Yang
menentukan arti lughot ada tiga, 1) nahwu, 2) shorof, 3) dan Kitab lughot,
atau Kamus lughot. Walaupun ahli nahwu dan ahli shorof, kalau tidak
membuka Kitab lughot, maka dipastikan meleset, ketika memaknai Kitab
yang sulit. Contoh penentuan arti “Ashab (أَصْحَابِ)”
dan “Ilmitthobiiah (عِلْمِ الطَّبِيعَةِ)”
dalam Kitab Ibnu Katsir: تفسير ابن كثير (2/ 45)
قَالَ كَثِيرٌ
مِنَ الْعُلَمَاءِ: بَعَثَ اللَّهُ كُلَّ نَبِيٍّ مِنَ الْأَنْبِيَاءِ بِمُعْجِزَةٍ
تُنَاسِبُ أَهْلَ زَمَانِهِ، فَكَانَ الْغَالِبُ عَلَى زَمَانِ مُوسَى، عَلَيْهِ السَّلَامُ،
السِّحْرُ وَتَعْظِيمُ السَّحَرَةِ. فَبَعَثَهُ اللَّهُ بِمُعْجِزَةٍ بَهَرَت الْأَبْصَارَ
وَحَيَّرَتْ كُلَّ سَحَّارٍ، فَلَمَّا اسْتَيْقَنُوا أَنَّهَا مِنْ عِنْدِ الْعَظِيمِ
الْجَبَّارِ انْقَادُوا لِلْإِسْلَامِ، وَصَارُوا مِنَ الْأَبْرَارِ. وَأَمَّا عِيسَى،
عَلَيْهِ السَّلَامُ، فبُعث فِي زَمَنِ الْأَطِبَّاءِ وَأَصْحَابِ عِلْمِ الطَّبِيعَةِ،
فَجَاءَهُمْ مِنَ الْآيَاتِ بِمَا لَا سَبِيلَ لِأَحَدٍ إِلَيْهِ، إِلَّا أَنْ يَكُونَ
مُؤَيَّدًا مِنَ الَّذِي شَرَعَ الشَّرِيعَةَ. فَمِنْ أَيْنَ لِلطَّبِيبِ قُدْرَةٌ
عَلَى إِحْيَاءِ الْجَمَادِ، أَوْ عَلَى مُدَاوَاةِ الْأَكْمَهِ، وَالْأَبْرَصِ، وَبَعْثِ
مَنْ هُوَ فِي قَبْرِهِ رَهِينٌ إِلَى يَوْمِ التَّنَادِ؟ وَكَذَلِكَ مُحَمَّدٌ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بَعَثَهُ [اللَّهُ] فِي زَمَنِ الْفُصَحَاءِ وَالْبُلَغَاءِ
وَنَحَارِيرِ الشُّعَرَاءِ، فَأَتَاهُمْ بِكِتَابٍ مِنَ اللَّهِ، عَزَّ وَجَلَّ، لَوِ
اجْتَمَعَتِ الْإِنْسُ وَالْجِنُّ عَلَى أَنْ يَأْتُوا بِمِثْلِهِ، أَوْ بِعَشْرِ سُوَرٍ
مِنْ مِثْلِهِ، أَوْ بِسُورَةٍ مِنْ مِثْلِهِ لَمْ يَسْتَطِيعُوا أَبَدًا، وَلَوْ كَانَ
بَعْضُهُمْ لِبَعْضٍ ظَهِيرًا، وَمَا ذَاكَ إِلَّا لِأَنَّ كَلَامَ الرَّبِّ لَا يُشْبِهُهُ
كَلَامَ الْخَلْقِ أَبَدًا.
Lafal
“Ashab (أَصْحَابِ)” di atas diartikan para ahli; lafal “Ilmitthobiiah
(عِلْمِ
الطَّبِيعَةِ)” diartikan ilmu fisika. Karena merujuk
Kitab lughot.
Arti
lengkapnya:
Sangat banyak Ulama yang
mengatakan, “Semua Nabi AS diutus oleh Allah, sesuai keadaan manusia yang hidup
pada zaman mereka. Zaman Musa AS, yang menonjol ilmu sihir, dan mengagungkan
ahli sihir. Maka Allah memberi Musa AS Mukjizat, yang membuat mata terbelalak,
dan membuat semua penyihir, terheran-heran. Ketika telah yakin sepenuhnya,
bahwa Mukjizat tersebut dari sisi yang Maha Agung, Maha Perkasa, maka mereka
mengikuti ajaran Islam, dan menjadi golongan kaum Baik (Abror).
Adapun Isa AS diutus pada
zaman Tabib dan Fisika. Maka dia datang pada mereka membawa Mukjizat yang tak
bisa dilakukan kecuali oleh orang Kepercayaan Pembuat Syariat. Tidak ada tabib
yang mampu menghidupkan benda-benda mati, atau mengobati penyakit asal atau
belang, atau menghidupkan orang yang telah dikubur. Sampai hari Kiamat, takkan
mungkin ada yang mampu melakukan demikian.
Demikian pula Muhammad SAW,
diutus oleh Allah pada zaman orang-orang berkata dengan bahasa fasih, jelas,
dan zaman para penyair cerdik. Maka belau datang pada mereka dengan membawa
Kitab dari sisi Allah azza wajalla. Kalau manusia dan jin berkumpul
untuk mendatangkan:
1.
Kitab yang
sebanding Kitabnya.
2.
Atau hanya
sepuluh judul, yang sama.
3.
Atau hanya
satu judul yang sama. Hingga kapanpun takkan mampu, walaupun sebagian mereka
telah menolong sebagian. Karena hingga kapanpun, Kalam Tuhan takkan sama dengan
kalam makhluq.”
0 komentar:
Posting Komentar