maka mereka Kami tindak karena yang telah mereka lakukan.

Mulai Ayat 59 hingga Ayat 96 dan seterusnya, adalah penjelasan mengenai, “Kaum yang Telah Lampau.” Memang boleh dibaca sebagai dalil agar kaum zaman sekarang beriman dan bertaqwa. Tetapi mengenai makna atau tejemahan, harus tepat, sesuai kaidah bahasa. 
Agar lebih jelas, silahkan diklik

Ponpes Mulya Abadi Mulungan

0 komentar:

Posting Komentar