SELAMAT DATANG DI BLOG PONDOK PESANTREN MULYA ABADI, JL. MAGELANG KM 8.5 SLEMAN YOGYAKARTA, SEMOGA BLOG INI BISA MENJADI SILATURAHMI KITA UNTUK SALING BERBAGI

2013/07/19

Surat Abasa





SuratAbasa diturunkan ketika nabi SAW masih di Makkah. Menurut Azzamakhsyari, “Saat itu beliau SAW sedang serius menghadapi orang-orang penting; Utbah, Syaibah (dua putra Rabiah), Abu Jahl bin Hisyam, Abbas bin Abdil-Muthalib, Umayah bin Al-Khalaf, dan Al-Walid bin Al-Mughirah. Agar mereka masuk Islam. Tiba-tiba Ibnu Ummi Maktum  datang untuk berkata ‘ya Rasulallah! Bacakan dan ajarkan pada saya, sebagian yang telah diajarkan oleh Allah pada Baginda’.” [1]
Ibnu Ummi Maktum mengulang-ulang permohonannya, karena tidak tahu bahwa nabi SAW sedang sibuk menghadapi kaum penting. Nabi SAW tidak mau menghentikan pembicaraan karena sungkan pada mereka. Beliau SAW bemuka masam dan berpaling. Allah menurunkan surat tersebut, sebagai pelajaran tatakerama untuk nabi SAW dan kaumnya. Firman berkembang pada pelajaran ‘Seharusnya Manusia Melaksanakan Perintah Allah’. Dan ‘Asal Mereka dari Apa?’. Lalu tentang Kiamat, dan seterusnya:
بسم الله الرحمن الرحيم
عَبَسَ وَتَوَلَّى (1) أَنْ جَاءَهُ الْأَعْمَى (2) وَمَا يُدْرِيكَ لَعَلَّهُ يَزَّكَّى (3) أَوْ يَذَّكَّرُ فَتَنْفَعَهُ الذِّكْرَى (4) أَمَّا مَنِ اسْتَغْنَى (5) فَأَنْتَ لَهُ تَصَدَّى (6) وَمَا عَلَيْكَ أَلَّا يَزَّكَّى (7) وَأَمَّا مَنْ جَاءَكَ يَسْعَى (8) وَهُوَ يَخْشَى (9) فَأَنْتَ عَنْهُ تَلَهَّى (10) كَلَّا إِنَّهَا تَذْكِرَةٌ (11) فَمَنْ شَاءَ ذَكَرَهُ (12) فِي صُحُفٍ مُكَرَّمَةٍ (13) مَرْفُوعَةٍ مُطَهَّرَةٍ (14) بِأَيْدِي سَفَرَةٍ (15) كِرَامٍ بَرَرَةٍ (16) قُتِلَ الْإِنْسَانُ مَا أَكْفَرَهُ (17) مِنْ أَيِّ شَيْءٍ خَلَقَهُ (18) مِنْ نُطْفَةٍ خَلَقَهُ فَقَدَّرَهُ (19) ثُمَّ السَّبِيلَ يَسَّرَهُ (20) ثُمَّ أَمَاتَهُ فَأَقْبَرَهُ (21) ثُمَّ إِذَا شَاءَ أَنْشَرَهُ (22) كَلَّا لَمَّا يَقْضِ مَا أَمَرَهُ (23) فَلْيَنْظُرِ الْإِنْسَانُ إِلَى طَعَامِهِ (24) أَنَّا صَبَبْنَا الْمَاءَ صَبًّا (25) ثُمَّ شَقَقْنَا الْأَرْضَ شَقًّا (26) فَأَنْبَتْنَا فِيهَا حَبًّا (27) وَعِنَبًا وَقَضْبًا (28) وَزَيْتُونًا وَنَخْلًا (29) وَحَدَائِقَ غُلْبًا (30) وَفَاكِهَةً وَأَبًّا (31) مَتَاعًا لَكُمْ وَلِأَنْعَامِكُمْ (32) فَإِذَا جَاءَتِ الصَّاخَّةُ (33) يَوْمَ يَفِرُّ الْمَرْءُ مِنْ أَخِيهِ (34) وَأُمِّهِ وَأَبِيهِ (35) وَصَاحِبَتِهِ وَبَنِيهِ (36) لِكُلِّ امْرِئٍ مِنْهُمْ يَوْمَئِذٍ شَأْنٌ يُغْنِيهِ (37) وُجُوهٌ يَوْمَئِذٍ مُسْفِرَةٌ (38) ضَاحِكَةٌ مُسْتَبْشِرَةٌ (39) وَوُجُوهٌ يَوْمَئِذٍ عَلَيْهَا غَبَرَةٌ (40) تَرْهَقُهَا قَتَرَةٌ (41) أُولَئِكَ هُمُ الْكَفَرَةُ الْفَجَرَةُ (42).

Artinya:                    
Dia bermuka masam dan berpaling. (1) [2]
Lantaran orang buta datang pada dia. (2)
Maksud lafal ‘orang buta’ adalah Ibnu Ummi Maktum. [3]
Apa yang memberi tahu kau barangkali dia bersuci?. (3) Maksud lafal ‘kau’ adalah nabi SAW. [4]
Atau dia mengambil peringatan hingga peringatan bermanfaat pada dia?. (4)
Adapun orang sombong. (5)
Maka kau serius pada dia? (6)
Apa beratmu jika dia tidak bersuci? (7)
Adapun orang yang datang pada kau dengan bergegas. (8)
Padahal dia khawatir. (9)
Maka kau meremehkan pada dia?. (10)
Ingat! Sungguh itu peringatan!. (11)
Barangsiapa mau; maka ingat padanya. (12)
Di dalam lembaran diistimewakan. (13)
Diunggulkan, disucikan. (14)
Di tangan para utusan. (15)
Yang sama mulia, sama baik. (16)
Manusia dilaknat! Apa yang membuat dia kafir?. (17)
(Berasal) dari mana sesuatu (Allah)  mencipta dia?. (18)
Berasal dari sperma. (Allah) telah mencipta dan menqadar dia. (19)
Lalu pada jalan (kelahiran), (Allah) mempermudahkan pada dia. (20)
Lalu (Allah) mematikan dan membuat terkubur pada dia. (21)
Lalu ketika (Allah) telah menghendaki; maka membangkitkan pada dia. (22)
Ingat! Dia belum melaksanakan yang diperintahkan pada dia. (23)
Hendaklah manusia mengamati pada (asal) makanan dia. (24)
Sungguh Kami (yang) telah menuangkan air dengan benar-benar menuangkan. (25)
Lau Kami (juga yang) membelah bumi dengan benar-benar membelah. (26)
Lalu Kami menumbuhkan biji-bijian di dalamnya. (27)
Anggur dan sayuran. (28)
Zaitun dan kurma. (29)
Kebun-kebun yang lebat. (30)
Buah-buahan dan rerumputan. (31)
Sebagai bekal untuk kalian dan binatang ternak kalian. (32)
Ketika pekikan telah datang. (33) [5]
Di hari itu orang lari dari saudaranya. (34)
(Dari) ibu dan ayahnya. (35)
(Dari) istri dan anaknya. (36)
Di hari itu, ada kelakuan yang mengalahkan pada tiap orang dari mereka. (37)
Di hari itu wajah-wajah, cerah. (38)
Tertawa bebahagia. (39)
Di hari itu ada debu di atas wajah-wajah. (40)
Kotor menutup wajah-wajah tersebut. (41)
Mereka kaum kafir yang durhaka. (42)
Dalam surat ini juga terkandung ajaran:
1.     Jangan hanya mementingkan orang besar.
2.     Jangan meremehkan orang kecil.
3.     Ramahlah pada orang yang di depan kita.
4.     Orang-orang yang mempertahankan kekafiran, di hari kiamat akan lari dari saudara; ibu; bapak; istri; dan anak mereka.
5.     Di hari kiamat, wajah orang-orang kafir ‘hitam’.
6.     Di hari kiamat, wajah orang-orang iman ‘berseri-seri’.


[1] Nama panjang Ibnu Ummi Maktum yang artinya ‘Putra Ummi Maktum’; Abdullah bin Syuraich bin Malik bin Rabiah Al-Fihri (عبد الله بن شريح ابن مالك بن ربيعة الفهري). Ibnu Ummi Maktum sebetulnya cucu ‘Ummi Maktum’ dari jalur ayah.
[2] Maksud lafal ‘dia’ adalah Nabi Muhammad SAW.

[3] Ibnu Katsir menulis keterangan seperti berbeda, padahal sama. Hanya nama-nama orang yang ditulis ‘yang dianggap’ penting: تفسير ابن كثير (8/ 319)
قَالَ الْحَافِظُ أَبُو يَعْلَى فِي مُسْنَدِهِ: حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ-هُوَ ابْنُ مَهْدِيٍّ-حَدَّثَنَا عَبْدُ الرَّزَّاقِ، أَخْبَرَنَا مَعْمَر، عَنْ قَتَادَةَ [عَنْ أَنَسٍ] فِي قَوْلِهِ: (عَبَسَ وَتَوَلَّى) جَاءَ ابْنُ أُمِّ مَكْتُومٍ إِلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَهُوَ يُكَلِّمُ أُبَيَّ بْنَ خَلَفٍ، فَأَعْرَضَ عَنْهُ، فَأَنْزَلَ اللَّهُ: (عَبَسَ وَتَوَلَّى * أَنْ جَاءَهُ الأعْمَى) فَكَانَ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بَعْدَ ذَلِكَ يُكْرِمُهُ قَالَ قَتَادَةُ: وَأَخْبَرَنِي أَنَسُ بْنُ مَالِكٍ قَالَ: رَأَيْتُهُ يَوْمَ الْقَادِسِيَّةِ وَعَلَيْهِ دِرْعٌ ومعه راية سوداء يَعْنِي ابْنَ أُمِّ مَكْتُومٍ-

Arti (selain isnad)nya:
Dari Anas, tentang FirmanNya, “(Dia bermuka masam dan berpaling).” Ibnu Ummi Maktum datang pada nabi SAW yang saat itu sedang berdialog dengan Ubai bin Khalaf. Nabi SAW berpaling dari Ibnu Ummi Maktum. Allah menurunkan untaian Firman, “Dia berpaling dan bermuka masam. Lantaran orang buta datang pada dia.” Konon setelah itu nabi SAW memuliakan pada Ibnu Ummi Maktum. Anas bin Malik memberi kabar pada saya; “Saya pernah melihat melihat dia di Hari Perang Qadisiyah. Dia berbaju perang membawa panji hitam.” Yakni Ibnu Ummi Maktum.

[4] Bersuci, maksudnya ‘masuk Islam’ agar suci dari dosa.

[5] Maksud lafal ‘pekikan’ adalah kiamat.

0 komentar:

Posting Komentar