SELAMAT DATANG DI BLOG PONDOK PESANTREN MULYA ABADI, JL. MAGELANG KM 8.5 SLEMAN YOGYAKARTA, SEMOGA BLOG INI BISA MENJADI SILATURAHMI KITA UNTUK SALING BERBAGI

2013/07/12

Kajian Al-Baqarah 95 - 96



{وَلَنْ يَتَمَنَّوْهُ أَبَدًا بِمَا قَدَّمَتْ أَيْدِيهِمْ وَاللَّهُ عَلِيمٌ بِالظَّالِمِينَ (95) وَلَتَجِدَنَّهُمْ أَحْرَصَ النَّاسِ عَلَى حَيَاةٍ وَمِنَ الَّذِينَ أَشْرَكُوا يَوَدُّ أَحَدُهُمْ لَوْ يُعَمَّرُ أَلْفَ سَنَةٍ وَمَا هُوَ بِمُزَحْزِحِهِ مِنَ الْعَذَابِ أَنْ يُعَمَّرَ وَاللَّهُ بَصِيرٌ بِمَا يَعْمَلُونَ (96)} [البقرة: 95، 96].


Artinya:
Mereka takkan berangan-angan pada 'kematian' karena (dosa) yang tangan-tangan mereka lakukan. Dan Allah Maha Tahu pada kaum Aniaya. (95)

Dan niscaya mereka kau jumpai sungguh sebagai manusia lebih ingin atas hidup. Bahkan daripada kaum yang syirik. Seorang mereka berangan-angan ‘kalau diberi umur seribu tahun’. Padahal pemberian umur seribu tahun ‘tidak menjauhkan dia’ dari adzab; kalau dia diberi umur (sepanjang itu). Dan Allah Maha Melihat pada yang mereka amalkan. (96)

Ibnu Katsir mengulas ayat di atas: تفسير ابن كثير (1/ 332)
ثُمَّ هَذَا الذِي فَسَّرَ بِهِ ابْنُ عَبَّاسٍ الْآيَةَ هُوَ الْمُتَعَيَّنُ، وَهُوَ الدُّعَاءُ عَلَى أَيِّ الْفَرِيقَيْنِ أَكْذَبَ مِنْهُمْ أَوْ مِنَ الْمُسْلِمِينَ عَلَى وَجْهِ الْمُبَاهَلَةِ، وَنَقَلَهُ ابْنُ جَرِيرٍ عَنْ قَتَادَةَ، وَأَبِي الْعَالِيَةِ، وَالرَّبِيعِ بْنِ أَنَسٍ، رَحِمَهُمُ اللَّهُ وَنَظِيرُ هَذِهِ الْآيَةِ قَوْلُهُ تَعَالَى فِي سُورَةِ الْجُمُعَةِ: {قُلْ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ هَادُوا إِنْ زَعَمْتُمْ أَنَّكُمْ أَوْلِيَاءُ لِلَّهِ مِنْ دُونِ النَّاسِ فَتَمَنَّوُا الْمَوْتَ إِنْ كُنْتُمْ صَادِقِينَ* وَلا يَتَمَنَّوْنَهُ أَبَدًا بِمَا قَدَّمَتْ أَيْدِيهِمْ وَاللَّهُ عَلِيمٌ بِالظَّالِمِينَ* قُلْ إِنَّ الْمَوْتَ الَّذِي تَفِرُّونَ مِنْهُ فَإِنَّهُ مُلاقِيكُمْ ثُمَّ تُرَدُّونَ إِلَى عَالِمِ الْغَيْبِ وَالشَّهَادَةِ فَيُنَبِّئُكُمْ بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ} [الْجُمْعَةِ: 6-8] فَهُمْ -عَلَيْهِمْ لَعَائِنُ اللَّهِ-لَمَّا زَعَمُوا أَنَّهُمْ أَبْنَاءُ اللَّهِ وَأَحِبَّاؤُهُ، وَقَالُوا: لَنْ يَدْخُلَ الْجَنَّةَ إِلَّا مَنْ كَانَ هُودًا أَوْ نَصَارَى، دُعُوا إِلَى الْمُبَاهَلَةِ وَالدُّعَاءِ عَلَى أَكْذَبِ الطَّائِفَتَيْنِ مِنْهُمْ، أَوْ مِنَ الْمُسْلِمِينَ. فَلَمَّا نَكَلُوا عَنْ ذَلِكَ عَلِمَ كُلُّ أَحَدٍ أَنَّهُمْ ظَالِمُونَ؛ لِأَنَّهُمْ لَوْ كَانُوا جَازِمِينَ بِمَا هُمْ فِيهِ لَكَانُوا أَقْدَمُوا عَلَى ذَلِكَ، فَلَمَّا تَأَخَّرُوا عُلِمَ كَذِبُهُمْ. وَهَذَا كَمَا دَعَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَفْدَ نَجْرَانَ مِنَ النَّصَارَى بَعْدَ قِيَامِ الْحُجَّةِ عَلَيْهِمْ فِي الْمُنَاظَرَةِ، وَعُتُوِّهِمْ وَعِنَادِهِمْ إِلَى الْمُبَاهَلَةِ، فَقَالَ تَعَالَى: {فَمَنْ حَاجَّكَ فِيهِ مِنْ بَعْدِ مَا جَاءَكَ مِنَ الْعِلْمِ فَقُلْ تَعَالَوْا نَدْعُ أَبْنَاءَنَا وَأَبْنَاءَكُمْ وَنِسَاءَنَا وَنِسَاءَكُمْ وَأَنْفُسَنَا وَأَنْفُسَكُمْ ثُمَّ نَبْتَهِلْ فَنَجْعَلْ لَعْنَةَ اللَّهِ عَلَى الْكَاذِبِينَ} [آلِ عِمْرَانَ: 61] فَلَمَّا رَأَوْا ذَلِكَ قَالَ بَعْضُ الْقَوْمِ لِبَعْضٍ: وَاللَّهِ لَئِنْ بَاهَلْتُمْ هَذَا النَّبِيَّ لَا يَبْقَى مِنْكُمْ عَيْنٌ تَطْرِفُ. فَعِنْدَ ذَلِكَ جَنَحُوا لِلسِّلْمِ وَبَذَلُوا الْجِزْيَةَ عَنْ يَدٍ وَهُمْ صَاغِرُونَ، فَضَرَبَهَا عَلَيْهِمْ. وَبَعَثَ مَعَهُمْ أَبَا عُبَيْدَةَ بْنَ الْجَرَّاحِ، رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، أَمِينًا. وَمِثْلُ هَذَا الْمَعْنَى أَوْ قَرِيبٌ مِنْهُ قَوْلُهُ تَعَالَى لَنَبِيِّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنْ يَقُولَ لِلْمُشْرِكِينَ: {قُلْ مَنْ كَانَ فِي الضَّلالَةِ فَلْيَمْدُدْ لَهُ الرَّحْمَنُ مَدًّا} [مَرْيَمَ: 75] ، أَيْ: مَنْ كَانَ فِي الضَّلَالَةِ مِنَّا أَوْ مِنْكُمْ، فَزَادَهُ اللَّهُ مِمَّا هُوَ فِيهِ ومَدّ لَهُ، وَاسْتَدْرَجَهُ، كَمَا سَيَأْتِي تَقْرِيرُهُ فِي مَوْضِعِهِ، إِنْ شَاءَ اللَّهُ فَأَمَّا مَنْ فَسَّرَ الْآيَةَ عَلَى مَعْنَى: {قُلْ إِنْ كَانَتْ لَكُمُ الدَّارُ الآخِرَةُ عِنْدَ اللَّهِ خَالِصَةً مِنْ دُونِ النَّاسِ فَتَمَنَّوُا الْمَوْتَ إِنْ كُنْتُمْ صَادِقِينَ} أي: إِنْ كُنْتُمْ صَادِقِينَ فِي دَعْوَاكُمْ، فَتَمَنَّوُا الْآنَ الْمَوْتَ. وَلَمْ يَتَعَرَّضْ هَؤُلَاءِ لِلْمُبَاهَلَةِ كَمَا قَرَّرَهُ طَائِفَةٌ مِنَ الْمُتَكَلِّمِينَ وَغَيْرِهِمْ، وَمَالَ إِلَيْهِ ابْنُ جَرِيرٍ بَعْدَ مَا قَارَبَ الْقَوْلَ الْأَوَّلَ؛ فَإِنَّهُ قَالَ: الْقَوْلُ فِي تَفْسِيرِ قَوْلِهِ تَعَالَى: {قُلْ إِنْ كَانَتْ لَكُمُ الدَّارُ الآخِرَةُ عِنْدَ اللَّهِ خَالِصَةً مِنْ دُونِ النَّاسِ فَتَمَنَّوُا الْمَوْتَ إِنْ كُنْتُمْ صَادِقِينَ} وَهَذِهِ الْآيَةُ مِمَّا احْتَجَّ اللَّهُ بِهِ لَنَبِيِّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَلَى اليهود الذين كانوا بَيْنَ ظَهَرَانَيْ مُهَاجَره، وَفَضَحَ بِهَا أَحْبَارَهُمْ وَعُلَمَاءَهُمْ؛ وَذَلِكَ أَنَّ اللَّهَ تَعَالَى أَمَرَ نَبِيَّهُ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِلَى قَضِيَّةٍ عَادِلَةٍ بَيْنَهُ وَبَيْنَهُمْ، فِيمَا كَانَ بَيْنَهُ وَبَيْنَهُمْ مِنَ الْخِلَافِ، كَمَا أَمَرَهُ أَنْ يَدْعُوَ الْفَرِيقَ الْآخَرَ مِنَ النَّصَارَى إِذَا خَالَفُوهُ فِي عِيسَى ابْنِ مَرْيَمَ، عَلَيْهِ السَّلَامُ، وَجَادَلُوهُ فِيهِ، إِلَى فَاصِلَةٍ بَيْنَهُ وَبَيْنَهُمْ مِنَ الْمُبَاهَلَةِ. فَقَالَ لِفَرِيقٍ [مِنَ] الْيَهُودِ: إِنْ كُنْتُمْ مُحِقِّينَ فَتَمَنَّوُا الْمَوْتَ، فَإِنَّ ذَلِكَ غَيْرُ ضَارٍّ بِكُمْ إِنْ كُنْتُمْ مُحِقِّينَ فِيمَا تَدَّعُونَ مِنَ الْإِيمَانِ وَقُرْبِ الْمَنْزِلَةِ مِنَ اللَّهِ، بَلْ أُعْطِيكُمْ أُمْنِيَتَكُمْ مِنَ الْمَوْتِ إِذَا تَمَنَّيْتُمْ، فَإِنَّمَا تَصِيرُونَ إِلَى الرَّاحَةِ مِنْ تَعَبِ الدُّنْيَا وَنَصَبِهَا وَكَدَرِ عَيْشِهَا، وَالْفَوْزِ بِجِوَارِ اللَّهِ فِي جَنَّاتِهِ إِنْ كَانَ الْأَمْرُ كَمَا تَزْعُمُونَ: مِنْ أَنَّ الدَّارَ الْآخِرَةَ لَكُمْ خَالِصَةً دُونَنَا. وَإِنْ لَمْ تُعْطُوهَا عَلِمَ النَّاسُ أَنَّكُمُ الْمُبْطِلُونَ وَنَحْنُ الْمُحِقُّونَ فِي دَعْوَانَا، وَانْكَشَفَ أَمْرُنَا وَأَمْرُكُمْ لَهُمْ فَامْتَنَعَتِ الْيَهُودُ مِنَ الْإِجَابَةِ إِلَى ذَلِكَ لِعِلْمِهَا أَنَّهَا إِنْ تَمَنَّتِ الْمَوْتَ هَلَكَتْ، فَذَهَبَتْ دُنْيَاهَا وَصَارَتْ إِلَى خِزْيِ الْأَبَدِ فِي آخِرَتِهَا، كَمَا امْتَنَعَ فَرِيقٌ [مِنَ] النَّصَارَى..

Artinya:
Lalu inilah penafsiran Ibnu Abbas RA mengenai Ayat yang dikaji tersebut; “Itu merupakan doa mubahalah (serius) atas ‘salah satu dua golongan’ yang lebih bohong; dari mereka, atau dari umat Islam.”
Ibnu Jarir menukil penjelasan ini dari Qatadah dari Abi Aliyah dari Rabi bin Anas; semoga Allah menyayang mereka.

Perbandingan Ayat ini, Firman Allah Taala dalam Surat Jumah; (Katakan ! Hai khusus kaum Yahudi ! Jika kalian telah yakin bahwa ‘sungguh kalian Kekasih-Kekasih Allah’ manusia yang lain bukan ! Maka berangan-angan matilah ! Jika kalian benar (pernyataannya) !' Namun mereka takkan berangan-angan pada kematian, karena dosa yang telah dilakukan oleh tangan-tangan mereka. Dan Allah Maha Tahu pada kaum Aniaya. Katakan ! Sungguh ‘kematian’ yang kalian lari darinya ! Sungguh dia akan menjumpai kalian! Lalu kalian akan dikembalikan pada yang Maha Tahu barang-barang ghoib dan tampak ! Agar Dia bercerita pada kalian tentang yang telah kalian amalkan. [Qs Jumuah 6-8]).

Ketika meyakini bahwa mereka laknatullah ‘Putra dan Kekasih Allah’, dan berkata, “Takkan masuk surga kecuali orang yang telah Yahudi atau Nashrani.”; Mereka diajak mubahalah dan berdoa atas ‘dua golongan yang lebih bohong’; dari mereka, atau dari umat Islam. Ketika mereka menghindar dari ajakan mubahalah, maka masing-masing golongan tahu bahwa ‘mereka’ kaum Aniaya.
Kalau mereka berpegangan pada keyakinan mereka, tentu mereka mengabulkan tantangan mubahalah. Mereka diketahui bohong, ketika mundur dari tantangan mubahalah. Peristiwa ini seperti ketika Rasulullah SAW mengajak (mubahalah) pada tamu utusan Nashrani Najran. Saat itu Allah berfirman, “Maka barangsiapa membantah kau mengenai itu, setelah yang datang pada kau berupa ilmu; maka katakan ‘ayo kita panggil anak-anak lelaki kami dan anak-anak lelaki kalian ! Perempuan-perempuan kami dan perempuan-perempuan kalian ! Diri-diri kami dan diri-diri kalian ! Lalu kita mubahalah ! Kita jadikan ‘Laknat Allah’ atas kaum Bohong!.”
Ketika telah menyaksikan (nabi SAW akan melaksanakan perintah mubahalah ini), sebagian mereka berkata pada sebagian, “Demi Allah ! Jika kalian mubahalah dengan nabi ini ! Tak seorangpun dari kalian tersisa untuk berkedip!.”
Saat itu mereka merendah untuk menyerah. Dan menyerahkan pajak dengan langsung, dalam keadaan hina. Nabi SAW mewajibkan mereka melunasi pajak untuk umat Islam. Nabi SAW mengutus Abu Ubaidah bin Al-Jarrach sebagai Kepercayaan (umat), agar bergabung (untuk menerapkan aturan atas mereka).
Yang semisal atau mendekati, pengertian ini; Firman Allah Taala pada NabiNya SAW, agar bersabda pada kaum Musyrik, “Katakan ‘barangsiapa di dalam kesesatan’ maka hendaklah Rohman ‘memanjangan (kesesatan)’ dengan benar-benar memanjangkan, padanya!.”
Maksudnya, “Barangsiapa di antara kami atau kalian, di dalam kesesatan; semoga Allah menambahi dan memanjangkan kesesatan yang dia yakini ! Semoga Allah menjebak dia!.”
Sebagaimana pernyataan Allah yang akan kami tulis di halaman berikut, in syaa Allah.

Adapun orang yang menafsirkan Ayat ini dengan menerangkan:
“(Katakan jika kampung akhirat di sisi Allah hanya untuk kalian secara khusus! Selain kalian tidak mendapatkan! Maka berangan-angan matilah! Jika kalian benar)!.”
Maksudnya jika pernyataan kalian benar! Maka berangan-anganlah pada mati!. Dia (yang menafsirkan ayat ini) tidak menjelaskan seperti penjelasan orang-orang di atas dan yang lain; ‘agar mubahalah’.
Setelah menyatakan, “Penjelasan awal mendekati benar,” Ibnu Jarir juga condong pada penjelasan mereka.
Sungguh dia menjelaskan, “Keterangan tafsir Firman Taala ‘Katakan jika kampung akhirat di sisi Allah hanya untuk kalian secara khusus! Manusia lainnya tidak! Maka berangan-angan matilah! Jika kalian benar!’.
Ayat di awal tahun hijrah ini termasuk bantahan Allah untuk NabiNya SAW atas kaum Yahudi. Melalui ayat ini Allah menelanjangi keburukan para tokoh dan ulama mereka. Sungguh Allah Taala telah perintah pada NabiNya agar berbuat adil antara dia SAW dan mereka, mengenai perselisihan yang terjadi antara dia SAW dan mereka. Sebagaimana ketika golongan lain, kaum Nashrani, berselisih dan membantah pada nabi SAW tentang Isa bin Maryam AS; Allah perintah agar nabi SAW menegakkan mubahalah antara nabi SAW dan mereka.”
Dalam hal yang sama Allah juga berfirman pada kaum Yahudi, “Jika kalian benar! Berangan-angan matilah! Jika pernyataan kalian mengenai ‘iman dan kedudukan’ kalian yang ‘dekat’ pada Allah benar! Maka angan-angan tersebut, tidak akan membahayakan kalian! Bahkan angan-angan ‘mati’ kalian, Aku turuti! Jika kalian telah melafalkan angan-angan ‘mati’ tersebut. Agar kalian berhenti dari kesulitan, capek, dan keruhnya kehidupan dunia! Menuju kebahagiaan di sisi Allah di surgaNya! Kalau memang kenyataan seperti yang kalian katakan; kampung akhirat hanya untuk kalian; kami umat Islam tidak berhak! Namun jika isi angan-angan tidak diberikan pada kalian; manusia tahu bahwa kalian kaum bathil; kami yang benar pernyataannya; perkara kami dan kalian tersingkap untuk manusia!.”
Namun kaum Yahudi tidak berani mengabulkan tantangan mubahalah tersebut, karena tahu kalau berani berangan-angan ‘mati’, maka mereka rusak dan dunia mereka hilang. Dan jatuh pada kehinaan abadi hingga akhirat. Hal ini seperti kaum Nashrani dulu tidak berani mubahalah dengan nabi SAW.”

0 komentar:

Posting Komentar