SELAMAT DATANG DI BLOG PONDOK PESANTREN MULYA ABADI, JL. MAGELANG KM 8.5 SLEMAN YOGYAKARTA, SEMOGA BLOG INI BISA MENJADI SILATURAHMI KITA UNTUK SALING BERBAGI

2012/04/01

Bedah Bahasa Arab

Pesan melalui huruf.

Di dalam bahasa Arab, banyak sekali pesan atau pernyataan yang diutarakan melalui huruf. Termasuk di antaranya dengan hufur alif (أَ) dan waw (وَ) dan lainnya. Oleh karena itu kitab nahwu bernama Alfiyah dan kitab ilmu Al-Qur’an bernama Al-Itqan, menjelaskan secara panjang lebar megenai huruf-huruf yang sebetulnya merupakan pesan atau pernyataan.
Contoh hufur alif (أَ) dan waw (وَ) yang sebetulnya pesan atau pernyataan:

أَوَلَمْ يَرَ الْإِنْسَانُ أَنَّا خَلَقْنَاهُ مِنْ نُطْفَةٍ فَإِذَا هُوَ خَصِيمٌ مُبِينٌ وَضَرَبَ لَنَا مَثَلًا وَنَسِيَ خَلْقَهُ قَالَ مَنْ يُحْيِي الْعِظَامَ وَهِيَ رَمِيمٌ قُلْ يُحْيِيهَا الَّذِي أَنْشَأَهَا أَوَّلَ مَرَّةٍ وَهُوَ بِكُلِّ خَلْقٍ عَلِيمٌ الَّذِي جَعَلَ لَكُمْ مِنَ الشَّجَرِ الْأَخْضَرِ نَارًا فَإِذَا أَنْتُمْ مِنْهُ تُوقِدُونَ أَوَلَيْسَ الَّذِي خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ بِقَادِرٍ عَلَى أَنْ يَخْلُقَ مِثْلَهُمْ بَلَى وَهُوَ الْخَلَّاقُ الْعَلِيمُ إِنَّمَا أَمْرُهُ إِذَا أَرَادَ شَيْئًا أَنْ يَقُولَ لَهُ كُنْ فَيَكُونُ فَسُبْحَانَ الَّذِي بِيَدِهِ مَلَكُوتُ كُلِّ شَيْءٍ وَإِلَيْهِ تُرْجَعُونَ [يس/77-83]
Baca:
Awalam yarol insaanu annaa kholaqnaahu min nuthfatin fa idzaa huwa khoshiimun mubiin. Wa dhoroba lanaa matsalan wanasiya kholqohuu qoola man yuchyil ‘idlooma wa hiya romiim. Qul yuchyiihalladziii ansya’ahaaa awwala marrotin wa Huwa bikulli kholqin ‘aliim. Alladzii ja’ala lakum minassyajaril akhdhori naaron fa idzaa antum minhu tuuqiduun. Awalaisalladii kholaqos samaawaati wal ardo bi qoodirin ‘alaa an yakhluqo mitslahum. Balaa wa Huwal Khollaaqul ‘Aliim. Innamaaa amruhuu idzaa arooda syai’an an yaquula lahuu kun fayakuun. Fa subchaanal ladzii bi yadihii malakuutu kulli syai’in wa ilaihi turja’uun.

Artinya:
Masyak manusia itu tidak mengerti bahwa sungguh Kami (Allah) telah membut dia dari nuthfah (sperma)?. Namun tahu-tahu dia justru membantah nyata sekali. Dia membuat gambaran dialamatkan pada Kami, namun melupakan pada dirinya: dia berkata ‘siapa yang akan menghidupkan tulang-belulang yang dalam keadaan keropos ini?’'.
Katakan 'yang akan menghidupkannya yang telah membuatnya pertama kali, memang Dia Maha Tahu pada segala mahkluq. Yaitu yang telah menjadikan api dari pohon-pohon yang hijau untuk kalian: tahu-tahu kalian bisa menyalakan darinya. Masyak yang telah membuat beberapa langit dan bumi tidak mampu membuat pada yang semisal mereka?. Tentu bisa karena Dialah Al-Khollaq (yang Maha mencipta) yang Maha Tahu’. Sungguh urusan-Nya ketika menghendaki sesuatu, berfirman ‘jadi!’, maka jadi. Maha Suci yang di Tanga-Nya kerajaan segala sesuatu, dan kalian akan dikembalikan kepada-Nya.”

Ela bertanya, “Kenapa wa (وَ) dalam awalam (أَوَلَمْ) tidak diartikan?.”
Titik dan Yu Sane menjawab, “Karena hanya menunjukkan bahwa kalimat sebelumnya belum berakhir (wawu athof).”
Liti dan Tengah bertanya, “Kenapa idzaa (إِذَا) dalam kalimat fa idzaa (فَإِذَا) diartikan tahu-tahu?.”
Titik dan Yu Sane menjawab, “Karena untuk menyatakan di luar dugaan (Charful fuj’ah).”
Beberapa orang bertanya, “Maksud kalimat: membuatkan gambaran dialamatkan pada Kami bagaimana?.”
Titik dan Yu Sane menjawab, “Menyodorkan pernyataan dialamatkan pada Allah.”
Dila bertanya, “Kenapa lanaa (لَنَا) diartikan ‘dialamatkan pada Kami?’.”
Liti menjawab, “Karena lam-nya untuk menyatakan ‘dialamatkan’ (ta’lil).”
Ada yang bertanya, “Kok kalimatوَهِيَ  (wahiya) diartikan ‘yang dalam keadaan?’.”
Liti menjawab, “Karena wa (وَ)nya untuk menyatakan keadaan (Chaliyyah).”
Ela bertanya, “Kenapa wa Huwa (وَهُوَ) diartikan ‘memang Dia?’.”
Yu Sane menjawab, “Karena wa (وَ)nya untuk menghubungkan dengan kalimat sebelumnya (wawu athof).”
Ela bertanya, “Kenapa alladzii (الَّذِي) diartikan yaitu yang?’.”
Liti menjawab, “Karena sebagai memperjelas kalimat sebelumnya (badal).”
Titik bertanya, “Kenapa huruf a (أَ) dalam kalimatأَوَلَيْسَ  (awalaisa) diartikan masyak?.”[1]
Mas Liti menjawab, “Karena untuk menyatakan ingkar (lil ingkar) pada orang yang menyodorkan pernyataan dialamatkan pada Allah itu.”
Beberapa orang bertanya, “Apa bedanya inna (إِنَّ) dan innamaa (إِنَّمَا)?.”
Yu Sane menjawab, “Artinya sama, hanya kalau innamaa (إِنَّمَا) untuk menjelaskan rahasia yang harus diketahui.”
Dila dan Titik bertanya, “Kenapa ada an (أَنْ) sebelum yaquula (يَقُولَ)?.”
Liti menjawab, “Kalau dalam bahasa English seperti to, kalau dalam bahasa Arab namanya mashdariyyah.
Gambar pohon Al-Markhu dan Al-Afar bisa dilihat di: http://mulya-abadi.blogspot.com/2011/10/pohon-al-markhu-dan-al-afar.html

Huruf-huruf selain di atas yang merupakan pesan atau pernyataan, sangat banyak. Para ulama berkata, “Sesulit apapun, kalimat dalam Al-Qur’an, Al-Hadits, dan kitab-kitab berbahasa Arab lainnya, akan segera diketahui jika huruf-huruf pesan atau pernyataan tersebut diketahui dengan tepat.”


[1] A (أَ) yang diartikan masyak adalah lilinkar (untuk menyatakan ingkar dalam sebuah pertanyaan). Sedangkan pertanyaan yang diharapkan dijawab ‘ya’ atau biar disetujui, namanya litaqrir (agar dijawab setuju atau dijawab ‘ya).

0 komentar:

Posting Komentar