Yang berkening bonyok menjawab, “Raja Yuqana murka pada penduduk Rabadh yang telah berdamai dengan kalian. Saya tergolong tokoh masyarakat yang dipaksa oleh raja, agar memasuki kerajaan bersama sejumlah tokoh. Kami dipaksa menyerahkan harta kekayaan berjumlah sangat banyak. Ketika saudara kami disiksa, saya lari dan terjun dari atas. Ternyata di bawah, saya kau tangkap. Saya tergolong penduduk yang telah berdamai dengan kaum Arab. Kalau kalian bukan kaum Arab, silahkan menjelaskan apa tujuannya? Akan menarik pajak atau denda? Saya merasa beruntung bisa lolos dari siksaan di atas sana.”
Lelaki tawanan diperintah, “Katakan padanya! 'Kami kaum Arab. Dia tidak perlu khawatir, karena kami tidak akan menyerang dia’.”
Dua lelaki diperintah oleh Damis, agar meminta Abu Ubaidah mengerahkan pasukan ke kerajaan, ketika fajar menyingsing. Dua lelaki telah pergi, menghubungi Abu Ubaidah.
Di malam itu, dia bagai anjing, berjalan merangkak dan badannya tertutup kulit kambing. Jika ada orang mencurigakan, dia berbuat seperti anjing sedang makan tulang. Pasukan dia mengikuti di belakangnya, mengendap-endap pada bebatuan.
Para penjaga paling dekat, telah tidur di belakang penghalang.
Di dalam persembunyian, Damis berkata, “Kalian tahu, benteng ini sangat tinggi. Pantesan pasukan Arab tidak mampu menerobos masuk, karena penjagaannya sangat ketat. Sebaiknya apa yang harus kita lakukan, agar kita bisa memasuki benteng?” pada pasukannya.
Mereka menjawab, “Yang mulia telah mengangkat kau sebagai pemimpin kami. Dan kau memang lebih pemberani, bahkan lebih ahli bersiasat. Apapun yang kau perintahkan, kami akan melakukan, selama bertujuan demi kebaikan Muslimiin. Kami takkan mundur meskipun harus mati oleh tebasan pedang. Kami lebih mementingkan Taat Allah, untuk kebaikan kaum Muslimiin.”
Damis berdoa, “Semoga Allah membalas Perjuangan, memberi Kefadholan, dan memberi Kemenangan, pada kita, untuk penaklukan lawan. Kalau tekat kalian telah bulat! Mari kita segera bergerak ke sana.”
In syaa Allah bersambung