SELAMAT DATANG DI BLOG PONDOK PESANTREN MULYA ABADI, JL. MAGELANG KM 8.5 SLEMAN YOGYAKARTA, SEMOGA BLOG INI BISA MENJADI SILATURAHMI KITA UNTUK SALING BERBAGI

2012/02/12

KW 187: Petolongan Datang tak Terduga




 (Bagian ke-187 dari seri tulisan Khalid bin Walid)

Setelah perintah agar putranya bernama Filasthin pergi ke Qaisariyah (Caesarea), Hiraqla perintah agar seorang bathriq agung bernama Qidamun (قيدمون) mendampingi Filasthin. Qidamun termasuk tokoh Romawi yang firasatnya selalu tepat. Ada yang bilang, “Dia paman Filasthin dari jalur ibu, veteran Perang Persia, Turki dan Jaramiqah, yang menguasai berbagai bahasa.”
                         
Dengan busana dan perhiasan gemerlapan, Qidamun tingggi besar muncul, untuk menantang berperang. 
Beberapa pasukan muslimiin bergerak untuk mengabulkan tantangannya. Mereka membaca,Laa Ilaaha illaa Allahbersaut-sautan. 

Kaum pengepung Qidamun mendengar Amer berteriak, “Pahala Allah jauh lebih baik daripada busana dan perhiasan yang dia kenakan. Yang memerangi dia, jangan hanya karena ingin rampasan! Saya pernah mendengar Rasulallah SAW bersabda ‘Barang siapa hijrahnya menuju Allah dan RasulNya, maka akan sampai pada Allah dan RasulNya. Barang siapa hijrahnya karena dunia maka akan mendapatkan dunia. Kalau bertujuan mendapatkan wanita, maka akan menikahi wanita. Orang akan sampai pada tujuan’.” 

Seorang pemuda dari Yaman maju
, untuk melayani tantangan Qidamun. Dialah lelaki yang datang ke Syam bersama ibu dan sudara perempuannya.
Saudara perempuan berkata, “Hai putra ibu! Ayo perjalanan ini kita percepat! Agar kita segera menikmati rizqi di Syam!.”
Dia menjawab, “Saya datang kemari untuk mencari Keridhoan Allah azza wajalla. Saya pernah mendengar Muadz bin Jabal berkata sungguh kaum yang mati sebagai syuhada, mendapat rizqi di sisi Tuhan’.”
Saudara perempuan membantah, “Bagaimana mungkin, kaum mati mendapat rizqi?.”
Dia menjawab, “Muadz berkata ‘sungguh Allah Taala memasukkan ruh para Syuhada, di dalam tubuh burung-burung surga. Menikmati buah-buahan dan air surga. Itulah Rizqi Allah untuk mereka’.”

Pada ibu dan saudara perempuannya, lelaki itu berpamitan, “Saya akan menghadap Allah, dengan jalan berperang membela AgamaNya. Saya akan menunggu kalian berdua di telaga Rasulillah SAW.”
Ibu dan saudara perempuan menangis. Air mata membasahi pipi.
dengan berdebar, lelaki itu bergerak melangkahkan kaki, untuk pergi ke medan perang. 
Ibu dan sudaranya ditinggalkan dalam keadaan menangis dan berdoa.
Air mata ibu dan saudaranya yang tumpah semakin banyak
, ketika pemuda itu memacu kuda dengan memegang tombak. 

Pemuda itulah yang menusuk dengan tombak ke arah dada Bathriq Qidamun. Dia kesulitan melepaskan tombak yang menancap. Dan terkejut oleh tebasan pedang Qidamun yang tahu-tahu mematahkan tombaknya. Bahkan lalu bergerak cepat sekali membelah kepalanya. 
Atas Rahmat Allah, pemuda itu gugur dengan kepala terbelah.

Qidamun menginjak mayat dan menantang berkelahi pada pasukan
Muslimiin. 
Ibnu Qutsam datang untuk melawan. Tetapi pedang Qidamun menebas hingga dia tewas sebagai Syahid kedua.
Qidamun membusungkan dada, semakin sombong.

Syurachbil memaki dirinya sendiri, “Kenapa kau membiarkan penjahat itu membunuh dua orang Muslimiin?” Lalu keluar dari barisan, menyerang dengan membawa panji pemberian Abu Bakr Asshiddiq RA. 

Amer menegur, “Hai Hamba Allah! Tancapkan panjimu di tanah! Agar tidak mengganggu berperang!.”
Syurachbil menancapkan panji panjang ke celah-celah bebatuan. Dia yakin bahwa dirinya akan mampu manaklukkan lawan, karena Pertolongan Tuhan.

Ketika Syurachbil berlari dengan kuda, mendekati Qidamun yang berkuda. Pasukan Muslimiin berdoa agar Syurachbil menang.
Qidamun laknat berperawakan tinggi besar menertawakan Syurachbil yang lebih kecil dan kerempeng, yang rajin berpuasa dan shalat malam.

Pedang dan perisai mereka berdua bergerak-gerak dengan berdenting karena berkali-kali berbenturan. Pedang Syurachbil berkali-kali memukul, tetapi tak melukai kulit yang dilindungi dengan baju perang. Dan tak mampu membelah helm perang Qidamun. Bahkan dia terkejut oleh sambaran pedang Qidamun yang menggores kulit, meskipun telah dihindari

Di atas kuda, mereka berdua berkelahi semakin seru.
Hujan deras mengguyur bumi. Tempat berperang makin becek, hingga mereka berdua turun dari kuda dan bergulat di lumpur.
Syurachbil dipukul hingga masuk ke
dalam lumpur, dan diangkat untuk dilemparkan. Lalu dadanya diduduki oleh Qidamun.
Tangan Qidamun telah bergerak, mengambil belati untuk menyembelih Syurachbil
yang hatinya berdebar hingga berdoa, “Ya Penolong kaum yang memohon pertolongan!.”
Sebelum doa yang dia baca selesai
, muncul lelaki berkuda dari pasukan Romawi. 
Qidamun terkejut, menyangka lelaki berkuda itu akan menyerahkan kuda dan akan menolong dirinya. Qidamun bergerak, tak sadar bahwa Syurachbil di bawahnya tahu-tahu lolos dan bangkit. 

Lelaki itu menghunus dan mengayunkan pedang sekuat tenaga hingga leher putus dan darah Qidamun tumpah.
Lelaki itu perintah
, “Ya Abdallah! Rampaslah yang dia miliki!” pada Syurachbil.
Syurachbil bertanya, “Demi Allah, menurutku tak ada yang lebih menakjubkan dari pada ini. Kenapa kau muncul dari pasukan Romawi?.”
Syurachbil terperangah oleh jawabannya, “Saya orang keparat yang dibenci oleh kaum Muslimiin. Nama saya Thalchah bin Khuwailid (طلحة بن خويلد) yang pernah mengaku sebagai nabi setelah Rasulallah SAW. Yang pernah berdusta dengan mengatas namakan Allah. Yang pernah mengaku mendapatkan Wahuyu dari langit.”
Syurachbil berkata, “Saudara! Sungguh Rahmat Allah dekat pada kaum yang berbuat ihsan. Sungguh RahmatNya memuat segala sesuatu. Barang siapa bertobat, pasti Allah menerima tobat dan mengampuni dia. Nabi juga bersabda ‘tobat melebur dosa sebelumnya’. Tak tahukah kau bahwa:
Ketika Allah menurunkan Firman ‘وَرَحْمَتِي وَسِعَتْ كُلَّ شَيْءٍ’ yang artinya: dan RahmatKu memuat segala sesuatu, [1] segala sesuatu hingga Iblis pun berharap, mendapatkan Rahmat itu. Ketika Allah menurunkan Firman ‘فَسَأَكْتُبُهَا لِلَّذِينَ يَتَّقُونَ وَيُؤْتُونَ الزَّكَاةَ’, yang artinya: maka Rahmat itu akan Aku pastikan untuk kaum yang bertaqwa dan menunaikan zakat,[2] kaum Yahudi berkata ‘kami bertaqwa dan menunaikan zakat’. Ketika Allah menurunkan Firman ‘وَالَّذِينَ هُمْ بِآَيَاتِنَا يُؤْمِنُونَ’ yang artinya: dan kaum yang beriman pada Ayat-Ayat Kami,[3] kaum Yahudi berkata ‘kami beriman pada yang Allah turunkan di dalam Shuchuf dan Taurat’. Allah menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan Firman itu, umat Muhammad SAW secara khusus: ‘الَّذِينَ يَتَّبِعُونَ الرَّسُولَ النَّبِيَّ الْأُمِّيَّ الَّذِي يَجِدُونَهُ مَكْتُوبًا عِنْدَهُمْ فِي التَّوْرَاةِ وَالْإِنْجِيلِ يَأْمُرُهُمْ بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَاهُمْ عَنِ الْمُنْكَرِ وَيُحِلُّ لَهُمُ الطَّيِّبَاتِ وَيُحَرِّمُ عَلَيْهِمُ الْخَبَائِثَ وَيَضَعُ عَنْهُمْ إِصْرَهُمْ وَالْأَغْلَالَ الَّتِي كَانَتْ عَلَيْهِمْ فَالَّذِينَ آَمَنُوا بِهِ وَعَزَّرُوهُ وَنَصَرُوهُ وَاتَّبَعُوا النُّورَ الَّذِي أُنْزِلَ مَعَهُ أُولَئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ’ artinya: yaitu kaum yang mengikti Rasul Nabi Ummi yang mereka jumpai tertulis di sisi mereka, di dalam Taurat dan Injil. Yang:
1.     Perintah agar mereka melakukan kebaikan dan mencegah kemungkaran.
2.     Menghalalkan kebaikan-kebaikan pada mereka.
3.     Mengharamkan kejelekan-kejelekan.
4.     Dan membebaskan dosa dan belenggu yang telah membelenggu mereka.
Kaum yang telah beriman padanya dan mengikuti Nur yang diturunkan bersamanya, mereka kaum yang beruntung.” [4]

Air mata Thalchah berderai karena terharu oleh penjelasan Surachbil. Tetapi lalu berkata, “Tidak! Saya sudah malu jika memasuki agama Islam lagi!.” 
Kakinya diayunkan untuk berlari. Tetapi Suhrachbil menahan dia dan berkata, “Thalchah! Saya takkan membiarkan kau! Kau harus bergabung dengan pasukanku!.”
Thalchah berkata, “Terus terang saya takut dimarahi dan dibunuh oleh Khalid bin Al-Walid yang pendek itu.”
Syurachbil menghibur, “Sudahlah! Beliau tidak ada di dalam pasukan kami. Yang memimpin pasukan ini, Amer bin Al-Ash.”

Thalchah mengikuti Syurachbil untuk bergabung pada pasukan
Muslimiiin. 

Kedatangan Syurachbil disambut dengan bahagia oleh pasukan
Muslimiin. Mereka bertanya, “Hai Syurachbil! Siapa yang telah menolong kau ini?.” 
Thalchah sengaja menutupi wajahnya dengan sebagian kain surbannya.
Syurachbil menjawab, “Inilah Thalchah bin Khuwailid yang pernah mengaku sebagai nabi.” 
Mereka berkata, “Apa dia telah bertobat pada Allah?.”
Thalchah berkata, “Saya telah bertobat pada Allah.” 

Syurachbil membawa Thalchah menuju Amer bin Al-Ash.
Pada Amer, Thalchah mengucapkan, “Assalamu alaikum, selamat beremu lagi.”




[1] وَرَحْمَتِي وَسِعَتْ كُلَّ شَيْءٍ [الأعراف/156].
[2] فَسَأَكْتُبُهَا لِلَّذِينَ يَتَّقُونَ وَيُؤْتُونَ الزَّكَاةَ [الأعراف/156].
[3] وَالَّذِينَ هُمْ بِآَيَاتِنَا يُؤْمِنُونَ [الأعراف/156].
[4] الَّذِينَ يَتَّبِعُونَ الرَّسُولَ النَّبِيَّ الْأُمِّيَّ الَّذِي يَجِدُونَهُ مَكْتُوبًا عِنْدَهُمْ فِي التَّوْرَاةِ وَالْإِنْجِيلِ يَأْمُرُهُمْ بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَاهُمْ عَنِ الْمُنْكَرِ وَيُحِلُّ لَهُمُ الطَّيِّبَاتِ وَيُحَرِّمُ عَلَيْهِمُ الْخَبَائِثَ وَيَضَعُ عَنْهُمْ إِصْرَهُمْ وَالْأَغْلَالَ الَّتِي كَانَتْ عَلَيْهِمْ فَالَّذِينَ آَمَنُوا بِهِ وَعَزَّرُوهُ وَنَصَرُوهُ وَاتَّبَعُوا النُّورَ الَّذِي أُنْزِلَ مَعَهُ أُولَئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ [الأعراف/157].

0 komentar:

Posting Komentar