Surat Al-Fath yang diturunkan pada bulan Dzul-Qa’dah tahun 6
Hijriah ini, luar biasa. Hingga nabi SAW bersabda, “Niscaya di malam ini
telah diturunkan pada saya, ‘Surat yang lebih menyenangkan’ pada saya, daripada
yang diterangi oleh matahari.”
Penulis hanya akan mengkajikan:
{لَقَدْ
صَدَقَ اللَّهُ رَسُولَهُ الرُّؤْيَا بِالْحَقِّ لَتَدْخُلُنَّ الْمَسْجِدَ الْحَرَامَ
إِنْ شَاءَ اللَّهُ آمِنِينَ مُحَلِّقِينَ رُءُوسَكُمْ وَمُقَصِّرِينَ لَا تَخَافُونَ
فَعَلِمَ مَا لَمْ تَعْلَمُوا فَجَعَلَ مِنْ دُونِ ذَلِكَ فَتْحًا قَرِيبًا هُوَ الَّذِي
أَرْسَلَ رَسُولَهُ بِالْهُدَى وَدِينِ الْحَقِّ لِيُظْهِرَهُ عَلَى الدِّينِ كُلِّهِ
وَكَفَى بِاللَّهِ شَهِيدًا} [الفتح: 27، 28].
Artinya:
Niscaya sungguh Allah telah
membenarkan RasulNya; mimpi yang membawa kebenaran; Niscaya kalian akan
memasuki Masjidil-Haram, in syaa Allah dalam keadaan aman; dalam keadaan
menggundul kepala kalian, dan dalam keadaan memendekkan (rambut); kalian tidak
takut. (Allah) telah tahu yang tidak kalian ketahui. Allah telah menentukan Kemenangan Sangat Dekat dari sebelum itu.
Dia yang telah mengutus
UtusanNya dengan (membawa) Petunjuk dan Agama Benar, untuk menjayakannya
mengalahkan agama semuanya. Dan cukuplah Allah sebagai Saksi.
Sastro
bertanya, “Kenapa ‘bil-chaqqi (بِالْحَقِّ)’ diartikan ‘membawa kebenaran?’.”
Yu
Sane dan Tengah menjawab, “Karena ‘ba’nya mushachibah. Mengenai
itu, Azzamakhsyari menjelaskan di dalam kitabnya (الكشاف عن حقائق غوامض التنزيل) juz 4 halaman 345: ‘ملتبسا بالحق (Multabisan bil-chaqqi)’.”
Liti dan Joko Bodo mengartikan maksud tulisan Azzamakhsyari di
atas, “Membawa kebenaran.”
Simbah dan Bento bertanya, “Kenapa ‘آمِنِينَ (aaminiina)’ diartikan ‘dalam
keadaan aman?’.”
Juragan
apelijo menjawab, “Karena ‘mansubun alal-chal’.”
Genduk
dan Suhaili menjelaskan ‘istilah’ yang disampaikan oleh juragan apelijo,
“Maksunya adanya dibaca ‘manshub (آمِنِينَ)’ karena menjelaskan keadaan saat itu, mereka dalam keadaan aman.”
Joko
Bodo dan Kang Bento bertanya, “Kenapa Allah berfirman, “In syaa Allah?
Padahal berita ini ramalan yang pasti akan segera terjadi?.”
Simbah
dan Dila menjawab, “Sebagai pelajaran pada hamba ‘agar mengucapkan in syaa
Allah’, pada yang akan terjadi.”
Beberapa
orang bertanya, “Apakah kalimat ‘فَعَلِمَ مَا لَمْ
تَعْلَمُوا ((Allah) telah
tahu yang tidak kalian ketahui)’ sebagai pelajaran bahwa ‘Allah tahu
semua yang mutlak tidak kita ketahui?’.”
Liti
dan Simbah menjawab, “Betul! Karena ‘lam (لَمْ)’ di sini untuk menjelaskan ‘tidak’ yang mutlak.”
Beberapa
orang bertanya, “Apa semua ‘lam (لَمْ)’ bisa diartikan ‘mutlak tidak?’.”
Nana
menjawab, “Terkadang ‘lam (لَمْ)’ diartikan ‘belum’.”
Dzikri,
Eno, dan Muha bertanya, “Alasan selain itu apa? Bahwa Firman ini ‘ramalan yang pasti akan segera terjadi?’.”
Para
muballighot menjawab, “Kalimat Ayat selanjutnya ‘faja’ala min duuni dzaalika
fatchan qariiban (فَجَعَلَ مِنْ دُونِ ذَلِكَ فَتْحًا قَرِيبًا).”
Gondrong
mengartikan, “Maka Dia (Allah) telah menentukan Kemenangan Sangat Dekat, dari sebelum
itu.”
Sejumlah
dosen bertanya, “Berbentuk apakah ramalan ‘Kemenangan Sangat Dekat, dari sebelum
itu?’.”
Liti menjawab,
“Perang Khaibar. Yaitu (nabi SAW) memerangi kaum Yahudi yang paling akhir. Bahkan semua kemenangan besar setelah itu, pintu gerbangnya terbuka pada
waktu Surat ini diturunkan. Setelah itu, kaum Muslimiin mendapat untaian kemenangan sangat panjang, hingga Firman Allah ‘لِيُظْهِرَهُ عَلَى
الدِّينِ كُلِّهِ’ yang
artinya ‘untuk menjayakannya mengalahkan agama semuanya’ benar-benar terwujud.
Ponpes Mulya Abadi Mulungan
Ponpes Mulya Abadi Mulungan
0 komentar:
Posting Komentar