SELAMAT DATANG DI BLOG PONDOK PESANTREN MULYA ABADI, JL. MAGELANG KM 8.5 SLEMAN YOGYAKARTA, SEMOGA BLOG INI BISA MENJADI SILATURAHMI KITA UNTUK SALING BERBAGI

Doa Meluluhkan Hati Seseorang

Ya Allah sungguh Engkau Maha Mulia Maha Besar. Sedangkan saya HambaMu yang sangat hina dina. Tiada upaya dan kekuatan kecuali karena Kau. Ya Allah, tundukkanlah

Doa Agar di Beri kerjaan Bisnis

Ya Allah, Raja segala Kerajaan, Tuhan memberikan Kerajaan pada yang Tuhan kehendaki, melepas Kerajaan dari yang Tuhan kehendaki, menjayakan orang yang Tuhan kehendaki, dan merendahkan orang yang Tuhan kehendaki

Sapaan Nabi Membuat Khowat Sungkan

Rasulullah SAW keluar dari tenda dan bersabda pada saya ‘hai Ayah Abdillah, apa yang mendorong kau duduk bersama mereka ?’

Hibah Menurut Bukhori

Hibah Menurut Bukhari Ibrahim Annakhai tergolong Tabiin yang sangar alim. Beliau murid Ibrhaim Attaimi, murid Amer bin Maimun, murid Abu Abdillah Al-Jadali, murid Khuzaimah sahabat Nabi SAW.

Masuk Surga Paling Awal

Rasulullah SAW bersabda, “Jibril AS telah datang untuk memegang tanganku untuk menunjukkan saya Pintu Gerbang Surga, yang akan dimasuki oleh umatku.”

Tampilkan postingan dengan label Dakwah ke Chalab (Aleppo). Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Dakwah ke Chalab (Aleppo). Tampilkan semua postingan

2016/11/24

PS 153: Pembebasan Syam






Tiba-tiba Khalid dan pasukannya (Jaisyuzzachf), yang terkenal, datang membantu. Dia berteriak, “Serbu!” Dan pasukan Chalab (Aleppo) berhamburan menghindari serangan pasukannya yang sangat dahsyat. 
Serangan pasukan Khalid terlalu ganas, hingga pasukan Chalab tewas berserakan. Yang masih hidup ketakutan, karena teman yang tewas makin banyak. Mereka membuang senjata sebagai pertanda menyerah. “Ampun! Ampun!” Mohon mereka.
Pasukan Khalid menghentikan serangan. Sebagian mereka keluar dari benteng untuk memberi khabar pada Abu Ubaidah, bahwa musuh telah menyerah

Abu Ubaidah berbahagia dan perintah, “Bawa kemari para lelaki maupun perempuan!.”
Dia menyuruh agar para tawanan masuk IslamYang pertama kali menerima ajakan Islam justru Raja Yuqana dan para pendampingnya. Setelah itu baru semuanya. Walau begitu, mereka diberi aturan seperti taklukan Islam lainnya, dan diperintah keluar dari benteng. Banyak harta kekayaan yang dikembalikan pada mereka, banyak juga emas dan wadah antik yang dijarah. Yang 1/5 diserahkan untuk Sabilillah, sisanya untuk pasukan. 
Damis yang pemberani dan cerdik menjadi bahan pembicaraan hangat di mana-mana. Beberapa orang datang untuk mengobati luka Damis yang serius. Hari itu Damis mendapat dua bagian rampasan perang; pasukan Muslimiin berbahagia. 

Pada tokoh-tokoh Muslimiin, Abu Ubaidah mengundang untuk berkata, “Segala Puji bagi Allah yang telah menaklukkan kerajaan Chalab (Aleppo) untuk kita. Berarti di dunia ini sudah tidak ada lagi kekuatan yang kita takuti. Bagaimana kalau kita menyerang kota Antokiyah (Antioch)? Di sana, Hiraqla duduk di atas singgasana, didampingi raja-raja bawahannya?.” 
Pasukan Muslimiin mengamati Raja Yuqana berdiri dan berkata, “Yang mulia, sungguh Allah Tabaraka wataala telah memberi Pertolongan dan Kemenangan pada kalian. Ini menunjukkan bahwa agama kalian benar (shirathal mustaqiim). Nama nabi kalian ditulis di dalam kitab Injil. Dia pula yang pernah diberitakan oleh Al-Masih pada umatnya dengan jelas sekali :
Dia yang sangat mulia, pemilah kebenaran dan kebathilan. Ditinggalkan oleh ayah dan ibunya, lalu dirumat oleh kekek dan pamannya. Bukankah demikian, yang mulia?” dengan bahasa Arab fasih. 

Abu Ubaidah heran pada pertanyaan Yuqana, lalu menjawab, “Betul! Beliau nabi kita SAW. Tapi saya heran padamu, kamu kemarin memerangi kami dan menghalang-halangi bahan makan dan pakan binatang atas kami. Tiba-tiba hari ini, kau bisa berkata begitu? Selain itu, saya mendapat berita bahwa kau tidak bisa berbahasa Arab sama-sekali. Namun ternyata kau bisa berbahasa Arab dengan fasih. Kapan kau belajar?.” 
Yuqana menjawab, “Laa Ilaah illaa Allah, Muhammadun Rasul Allah, ternyata yang mulia heran dengan ini semua?.” 
Abu Ubaidah menjawab, “Betul!.” 
Abu Ubaidah dan Muslimiin memperhatikan Yuqana berkata, “Terus terang semalam saya berpikir keras, mempertimbangkan kalian yang datang untuk menyerang benteng kami. Kami sangat heran pada kalian yang menurut kami kaum lemah. Tapi ternyata kalian menang. Ketika saya tidur, bermimpi melihat lelaki yang cahayanya lebih terang daripada bulan purnama, lebih harum daripada parfum Misik dan Adzfar (الأَذْفَرُ). Dia didampingi oleh sejumlah jamaah. Saya bertanya 'siapakah dia?'. 
Ada yang menjawab, ‘inilah Muhammad Rasul Allah SAW’. 
Seingat saya, saat itu saya berkata ‘kalau betul dia seorang nabi, hendaklah berdoa agar Tuhannya mengajari saya bahasa Arab’. 
Dia isarah pada saya, sambil memanggil ‘ya Yuqana! Saya Muhammad yang pernah diberitakan oleh Al-Masih. Saya nabi terakhir’, kalau mau, katakan ‘laaa Ilaaha illaa Allah’ dan saya Rasul Allah.
Sontak saya menyalami dan mencium tangannya, dan menyatakan Islam padanya. Setelah bangun, ternyata bau mulut saya harum seperti parfum Misik Adzfar. Dan tahu-tahu saya bisa berbahasa Arab. Saya pergi ke kamar adik saya bernama Yuchana Al-Marhum, untuk membuka kitab-kitabnya. Ternyata di dalam sebagian kitab itu, dijelaskan mengenai sifat Nabi Muhammad SAW dengan lengkap. Di sana juga dijelaskan bahwa lebih dibencinya makhluq oleh Muhammad SAW, kaum Yahudi. Apa betul penjelasan saya?.” 
Abu Ubaidah berkata, “Betul! Memang dulunya kaum Yahudi merintangi kami dengan sengit, namun lalu Allah memberi kami Pertolongan. Akhinya kami bisa menaklukkan dan membunuh pahlawan-pahlawan mereka.” 
Yuqana berkata, “Saya telah membaca kitab mengenai perjalanan hidupnya, dan hal-hal yang berkaitan dengannya. Dan Allah berpesan agar dia membimbing para sahabatnya, kaum Muslimiin umumnya, anak-anak yatim, dan orang-orang miskin. Betul kan?.” 
Abu Ubaidah membenarkan, “Betul! Wasiat Allah, agar nabi merendah pada para sahabatnya dan pada Muslimiin ‘وَاخْفِضْ جَنَاحَكَ لِمَنِ اتَّبَعَكَ مِنَ الْمُؤْمِنِينَ [الشعراء/215]’ (Dan rendahkan pundakmu! Pada orang-orang iman yang mengikuti kau. Mengenai hak anak yatim dan orang miskin ‘فَأَمَّا الْيَتِيمَ فَلَا تَقْهَرْ وَأَمَّا السَّائِلَ فَلَا تَنْهَرْ [الضحى/9، 10]’ (Maka adapun pada anak yatim, jangan kau tindas! Dan pada orang yang minta, jangan kau bentak)!.”
Yuqana berkata, “Kenapa Allah berfirman ‘وَوَجَدَكَ ضَالًّا فَهَدَى [الضحى/7]?’ Apa makna 'Sesat' orang yang di sisi Allah sebagai orang mulia, di sini?.”
Muadz bin Jabal RA menjawab, “Maksudnya ‘Kami Allah menjumpai kau dalam keadaan bingung, mengenai Cara Berdekatan dengan Kami. Lalu Kami membimbing agar kau bisa berdekatan dengan Kami’. Bisa juga diartikan ‘Allah mempermudahkan kau menyingkapkan Jalan Terang, dan menempatkan pada Tempat Terang Benderang. Allah telah menjumpai kau dalam keadaan tersesat, di dalam lautan pencarian, berkendaraan perahu rusak. Lalu Allah membimbing kau ke Pulau Kebenaran, dan menujukkan pada Kebenaran Hakiki. Atau, kau kebingungan memilih Pembimbing. Karena saat itu, kau belum mendapatkan Wahyu. Lalu Kami bimbing kau dengan Wahyu’. Kau harus tahu ya Yuqana, bahwa tidak ada yang lebih berharga bagi orang iman, daripada ilmu. Tidak ada yang lebih menguntungkan daripada aris (penyantun). Tidak ada yang lebih mulia daripada beragama benar. Tiada sahabat karib yang lebih menguntungkan daripada akal.Tiada kekasih yang lebih jahat daripada kebodohan. Tiada simpanan yang lebihdahsyat daripada taqwa. Tiada prestasi yang lebih hebat daripada menaklukkan hawa nafsu. Tiada pekerjaan yang lebih utama daripada berpikir jernih. Tiada keindahan yang lebih daripada bersabar. Tiada kesalahan yang lebih menjijikkan daripada sombong. Tiada obat yang lebih nikmat daripada kelembutan. Tiada penyakit yang lebih mengerikan daripada ceroboh. Tiada orang bijak dan pembimbing yang lebih adil, daripada kebenaran. Tiada kefakiran yang lebih daripada tamak. Tiada kekayaan yang lebih membahayakan daripada menimbun harta. Tiada kehidupan yang lebih menguntungkan daripada sehat. Tiada kehidupan yang lebih nyaman daripada sentausa. Tiada ibadah yang lebih utama daripada khusuk.Tiada zuhud yang lebih daripada ikhlas menerima qadar. Tiada penyelamat yang lebih mengamankan daripada diam. Teman bepergian yang datangnya mendadak adalah kematian.”
Yuqana menyimak ucapan Muadz dengan serius dan berwajah cerah. Mulutnya berkata, “Kalimat yang kau ucapkan ini saya baca di dalam kitab adik saya bernama Yuchana. Kalimat itu ditulis di dalam kitab Injil dan Taurat!.” Lalu merebah bersujud sebagai tanda bersyukur. Lisannya berkata, “Segala Puji bagi Allah yang telah membimbing saya pada Agama Ini. Demi Allah agama ini telah bersenyawa dengan hati saya. Saya yakin agama ini benar. Saya akan ikut berjihad untuk Allah, sebagaimana dulu pernah berperang membela syaitan. Demi Allah saya akan membela agama ini hingga saya bertemu saudara saya Yuchana. Dua matanya berkaca-kaca, mengalirkan air-mata. Menangisi adiknya yang telah terlanjur dibunuh. 
Pada Yuqana dan para pendampingnya yang menangis, Abu Ubaidah menghibur dengan membacakan Sabda Nabi Yusuf AS, “Bagi kalian, tak perlu saling menyalahkan. Semoga di hari ini Allah mengampuni kalian. Dia lebih sayangnya para penyayang. [Qs Yusuf 92]” pada kakak-kakaknya yang telah takluk. 
Abu Ubaidah berkata, “Sungguh saudaramu di dalam derajat para Iliyyiin (kaum Berderajat Tinggi) bersama bidadari bermata indah. Ketika masuk Islam, kau keluar dari dosa-dosamu, sebagaimana ketika kau dilahirkan oleh ibumu.” 
Yuqana makin bersukur hingga tangisnya bertambah keras.



In syaa Allah bersambung

2016/11/23

PS 152: Pembebasan Syam







Dia menjawab, “Tenang!” Lalu menyuruh tujuh orang kuat agar beraksi. Dia duduk jongkok lalu perintah seorang agar duduk di atas pundaknya, untuk diangkat dan disuruh melemparkan tali berkait ke atas benteng. Yang lain diperintah agar melemparkan tali pengait ke atas benteng, mengikuti perbuatannya.

Delapan orang telah berhasil mengaitkan tali untuk memanjat benteng. Yang pertama kali sampai keatas, diperintah agar memastikan kaitan tali-tali kuat. Dalam waktu cepat mereka berhasil menaiki benteng
Damis melihat sejumlah penjaga tidur pulas, menyanding wadah arak. Mereka diangkat untuk dilemparkan ke luar benteng.
Di bawah benteng, mereka itu dibunuh lalu ditutup rapat, oleh pasukannya.
Dua penjaga tidur dalam keadaan mabuk didalam benteng, digorok lehernya lalu dilemparkan ke luar benteng, oleh Damis. Pasukan yang di bawah telah memanjat benteng.
Istana dijaga ketat oleh pasukan berjumlah banyak yang menikmati arak istimewa. Raja Yuqana berada di pertengahan mereka. Permadani yang diduduki oleh Yuqana berbahan sutra Dibaj dihias benang emas. Kalung yang dikenakan, bermata mutiara dan jauhari, gemerlapan menawan. Dalam pertemuan agung itu, aroma parfum Misik dan Bakhur semerbak mewangi. 

Pada pasukannya, Damis berkata, “Ternyata yang berjaga sangat banyak. Jalan satu-satunya saya harus bersiasat. Jika fajar telah menyingsing kita harus serempak menyerang dengan pedang, agar Allah menghinakan mereka melalui tangan kita. Kalau kita kesulitan mengalahkan mereka, dua orang yang saya perintah menghubungi yang  mulia Abu Ubaidah dan Khalid, in syaa Allah telah datang kemari membawa bala-bantuan.”
Mereka menjawab, “Kami harus taat perintahmu. Jalan satu-satunya agar kita selamat, justru berjihad dengan gigih.”
Dia perintah, “Kalian di sini! Saya akan melakukan sesuatu.”
Dengan gerak cepat, dia mendatangi pintu gerbang yang para penjaganya tidur lelap.
Sebelum membuka pintu gerbang, dia membunuh semua penjaga, lalu gerbang dibuka lebar. Gerbang satunya juga dibuka, setelah semua penjaganya dibunuh. 
Pada pasukannya, dia berkata, “Dua gerbang telah saya buka setelah semua, penjaganya saya bunuh. Tugas kita selanjutnya memerangi mereka yang masih hidup! Bersiaplah! In syaa Allah kita akan dibantu oleh pasukan yang sebentar lagi berdatangan.”
Dia perintah seorang agar menghubungi dan memohon Khalid, agar mendatangkan pasukannya yang terkenal ganas.
Yang diperintah agar menjaga pintu gerbang lima lelaki. Sisanya diajak memasuki istana Yuqana. 
Dia berteriak keras sekali, memanggil Yuqana.
Pasukan Yuqana berhamburan lari menuju pintu gerbang. Beberapa dari mereka berteriak, “Kurang ajar! Kita telah lengah!.”
Yuqana berteriak memanggil para pengawalnya.
Damis dan pasukannya memekikkan takbir, “Allahu akbar!”  serempak. 
Pasukan Yuqana bingung, mengira pasukan Muslimiin berjumlah banyak telah memasuki benteng. Peperangan berkecamuk dengan sengit. Yang paling menggila serangannya, Damis yang panggilannya Abul-Haul. Meskipun telah menyandang 73 luka, dia tetap mengamuk dengan pedangnya.
Pasukan Damis yang gugur empat orang: 
1.     Aus bin Amir. 
2.     Abu Chamid bin Suraqah. 
3.     Fari bin Musayyab. 
4.     Fazarah Al-Aufi. 
Selain mereka mengamuk hingga menewaskan banyak lawan.

Serangan 5.000 pasukan Yuqana makin menggila hingga pasukan Damis yang gugur bertambah: 
1.     Mulaib bin Miqdam veteran Perang Hudaibiyah dan Tabuk. 
2.     Murarah bin Rabiah. 
3.     Hilal bin Umayah saudara Kaeb sahabat nabi SAW yang absen dalam perang Tabuk, hingga Allah menurunkan Wahyu di dalam Al-Qur’an.

Pasukan Damis berjumlah 20 orang dilanda kesulitan maksimal, karena amukan 5.000 pasukan Yuqana menggila.



In syaa Allah bersambung

2016/11/21

PS 148: Pembebasan Syam






Di atas bukit yang subur itu, Damis mengikat agar mulut untanya tidak bersuara. Lalu membuka kantong untuk mengeluarkan kain-kain yang akan dijadikan alat menipu. Kayu-kayu didirikan dibalut kain, dibuat seolah-olah kaum lelaki bersurban. Boneka berjumlah 40 di atas bukit itu, telah diberi sarung dan kain penutup berwarna merah.
Dia turun dari bukit menuju perkampungan yang akan diserang. Sebelumnya, dia telah berkeliling kampung untuk melihat keadaan. 
Penduduk ketakutan dan kebingungan. Perempuan-perempun berteriak-teriak histeris. Beberapa orang berlari ke pantai; beberapa yang lain lari ke bukit. Setelah tahu bahwa dia hanya sendirian, mereka mendekat untuk menyerang. 
Dia berlari sambil melawan dan membunuh mereka satu demi satu. Beberapa orang berlari keatas untuk menghadang. Dia menerjang dan menyerang lalu berlari mendekati boneka-bonekanya. 
Di pagi buta itu, mereka terkejut, menyaksikan boneka-boneka yang dikira kaum bersurban. Mereka surut ke belakang untuk pulang ke kampung halaman. Mereka makin terkejut oleh bentakannya, ‘hai jangan pergi! Yang akan menghadapi kalian hanya saya sendirian!’.
Mereka berlari cepat dengan ketakutan. Ada yang meboncengkan istrinya, ada yang memboncengkan anak-anaknya, ada yang memboncengkan budak perempuannya, ada yang membawa hartanya.
Dia memasuki kampung musuh, ternyata yang ada di sana hanya para budak, anak-anak, sejumlah lelaki dan perempuan tua. Dia perintah agar mereka mengumpulkan harta kekayaan, untuk dinaikkan unta. Dia membawa pulang unta yang penuh muatan itu ke kampungnya. Kaumnya takjub pada keberanian dan kecerdasan dia.
Kisah ini disampaikan oleh Khalid pada Abu Ubaidah.

PS 147: Pembebasan Syam




Mereka berdua menjelaskan semua yang ditanyakan hingga mengenai Serangan atas Kerajaan Aleppo (Chalab). Abdullah ditanya, “Ya Putra Qurth! Kenapa kaum Muslimiin tidak memasuki kerajaan bersama rakyat Chalab yang telah berdamai?.” 
Jawaban Abdullah, “Ya kaum Arab, setelah Perang Yarmuk, pasukan yang paling pemberani adalah pasukan Chalab. Banyak kaum Arab yang gugur sebagai Syuhada karena serangan mereka. Biasanya yang menjadi incaran mereka, pasukan yang berada di pinggir, di waktu sedang shalat. Setelah mereka membunuh dan merampok, lari menuju kerajaan yang dikelilingi benteng. Terkadang mereka menyerbu dan merampok atas Muslimiin ketika malam telah kelam” disimak dengan serius. 
Damis benci ketika mendengar Kisah Keberanian dan Kekejaman Yuqana. Dia berkata pada Abdullah, “Tenanglah saudara. Demi Allah, saya berharap Allah menghinakan dia melalui tangan saya.” 
Mata Abdullah terbelalak karena menilai Damis meremehkan kekuatan Yuqana. 
Abdullah bertanya, “Apa kau belum tahu bahwa pahlawan Muslimin yang gagah berani belum ada yang mampu melawan dia? Dia telah dikepung pasukan Muslimiin berbulan-bulan tetap belum bisa ditaklukkan?.” 
Damis tersinggung dan marah karena merasa diremehkan. Dia berkata, “Demi Allah hai Abdullah, kalau kau bukan saudara Muslimiin, telah saya bunuh sebelum saya membunuh Yuqana. Jangan sekali-kali membandingkan diriku dengan lelaki siapapun. Kalau kau kurang percaya dengan ketangkasanku dalam berperang, tanyakan pada para tetangga saya yang berada di sini! Mereka semua kagum dengan kepiawaianku dalam berperang. Banyak pasukan yang telah saya obrak-abrik. Ketangkasan saya dalam berperang sempurna tanpa cacat sedikitpun, hingga banyak orang menggeleng-gelengkan kepala karena takjub. Karena segala Puji milik Allah lah, saya menjadi pahlawan berkuda yang tak pernah berlari dari perang.”
Beberapa orang nasehat pada Abdullah, “Sudara, bersabar dan mengalahlah pada Damis orang beruntung. Bagi Damis, jauh adalah dekat, sulit adalah mudah. Demi Allah memang dia sangat pemberani dan belum pernah dikalahkan oleh siapapun. Kalau berperang, dia pasti berada di depan, kalau lari tidak mungkin bisa ditangkap.” 
Abdullah menjawab, “Saya berharap Allah memberi Kebaikan padanya, bermanfaat pada Muslimiin.”
Abdullah dan Muslimiin menambahi kecepatan berjalan hingga sampai Chalab. Mereka mengibarkan panji, membaca takbir dan shalawat, lalu menemui Abu Ubaidah yang sedang mengepung istana. 
jawaban takbir Abu Ubaidah dan pasukanya untuk mereka, membahana.
Abu Ubaidah mendekat untuk mengucapkan salam; Abdullah dan rombongannya menjawab salam dengan serempak. Semua keluarga besar berkumpul menjadi golongan. 

Yuqana yang ditunggu-tunggu tak pernah muncul di siang hari, dan pasukannya tak pernah lagi melancarkan serangan atas Muslimiin.    
Muslimiin yang baru datang terdiri dari kaum Thai (طيء), Sanis, Nabhan, Kindah, dan Chadhramaut, merasa keberatan jika menunggu musuh terlalu lama. Damis berdiri di tengah-tengah keluarganya yang terdiri dari kaum Tharif dan Kindah, untuk berkata, “Demi Allah, kita memang harus bersabar mengepung.” 
Mereka bertanya, “Apa gunanya ada kau?.” 
Damis menjawab, “Tenang, kita harus menyadari bahwa musuh berada di benteng yang kokoh dan tinggi sekali, dan kita ini sudah paling dekat dengan mereka.” 
Mereka menyeru Damis, “Ya Abal-Haul, raja yang berada di dalam benteng ini mengintai kelengahan kita. Dan barisan kita paling pinggir yang akan menjadi korban serangan mereka.”
Tiba-tiba teriakan di pinggir pasukan meledak; Damis menghunus pedang andalannya lalu bergerak cepat menuju keributan. Ternyata Yuqana muncul dengan 500 pasukan Berani Mati, mengamuk pasukan Mulimiin bagian pinggir. Damis mendekat sambil membaca syair:

Akulah Abul-Haul bernama Damis
Akulah yang menusuk lawan dengan bengis
Singa pemburu pahlawan penakluk
Yang memaksa musuh hancur dan tunduk

Tangan Damis mengayun-ayunkan pedang atas pasukan Yuqana. Keluarga besar Tharif berlari membantu Damis menyerbu. Yuqana terkejut setelah melihat pasukannya berjumlah 200 orang berguguran oleh serangan ganas Damis dan keluarga besarnya. 
Yuqana dan pasukannya berlari dan dikejar oleh Damis dan kaum Kindah. 
Abu Ubaidah berteriak, “Jangan dikejar karena gelap!.” 
Beberapa orang menyeru Damis, “Hai Abal-Haul! Pimpinan melarang kau mengejar mereka! Kembalilah semoga Allah merahmati kau!.” 
Malam itu, Damis dan pasukan Kindah berbahagia karena mampu mengalahkan pasukan Yuqana.
Di pagi yang indah itu, Abu Ubaidah mengimami shalat subuh berjamaah. 
Seusai shalat, kaum Muslimiin berangkat pada pos mereka masing-masing. Hanya beberapa tokoh yang masih duduk dan omong-omong di tempat. Pada Abu Ubaidah, Khalid berkata, “Semalam Allah memberikan Anugerah pada kau dan Muslimiin. Pasukan Kindah telah berhasil mengalahkan pasukan Yuqana. Ternyata pasukan Yuqana ketakutan menghadapi serangan pasukan Kindah.” 
Abu Ubaidah menjawab, “Kau benar Ayah Sulaiman, demi Allah kaum Kindah telah berjasa dalam peperangan ini. Saya mendengar mereka berkata ‘Damis telah berjasa. Abu-Haul serangannya dahsyat’.” 

Seorang tokoh dari Kindah bernama Suraqah bin Mirdas bin Yakrib (سراقة بن مرداس بن يكرب) berdiri untuk berkata, “Semoga Allah berbuat baik pada Baginda. Dia Abul-Haul, mantan hamba sahaya Tharif. Dia yang datang kemari kemarin, serangannya membuat para jagoan berlarian dan musuh tewas. Dia orang yang tak takut musuh berjumlah banyak.” 
Pada Khalid, Abu Ubaidah bertanya, “Kau dengar Suraqah memuji mantan hamba sahayanya bernama Damis?.”
Khalid menjawab, “Saya juga telah mendengar dari Numan bin Asyirah Al-Mahri (النعمان بن عشيرة المهري) mengenai Keberaniannya. Numan berkata:

‘Sungguh Damis pernah menantang berkelahi, pada  tujuhpuluh lelaki di pantai Mahrah’, membela kaumnya. Karena sudah mengenal keberanian dan keganasannya, kaum Mahrah menyerahkan harta dan binatang kendaraan, daripada dibunuh. Dari mereka ada yang lari ke kaki gunung; ada yang lari ke pantai menghindari serangannya. Dia mencari di mana mereka lari. Setelah tahu tempat persembunyian mereka, dia pulang, mengajak kaumnya memerangi mereka. Ternyata kaumnya tidak ada yang bisa mengabulkan ajakannya, karena sama repot.
Dia sangat menguasai jalan sesulit apapun. Bahkan dia juga bisa mengendalikan perahu. Dia memasuki rumahnya untuk mengumpulan perbekalan yang dimasukkan ke dalam kantong besar, lalu diangkat di atas pundaknya. 
Seorang lelaki terkejut dan bertanya ‘mau kemana membawa bekal banyak?’ pada dia yang akan pergi jauh.
Dia menjawab, ‘hai kaumku, saya sendiri yang akan mencari keluarga Syaar (الشعر) (di Mahrah), untuk membalaskan keluarga kita yang mereka aniaya’. 
Beberapa orang tua berkata, ‘kau ini luar biasa, jumlah lelaki yang akan kau lawan 70 orang. Kami belum pernah tahu seorang yang sanggup melawan 70 orang kecuali kau ini. Sebaiknya kau mengendarai kuda yang bagus. Kuda yang bagus hanya dimiliki oleh keluaga besar Chayas (حياس) yang kampungnya di wilayah Asfal (أسفل)’.
Dia singgah di Asfal. Di situ dia mengumpulkan harta rampokan, berupa kuda dan unta yang makin lama makin banyak. Dia berkata, ‘Demi Allah, saya jago berkelahi, kalian percaya nggak? Saya yakin kalian akan tahu bahwa saya bukan murni penjahat, karena semua tindakanku atas alasan yang kuat’.
Beberapa tetangga sempat menengok dia di Asfal, tapi lalu meninggalkan. Dia juga menengok kampungnya, sambil mengambil pedang dan perisai. Dia pergi menyusuri jalan selama sehari semalam, hingga sampai jurang. 
Di malam yang hampir pagi itu, dia mendekamkan dan mengikat untanya di jurang tersebut. Lalu bersembunyi di antara dua batu besar, mengamati kaum yang akan diserang. Malam berikutnya dia berpindah untuk mengamati lebih cermat, kaum yang akan diserang. Dia menaiki perbukitan, untuk mengamati kaum itu, dan menyalakan api unggun.”


In syaa Allah bersambung