SELAMAT DATANG DI BLOG PONDOK PESANTREN MULYA ABADI, JL. MAGELANG KM 8.5 SLEMAN YOGYAKARTA, SEMOGA BLOG INI BISA MENJADI SILATURAHMI KITA UNTUK SALING BERBAGI

2011/11/22

Tangisan Sejumlah Wanita


Ini kisah nyata yang nama korbannya diganti menjadi: Fulanah, Fulanuh, dan Fulanih. Di tempat berbeda mereka bertiga menangis karena merasakan sangat perih pada malam pertama, bahkan akhirnya memutuskan minta cerai pada suami yang kasar dan kurang sabar bahkan menyekiti. Sebetulnya tiga suami kasar yang mungkin tidak saling mengenal itu, juga rajin mengaji. Tetapi belum bisa mempraktikkan kesabaran dan shadaqah secara sempurna pada istri dan manusia umumnya. Pendek kata belum bisa mengendalikan nafsu birahi. Kalau ketika making love sudah diniati bershodaqah sebanyak-banyaknya sambil menumpahkan cinta dan kasih sayang, tentunya tidak terjadi seperti itu. Istri bukanlah pemuas nafsu tetapi selimut yang dibutuhkan oleh lelaki, sebagaimana lelaki juga selimut yang dibutuhkan oleh wanita. Hadits yang dinukil di Kanzul-Ummal: إِذاَ جاَمَعَ أَحَدُكُمْ أَهْلَهُ فَلْيَصْدُقْهاَ ، فَاِنْ سَبَقَهاَ فَلاَ يُعَجِّلْهاَ, sebetulnya petunjuk nabi agar lelaki tidak hanya mencari kepuasan pribadi, tetapi juga agar bisa memuaskan istri. Arti dari sabda itu: Ketika seorang kalian menjimak istrinya hendaklah melakukannya dengan benar. Jika dia telah mendahului istri, maka jangan menggesakan pada istri.
Ada sebuah riwayat pelajaran bahwa membuat istri senang atau puas di tempat tidur adalah permainan yang tidak ditermasukkan lahan, bahkan termasuk sunnah nabi SAW: سنن النسائي - (ج 11 / ص 332)
وَلَيْسَ اللَّهْوُ إِلَّا فِي ثَلَاثَةٍ تَأْدِيبِ الرَّجُلِ فَرَسَهُ وَمُلَاعَبَتِهِ امْرَأَتَهُ وَرَمْيِهِ بِقَوْسِهِ وَنَبْلِهِ وَمَنْ تَرَكَ الرَّمْيَ بَعْدَ مَا عَلِمَهُ رَغْبَةً عَنْهُ فَإِنَّهَا نِعْمَةٌ كَفَرَهَا أَوْ قَالَ كَفَرَ بِهَا
Artinya: Tidak boleh lahan kecuali mengenai tiga: 1). Lelaki melatih kudanya agar lari kencang dan menurut. 2). Bermain-main dengan istrinya. 3). Memanah dengan busur dan anak panahnya. Barang siapa meninggalkan keahlian memanah setelah dia menguasai ilmunya karena bosan atau benci, berarti dia mengkufuri nikmat itu.
Bermain tentu lain dengan makan atau minum, karena bermain itu asyik. Bermain itu bisa lama, dan jika tidak indah pasti dibenci oleh pasangannya.[1] Firman Allah: نِسَاؤُكُمْ حَرْثٌ لَكُمْ فَأْتُوا حَرْثَكُمْ أَنَّى شِئْتُمْ [البقرة/223], adalah ajaran agar suami istri benar-benar puas dalam bercinta.[2] Ayat itu diturunkan pada awalnya nabi SAW dan para Muhajiriin memasuki kota Madinah. Ketika itu ada lelaki dari Muhajiriin yang menikahi wanita Anshar yang masyarakat dan adat kebiasaannya berbeda. Bagi kaum Muhajiriin sudah menjadi kebiasaan berjimak melalui belakang; sedangkan bagi kaum Anshar demikian itu tabu, sehingga pengantin wanita itu menolak melakukan demikian. Allah menurunkan ayat itu untuk mengajarkan bahwa demikian itu boleh. Tetapi kelanjutan kalimat ayat itu perintah agar mendahulukan kepentingan yang bermanfaat untuk diri kita. Itu berarti kaum lelaki harus berusaha istrinya bahagia dalam amal sholih ini, agar menjadi pahala yang berlipat ganda. Seorang lelaki bertanya pada nabi SAW, “Masyak seorang kita menyalurkan syahwatnya berpahala shadaqah?.” Nabi SAW ganti bertanya, “Bukankah kau berpandangan kalau dia menyalurkan syahwatnya tidak di tempatnya yang halal menjadi dosa?.”[3]
Kesimpulan dari makalah ini, pengendali bermesraan adalah suami. Semakin dia bisa membuat istri keok seperti ayam disembelih, semakin jantan. Suami jangan justru membuat istri kesakitan dan ketakutan apalagi hingga minta cerai.


[1] Lama dan cepatnya bisa dirembuk dengan terbuka atau terus terang antar suami-istri.
[2] Arti ayat itu: Istri-istri kalian adalah sawah kalian, maka datangilah sawah kalian bagaimana saja kalian menghendaki.
[3] سنن أبي داود - (ج 4 / ص 45)
قَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ أَحَدُنَا يَقْضِي شَهْوَتَهُ وَتَكُونُ لَهُ صَدَقَةٌ قَالَ أَرَأَيْتَ لَوْ وَضَعَهَا فِي غَيْرِ حِلِّهَا أَلَمْ يَكُنْ يَأْثَمُ

0 komentar:

Posting Komentar