Di waktu kecil, Bukhari buta.[1] Ibunya berdoa terus agar Allah menyembuhkan kebutaannya. Nabi Ibrahim AS datang di dalam mimpi dan berkata, “Lihatlah! Anakmu telah sembuh dari kebutaannya!.”
Ibu Bukhari terperangah dan bersyukur, setelah melihat putranya sembuh total dari kebutaannya.
Sepanjang hidup, Bukhari memperbanyak membaca Al-Qur’an dan Al-Hadits, sehingga beliau sangat ahli dalam bidang tersebut. Tulisan ini menunjukkan keahlian Bukhari yang luar biasa, dalam bidang Hadits: صحيح البخاري - (ج 5 / ص 192)
1303 - حَدَّثَنَا فَرْوَةُ حَدَّثَنَا عَلِيُّ بْنُ مُسْهِرٍ عَنْ هِشَامِ بْنِ عُرْوَةَ عَنْ أَبِيهِ لَمَّا سَقَطَ عَلَيْهِمْ الْحَائِطُ فِي زَمَانِ الْوَلِيدِ بْنِ عَبْدِ الْمَلِكِ أَخَذُوا فِي بِنَائِهِ فَبَدَتْ لَهُمْ قَدَمٌ فَفَزِعُوا وَظَنُّوا أَنَّهَا قَدَمُ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَمَا وَجَدُوا أَحَدًا يَعْلَمُ ذَلِكَ حَتَّى قَالَ لَهُمْ عُرْوَةُ لَا وَاللَّهِ مَا هِيَ قَدَمُ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَا هِيَ إِلَّا قَدَمُ عُمَرَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ.
Arti (selain isnad)nya:
Dari Urwah: “Ketika dinding (kubur Rasulillah SAW) roboh, pada zaman kekuasaan Al-Walid bin Abdil-Malik; mereka bergotong-royong membangun ulang bangunan tersebut.[2] Tiba-tiba tampak telapak kaki (di dalam kubur) yang membuat mereka terkejut. Mereka meyakini telapak kaki tersebut, telapak kaki nabi SAW. Mereka tak menemukan seorang pun yang tahu kepastian hal itu. Hingga Urwah (putra kakak perempuan Aisyah yakni Asmak RA) berkata pada mereka: ‘demi Allah! Ini bukan telapak kaki nabi SAW! Ini tak lain kecuali telapak kaki Umar RA’.”[3]
Ponpes Kutubussittah Mulya Abadi Mulungan Sleman Jogjakarta Indonesia
Ponpes Kutubussittah Mulya Abadi Mulungan Sleman Jogjakarta Indonesia
وكتاباهما أصح الكتب بعد كتاب الله العزيز.
Artinya:
Kitab mereka berdua (Bukhari dan Muslim) adalah lebih shahihnya kitab-kitab setelah Kitab Allah yang Maha Mulia.
[2] Al-Walid bin Abdil-Malik berkuasa pada ujung zaman sahabat nabi SAW. Maksudnya zaman tabiin akan segera muncul.
قَوْله : ( لَمَّا سَقَطَ عَلَيْهِمْ الْحَائِط أَيْ حَائِط حُجْرَة النَّبِيّ صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ، وَفِي رِوَايَة الْحَمَوِيّ عَنْهُمْ : وَالسَّبَب فِي ذَلِكَ مَا رَوَاهُ أَبُو بَكْر الْآجُرِّيّ مِنْ طَرِيق شُعَيْب بْن إِسْحَاق عَنْ هِشَام بْن عُرْوَة قَالَ : أَخْبَرَنِي أَبِي قَالَ " كَانَ النَّاس يُصَلُّونَ إِلَى الْقَبْر فَأَمَرَ بِهِ عُمَر بْن عَبْد الْعَزِيز فَرُفِعَ حَتَّى لَا يُصَلِّي إِلَيْهِ أَحَد ، فَلَمَّا هُدِمَ بَدَتْ قَدَم بِسَاقٍ وَرُكْبَة فَفَزِعَ عُمَر بْن عَبْد الْعَزِيز ، فَأَتَاهُ عُرْوَة فَقَالَ : هَذَا سَاقَ عُمَر وَرُكْبَته ، فَسُرِّيَ عَنْ عُمَر بْن عَبْد الْعَزِيز " وَرَوَى الْآجُرِّيّ مِنْ طَرِيق مَالِك بْن مِغْوَل عَنْ رَجَاء بْن حَيْوَة قَالَ : كَتَبَ الْوَلِيد بْن عَبْد الْمَلِك إِلَى عُمَر بْن عَبْد الْعَزِيز - وَكَانَ قَدْ اِشْتَرَى حُجَر أَزْوَاج النَّبِيّ صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ - أَنْ اِهْدِمْهَا وَوَسِّعْ بِهَا الْمَسْجِد ، فَقَعَدَ عُمَر فِي نَاحِيَة ، ثُمَّ أَمَرَ بِهَدْمِهَا ، فَمَا رَأَيْته بَاكِيًا أَكْثَر مِنْ يَوْمئِذٍ . ثُمَّ بَنَاهُ كَمَا أَرَادَ . فَلَمَّا أَنْ بَنَى الْبَيْت عَلَى الْقَبْر وَهَدَمَ الْبَيْت الْأَوَّل ظَهَرَتْ الْقُبُور الثَّلَاثَة وَكَانَ الرَّمْل الَّذِي عَلَيْهَا قَدْ اِنْهَارَ ، فَفَزِعَ عُمَر بْن عَبْد الْعَزِيز وَأَرَادَ أَنْ يَقُوم فَيُسَوِّيهَا بِنَفْسِهِ ، فَقُلْت لَهُ : أَصْلَحَك اللَّه ، إِنَّك إِنْ قُمْت قَامَ النَّاس مَعَك ، فَلَوْ أَمَرْت رَجُلًا أَنْ يُصْلِحهَا ، وَرَجَوْت أَنَّهُ يَأْمُرنِي بِذَلِكَ ، فَقَالَ : يَا مُزَاحِم - يَعْنِي مَوْلَاهُ - قُمْ فَأَصْلِحْهَا . قَالَ رَجَاء : وَكَانَ قَبْر أَبِي بَكْر عِنْد وَسَط النَّبِيّ صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ، وَعُمَر خَلْف أَبِي بَكْر رَأْسه عِنْد وَسَطه . وَهَذَا ظَاهِره يُخَالِف حَدِيث الْقَاسِم ، فَإِنْ أَمْكَنَ الْجَمْع وَإِلَّا فَحَدِيث الْقَاسِم أَصَحّ . وَأَمَّا مَا أَخْرَجَهُ أَبُو يَعْلَى مِنْ وَجْه آخَر عَنْ عَائِشَة " أَبُو بَكْر عَنْ يَمِينه وَعُمَر عَنْ يَسَاره " فَسَنَده ضَعِيف ، وَيُمْكِن تَأْوِيله . وَاَللَّه أَعْلَم .
Artinya:
Di dalam riwayat Al-Hamawi dari mereka, tertulis:
“Penyebab kejadian itu, menurut yang diriwayatkan oleh Abu Bakr Al-Ajuri dari jalur Syuaib bin Ishaq dari Hisyam bin Urwah ‘ayahku’ pernah memberi kabar padaku ‘dulu orang-orang sama shalat di kubur SAW tersebut. Maka Umar bin Abdil-Aziz perintah agar dinding kubur itu ditinggikan, agar tempat itu tidak bisa dinaiki dan dimasuki untuk melakukan shalat’.
Ketika dinding telah dirobohkan; ada telapak-kaki hingga betis, hingga lutut, yang tampak. Umar bin Abdil-Aziz terkejut.
Urwah datang untuk berkata, “Ini betis dan lutut Umar RA.”
Ketakutan Umar bin Abdil-Aziz mereda.
Al-Ajuri meriwayakan dari jalur Malik bin Mighwal dari Roja bin Chaiwah:
Walid bin Abdil-Malik yang saat itu telah membeli kamar-kamar para istri nabi SAW, kirim surat pada Umar bin Abdul-Aziz (cucu Umar bin Al-Khatthab RA, dari jalur ibu). Surat itu berisi: “Robohkan kamar-kamar itu untuk memperluas Masjid!.”
Umar duduk pada suatu sudut lalu perintah agar orang-orang sama merobohkannya. “Sejak itu, saya belum pernah melihat beliau menangis lebih lama (daripada itu).”
Lalu Umar membangun lagi pada bangunan tersebut; sebagaimana yang diinginkan oleh Walid. Ketika beliau membangun rumah di atas kubur, sambil merobohkan bagian rumah awal yang belum roboh; tiga kubur tampak. Karena sungguh tanah yang menutup longsor.
Umar terkejut dan terjun langsung dengan gerak cepat untuk membenahi tiga kubur tersebut.
Sontak saya berkata pada beliau, “Semoga Allah memperbaiki baginda. Sungguh jika baginda bertidak sendiri; orang (banyak sekali itu) pasti juga berdiri untuk membantu baginda. Hendaklah baginda perintah seorang agar membenahinya.” Namun saya berharap, saya lah yang diperintah oleh beliau agar membenahinya.
Ternyata beliau berkata pada Muzahim, pelayannya: “Ya Muzahim! Berdiri dan benahilah ini!.”
“Konon kubur Abi Bakr lurus tengah tubuh nabi SAW. Umar di belakang Abi Bakr, kepalanya lurus tengah tubuhnya.”
Secara lahiriah riwayat ini menyelisihi Haditsnya Al-Qasim. Mungkin semuanya benar, atau haditsnya Al-Qasim yang lebih shahih. Adapun riwayat yang dikeluarkan oleh Abu Yala dari arah lain dari Aisyah RA: “Abu Bakr di kanan SAW, Umar di kiri SAW.”
Sanadnya Hadits ini dhoif, namun takwilnya kokoh. Wallahu a’lam.
0 komentar:
Posting Komentar