’ أَفْضَى
كُلّ وَاحِدٍ مِنْهُمَا إلَى صَاحِبِهِ وَبَدَرَ مَرْحَبٌ مُحَمّدًا ، فَيَرْفَعُ
السّيْفَ لِيَضْرِبَهُ فَاتّقَاهُ مُحَمّدٌ بِالدّرَقَةِ فَلَحِجَ سَيْفَهُ
وَعَلَى مَرْحَبٍ دِرْعٌ مُشَمّرَةٌ فَيَضْرِبُ مُحَمّدٌ سَاقَيْ مَرْحَبٍ
فَقَطَعَهُمَا . وَيُقَالُ لَمّا اتّقَى مُحَمّدٌ بِالدّرَقَةِ وَشَمّرَتْ
الدّرْعُ عَنْ سَاقَيْ مَرْحَبٍ حِينَ رَفَعَ يَدَيْهِ بِالسّيْفِ فَطَأْطَأَ
مُحَمّدٌ بِالسّيْفِ فَقَطَعَ رِجْلَيْهِ وَوَقَعَ مَرْحَبٌ ، فَقَالَ مَرْحَبٌ :
أَجْهِزْ يَا مُحَمّدُ قَالَ مُحَمّدٌ ذُقْ الْمَوْتَ كَمَا ذَاقَهُ أَخِي
مَحْمُودٌ وَجَاوَزَهُ وَمَرّ بِهِ عَلِيّ فَضَرَبَ عُنُقَهُ وَأَخَذَ سَلَبَهُ
فَاخْتَصَمَا إلَى رَسُولِ اللّهِ صَلّى اللّهُ عَلَيْهِ وَسَلّمَ فِي سَلَبِهِ
فَقَالَ مُحَمّدُ بْنُ مَسْلَمَةَ يَا رَسُولَ اللّهِ وَاَللّهِ مَا قَطَعْت
رِجْلَيْهِ ثُمّ تَرَكْته إلّا لِيَذُوقَ مُرّ السّلَاحِ وَشِدّةِ الْمَوْتِ كَمَا
ذَاقَ أَخِي ، مَكَثَ ثَلَاثًا يَمُوتُ وَمَا مَنَعَنِي مِنْ الْإِجْهَازِ
عَلَيْهِ شَيْءٌ قَدْ كُنْت قَادِرًا بَعْدَ أَنْ قَطَعْت رِجْلَيْهِ أَنْ
أَجْهَزَ عَلَيْهِ . فَقَالَ عَلِيّ عَلَيْهِ السّلَامُ صَدَقَ ضَرَبْت عُنُقَهُ
بَعْدَ أَنْ قَطَعَ رِجْلَيْهِ . فَأَعْطَى رَسُولُ اللّهِ صَلّى اللّهُ عَلَيْهِ
وَسَلّمَ مُحَمّدَ بْنَ مَسْلَمَةَ سَيْفَهُ وَدِرْعَهُ وَمِغْفَرَهُ وَبَيْضَتَهُ
فَكَانَ عِنْدَ آلِ مُحَمّدِ بْنِ مَسْلَمَةَ سَيْفُهُ فِيهِ كِتَابٌ لَا يُدْرَى
مَا هُوَ حَتّى قَرَأَهُ يَهُودِيّ مِنْ يَهُودِ تَيْمَاءَ فَإِذَا فِيهِ هَذَا
سَيْفُ مَرْحَبْ مَنْ يَذُقْهُ يَعْطَبْ’
Artinya : Yang satu mendekati lainnya. Namun Marchab mendahului menyerang Muhammad dengan pedang. Pedang Marchab tergigit
perisai Muhammad yang ditangkiskan. Kain penutup betis Marchab
tersingkap; Muhammad memukulkan pedang secepat-cepatnya ke arah bawah, hingga dua betis Marchab patah menyemburkan darah. Ada yang memberitakan ‘di saat Muhammad menangkis
pedang dengan perisainya; kain Marchab tersingkap. Dua betisnya tampak di saat Marchab memukulkan pedang
ke arah Muhammad yang menunduk sambil mengayunkan
pedang sekuat tenaga,
hingga mematahkan dua kakinya. Marchab roboh lalu berkata, “Bunuhlah saya! hai Muhammad” Muhammad menjawab, “Rasakan kematian, sebagaimana Machmud
sudaraku merasakan.” Akhirnya Muhammad meninggalkan dia. Namun Ali yang menjumpanya, membunuh dan memotong leher, dan merampas lucutan Marchab. Akhirnya Ali RA dan Muhammad,
minta pengadilan Rasulallah صَلّى اللّهُ عَلَيْهِ
وَسَلّمَ. Muhammad berkata,
“Ya Rasulallah, dia saya patahkan dua kakinya lalu kutinggalkan, agar merasakan pedihnya
pedang dan beratnya sakarat,
sebagaimana saudaraku telah merasakan. Dia telah saya biarkan sakarat tiga hari, meskipun sebetulnya saya
mampu membunuh dia, setelah dua kakinya kupotong.” Ali عَلَيْهِ السّلَامُ berkata,
“Dia benar, saya membunuh setelah dua kakinya dia patahkan.” Rasulallah صَلّى اللّهُ عَلَيْهِ وَسَلّمَ memberikan pedang,
baju-perang, topi-perang dan rumbai-topi-perang Marchab, pada Muhammad. Pedang tersebut dirumat di keluarga Muhammad bin
Maslamah. Ditulisi dengan huruf yang
tak bisa dibaca. Namun akhirnya ada seorang Yahudi Taimak yang bisa membaca, “Ini pedang
Marchab. Barang siapa tertebas,
tewas.”
Peperangan tersebut
sangat seru dan menegangkan. Kaum Yahudi bertahan mati-matian karena berada di
kandang yang paling mereka andalkan. Muslimiin
berjuang mati-matian karena yakin bahwa pasti akan menang. Banyak yang luka,
banyak pula yang gugur. Banyak yang ketakutan,
banyak pula yang justru keberaniannya melonjak dan berkobar. Banyak yang menangis, banyak pula yang puas
setelah merobohkan dan membunuh musuh. Banyak darah tumpah, banyak pula yang
rasa kasihan dan cintanya terhadap sesama teman dan saudara, justru menjadi sempurna.
Saat itu telah banyak kaum Yahudi yang menjadi korban keganasan perang. Tinggal
tokoh-tokoh besar mereka yang masih berperang dengan garang. Banyak yang
melaporkan, “Setelah Muhammad
membunuh Marchab, Usair lelaki Yahudi
kuat pendek,
datang menantang ‘siapa berani’
melawanku? dengan suara keras. Muhammad mendekat. Mereka berdua bergerak cepat, saling memukulkan pedang. Namun tak lama kemudian, Usair tewas oleh tusukan pedang
Muhammad. Tak lama kemudin,
Yasir datang untuk menyerang Muhammad. Dia termasuk orang mereka paling kejam.
Sebelum itu, dia memburu Muslimiin dengan
tombaknya.”
Ketika Ali bergerak
menghadapi; Az-Zubair berkata,
“Saya bersumpah jangan kau biarkan dia lepas.”
Ali melaksanakan perintah
Az-Zubair, yakni melawan Yasir.
Sabda Nabi SAW, “لِكُلّ نَبِيّ حَوَارِيّ
وَحَوَارِيّ الزّبَيْرُ وَابْنُ عَمّتِي –
Setiap Nabi AS, memilikiHawari (pembela setia), dan Hawari-ku
Az-Zubair, anak bibiku,” disabdakan, setelah Az-Zubair membunuh Yasir yang
tertahan oleh amukan Ali RA. Setelah Marchab dan Yasir, dua tokoh Yahudi tewas terbunuh, Nabi bersabda “Berbahagialah,
Khaibar telah menjadi lebar dan urusannya lancar.”
Kebetulan Marchab yang tewas, artinya dilebarkan;
Yasir yang tewas, artinyalancar.
Lelaki Yahudi tinggi besar bernama Amir, muncul. Rasulullah صَلّى اللّهُ عَلَيْهِ وَسَلّمَ
bertanya, “Apakah kira-kira tingginya ada limadzirak?.”
Satu dzirak: panjang
mulai ujung jari tengah hingga
ujung siku. Amir berbaju perang,
menantang, “Siapa berani
melawanku?,” sambil mengangkat-angkat pedangnya.
Beberapa orang menjauhi
lelaki yang lihai berperang tersebut. Namun
Ali justru mendekatinya. Berkali-kali pedang Ali memukul; namun dia tetap tegak
berdiri. Akhirnya roboh karena dua betisnya patah menyemburkan darah, oleh pedang Ali.
Sambaran pedang Ali beraksi,
setelah dia roboh ke tanah,
menghantarkan dia ke alam baka. Tak lama kemudian, pedangnya diambil oleh
Ali. Dengan tewasnya
tokoh-tokoh besar mereka:
1. Charits.
2. Marchab.
3. Usair.
4. Yasir.
5. Dan Amir. Maka berakhirlah Perang
Khaibar, karena mereka tokoh andalan kaum Yahudi.
Ponpes Mulya Abadi Mulungan
Ponpes Mulya Abadi Mulungan
0 komentar:
Posting Komentar