SELAMAT DATANG DI BLOG PONDOK PESANTREN MULYA ABADI, JL. MAGELANG KM 8.5 SLEMAN YOGYAKARTA, SEMOGA BLOG INI BISA MENJADI SILATURAHMI KITA UNTUK SALING BERBAGI

Doa Meluluhkan Hati Seseorang

Ya Allah sungguh Engkau Maha Mulia Maha Besar. Sedangkan saya HambaMu yang sangat hina dina. Tiada upaya dan kekuatan kecuali karena Kau. Ya Allah, tundukkanlah

Doa Agar di Beri kerjaan Bisnis

Ya Allah, Raja segala Kerajaan, Tuhan memberikan Kerajaan pada yang Tuhan kehendaki, melepas Kerajaan dari yang Tuhan kehendaki, menjayakan orang yang Tuhan kehendaki, dan merendahkan orang yang Tuhan kehendaki

Sapaan Nabi Membuat Khowat Sungkan

Rasulullah SAW keluar dari tenda dan bersabda pada saya ‘hai Ayah Abdillah, apa yang mendorong kau duduk bersama mereka ?’

Hibah Menurut Bukhori

Hibah Menurut Bukhari Ibrahim Annakhai tergolong Tabiin yang sangar alim. Beliau murid Ibrhaim Attaimi, murid Amer bin Maimun, murid Abu Abdillah Al-Jadali, murid Khuzaimah sahabat Nabi SAW.

Masuk Surga Paling Awal

Rasulullah SAW bersabda, “Jibril AS telah datang untuk memegang tanganku untuk menunjukkan saya Pintu Gerbang Surga, yang akan dimasuki oleh umatku.”

Tampilkan postingan dengan label Dakwah di Anthakiyah. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Dakwah di Anthakiyah. Tampilkan semua postingan

2016/12/06

PS 169: Pembebasan Syam





Dakwah di Anthakiyah


Watsiq bergegas melaksanakan tugas, memacu kuda menuju Madinah. Dan sampai di Madinah pada malam hari.

Pagi itu Umar RA mengimami shalat subuh lalu berdoa. Lalu keluar dari kota Madinah, mencari berita Pasukannya yang Berjihad, di negeri Syam. 
Watsiq merasa beruntung karena tidak diketahui bahwa dia bersembunyi di atas pohon di kebun milik Ibnu Dachdach Al-Anshari (ابن الدحداح الأنصاري). Cabang pohon yang diinjak di bawahnya, berdaun lebat, dipergunakan bersembunyi. 

Ketika pagi menyingkir oleh datangnya siang yang panas, Umar pergi sendirian mendekati pohon yang dipanjat oleh Watsiq, lalu tidur di tempat teduh itu. Ketika tidurnya makin lelap, Watsiq menghunus belati dari sarungnya, sambil turun untuk membunuh.
Watsiq terkejut ketakutan oleh datangnya singa jantan sebesar sapi dewasa, siap melindungi Umar dari serangannya. Umar RA dijaga dan dijilati telapak kakinya, hingga bangun dari tidurnya. Dengan mata terbelalak, Watsiq ketakutan lalu turun, setelah singa besar itu pergi. 
Dengan penuh hormat dia datang untuk mencium tangan Umar RA. Dan berkata, “Tuan telah menjadi pimpinan yang adil, oleh karena itu pasti aman. Demi Allah, Tuan dilindungi oleh singa besar dan para malaikat. Bahkan jin-jin pun mengenal Tuan.”
Lalu bercerita tentang Yang Disaksikan, selama dia mengintai di atas pohon. Dan menyatakan masuk Islam.  [1]


Di Biara Qisan, Hiraqla menyumpah dengan berteriak, agar pasukannya takkan berlari dalam memerangi kaum Arab. Mereka juga disumpah agar sanggup tewas di dalam perang yang dianggap Suci itu. Dengan suara menggemuruh mereka mengikarkan sumpah, “Kami akan melawan mereka, meskipun harus gugur.”

Arak-arakan pasukan sangat panjang itu meninggalkan Hiraqla, untuk berperang. Salib-Salib gemerlapan dinaungkan di atas kepala tokoh-tokoh. Dengan khidmat, para rahib dan ulama Nashrani membaca Injil. Derap kaki kuda mereka bergema memenuhi ruangan yang sangat luas.

Arak-arakan pasukan Muslimiin telah berbaris rapi mengikuti pimpian mereka masing-masing. Panji mereka berkibar-kibar seakan-akan menari bahagia. Rabiah bin Mamar yang terkenal pandai menyusun syair, diperintah, “Hai Rabiah! Ucapanmu lebih tajam daripada anak panah! Mustajab untuk menggerakkan jihad kaum Muslimiin! Nasehatilah agar mereka berjihad!” oleh Abu Ubaidah.

Rabiah maju ke depan untuk meneriakkan syairnya:



Pasukan Romawi yang pertama kali keluar dari barisan, menantang perang, Nastarus bin Rubil (نسطاروس بن روبيل). Di tengah medan perang, dia menantang perang dengan gagah berani. 
Yang menghadapi tantangannya, Damis Abul-Haul yang sangat pemberani. Dan gagasan cemerlangnya telah berhasil membuat negeri Chalab (Aleppo) ditaklukkan. Sayang dalam perkelahian seru itu, kuda Damis jatuh dan Damis terpelanting, punggungnya membentur tanah. 
Nastarus melumpuhkan dan menangkap dia secepat-cepatnya,untuk diserahkan pada orangnya.
Dalam peperangan seru, Nastarus melawan Addhachak, ada pasukan Anthakiyah yang telah berkali-kali melihat Khalid. Dia menyangka Addhachak adalah Khalid
Dia berkata, “Jagoan mereka yang telah merebut beberapa wilayah kita, telah muncul melawan jagoan kita.”

Kaum Anthakiyah berdatangan banyak sekali, ingin menyaksikan Addhachak yang dikira Khalid. Nama Khalid sangat terkenal di negeri Anthakiyah, hingga orang-orang yang berjubel menonton perkelahian berdarah itu makin melaut. Bahkan pasukan berkuda Anthakiyah terhalang oleh penonton yang makin melaut. Tali-tali panggung kehormatan Nastarus, putus oleh arus penonton. Bahkan kursi kehormatannya juga rusak, karena terinjak-injak. Jika runtuh, panggung tinggi itu bisa menewaskan orang banyak. 

Perhatian kaum Antakiyah tertuju pada Addhachak dan Nastarus yang berperang. Hanya mereka lebih memperhatikan dan berharap semoga Nastarus menang.

Ada tiga orang Anthakiyah yang tidak digubris oleh penonton. Mereka bertiga minta agar ditolong membenahi kayu penyangga, agar panggung kehormatan Nastarus tidak roboh. Namun mereka lebih senang melihat Addhachak yang dikira Khalid, daripada menolong membenahi panggung tinggi besar, yang hampir roboh.
Jalan satu-satunya, mereka bertiga minta, “Tali yang mengikat kau, akan kami lepas sebentar, agar kau menolong membenahi letak kayu penyangga ini. Agar panggung ini tidak roboh, mencelakai orang banyak? Mau kan? Tapi setelah itu, kau kami ikat lagi? Kalau yang mulia Tuan Nastarus telah datang, kami akan memohon agar kau dilepaskan” pada Damis yang segera menjawab, “Saya mau.”

Damis dilepaskan, lalu dua tangannya bergerak dan menumbukkan dua wajah orang yang telah melepaskan tali pengikatnya. Yang satu terkejut saat melihat dua temannya roboh dan sakarat. Wajah mereka berdua remuk. Dia makin terkejut oleh gerakan Damis yang tahu-tahu menyakitkan, membuat gelap dan menewaskan dirinya.


Damis bergerak cepat mencari dan membuka peti, mengambil baju Nastarus. Dan bergerak cepat mencari dan menaiki kuda yang bagus. Lalu mengambil senjata dan memberi tailalat, pada wajahnya. Dia mengambil pedang dan harta Nastarus, lalu memacu kuda, mendekati komandan pasukan Nashrani bernama Chazim bin Abdi Yaghuts (حازم بن عبد يغوث).




In syaa Allah bersambung



[1] Al-Waqidi berkata, “Ini terjadi sebelum pasukan Muslimiin memasuki negeri Anthakiyah (كانت هذه الفعلة قبل نزول المسلمين على أنطاكية).”

2016/12/01

PS 166: Pembebasan Syam



Sejumlah Petinggi Militer telah menaiki kuda, mengatur segala persiapan. 
Hiraqla menyerahkan Salib keramat dari biara Al-Qisan (القيسان), yang tak pernah dikeluarkan kecuali pada hari-hari besar. 
Salib diserahkan, “Hai sang Panglima! Letakkan Salib keramat ini di depanmu! Agar menolong kau! Dia akan menolong kau!” pada Yuqana yang segera menerima lalu menyerahkan Salib pada putranya. Agar dinaungkan di depannya. 
Hiraqla berjalan menuju biara Qisan, diiringi sejumlah raja bawahan, dan pasukan pengawalnya. Di dalam biara itu, dia melakukan shalat, agar diberi pertolongan besar. 
Setelah mereka sama shalat, Hiraqla duduk dan perintah agar 200 Muslimiin sahabat Rasulillah SAW yang ditawan, didatangkan untuk dibunuh, sebagai kurban. 
Yuqana mencium tangan Hiraqla dan berkata, “Pembesar negeri Romawi yang mulia, Allah memberi wilayah dan rakyat pada yang mulia, karena tahu bahwa yang mulia berwawasan luas. Orang bijak bernama Disqur pernah berkata ‘akal adalah Tangga Istimewa, sedangkan yang berakal, orang mulia. Akal yang membuat manusia mulia dan penerang Ciptaan-Nya’. Ketahuilah bahwa Kaum Arab berjumlah banyak, telah datang kemari. Mereka telah sampai Jisrul-Chadid, sehingga kita harus mempersiapkan perlawanan. Kita tidak tahu, siapakah yang akan menang. Kalau para tawanan ini dibunuh semua, lalu dalam peperangan nanti kita ada yang ditawan, pasti juga akan dibalas dibunuh. Yang benar, para tawanan ini kita biarkan hidup, hingga peperangan berjalan. Jika pasukan kita nantinya ada yang ditawan, mereka ini kita gunakan sebagai tebusan.”
Seorang pejabat tinggi membenarkan Yuqana, “Yang mulia, dia benar.” 
Pada Hiraqla, seorang bathriq berkata, “Yang mulia, sebaiknya mereka didatangkan pada Gereja terindah ini. Para wanita kita disuruh bersolek dan mengenakan parfum agar menawan, dan agar datang kemari. Agar mereka itu terpesona. Agar mau memasuki agama kita. Agar kaum Arab lainnya terhina.”

Para tawanan Muslimiin dihadirkan di Gereja agung, disambut oleh Ulama Nashrani dengan pembacaan Injil. 
Kaum cantik moleh berdatangan, membuat suasana menjadi indah, membuat hati berdebar.
Tawanan Muslimiin memekikkan tahlil dan takbir, dan berkata, “Kaum Pembantah kebenaran telah bohong! Dan tersesat jauh dan nyata. Allah belum pernah berputra, dan satu-satunya Tuhan yang harus disembah.”
Di antara tawanan, ada yang bernama Rifaah bin Zuhair (رفاعة بن زهير), yang sangat Alim, dan telah membaca kitab-kitab kuno. Tokoh dari Chimyar ini juga ahli membuat syair. Ketika melihat Gereja besar itu dipenuhi oleh kaum Kafir penyembah Salib yang bersujud pada patung, dia bertkbir, “Allahu akbar! Allahu akbar! Laaa Ilaaha illaa Allah! Kaum yang menyimpang jauh dari Allah ini bohong! Mereka teman-teman Syaitan! Tuhan yang wajib disembah, hanya yang Maha Esa yang Rohman, yang tak berayah. Yang Maha Segala-galanya, dan tidak diputerakan oleh siapapun. Yang membentuk semua Makhluq-Nya. Yang mencipta semua yang ada, dan merumat beberapa langit dan bumi. Belum pernah mengalami tidak ada, yang takkan tua dan wafat, yang tak berteman dan tak membutuhkan Wakil. Yang tak membutuhkan pertimbangan orang lain. Tidak ada yang menyamai Dia, Maha mendengar Maha melihat.” 

Ketika Rifaah mengucapkan perkataannya, 
Gereja bergetar keras.
Para Ulama Nashrani sama heran dan mendekat. 
Para Pengawal Hiraqla membentak, “Jangan berbicara pada dia! Tinggalkan dia!.” Mereka meninggalkan Rifaah

Pada Rifaah, Hiraqla bertanya, “Siapa namamu?.” 
Dia menjawab, “Buat apa kau bertanya nama saya? Padahal saya bukan bangsamu? Paling kau hanya akan menghina.” 
Seorang bathriq memihak Hiraqla, “Benar yang mulia! Dia bukan dari bangsa kita. Dia bodoh tidak berilmu, buat apa ditanya? Dia orang kampung yang gersang, dan teman-temannya orang jembel. Negeri kita kaya ilmu hikmah (filsafat). Kita memiliki ilmuan-ilmuan hikmah (filsafat) masyhur berasal dari Yunani. Yang diwariskan pada kita oleh kakek-kakek kita, dengan bahasa Suryani (السرياني). Kalau kaum Arab, dari mana mendapatkan ilmu? Semua keutamaan berasal dari Ulama kita, semua keadilan berasal dari raja-raja kita: 
1.     Ptolemeos.
3.     Armuil (أرمويل).
4.     Jirjis (الجِرْجِسُ).
5.     Asitos (اسطوس). 
6.     Asitanis (اسطانيس). 
7.     Raja Sargors (سارغورس) pembangun negeri Anthakiyah. 
8.     Nabi Raja Arisa pembangun negeri Arraha (الرها). 
9.     Paranormal terkenal bernama Asthabus (اسطبس), yang memberitahu pada raja, bahwa ada bayi yang bisa berbicara dengan Tuhannya. Dan mampu membunuh raja bernama Plato (Aflaton/أفلاطون).
10. Orang bijak bernama Filasthin.
11. Raja besar bernama Mantahu (منتهو).
12. Pembangun negeri Romawi, juga orangkita.
13. Manastalius penyusun buku besar pertama kali juga orang kita. Dia pertama kali menjelaskan luasnya bumi, gunung-gunungnya, bangunan-bangunannya, dan yang melindungi bumi. Yang menjelaskan kaum di tiap-tiap tempat secara rinci. Yang menjelaskan kandungan bumi berupa emas, perak, intan di beberapa tempat. Yang menjelaskan sungai-sungai di bumi dan nama-namanya.
14. Ilmuan besar bernama Eudoros (ايودروس) yang berkata ‘semoga Allah tak mengumpulkan saya bersama Kaum' yang akan dibentak di hari kiamat. 
‘Pergilah bersama Iblis ke neraka! Bukankah kau orang miskin? Tidak berminat membaca kitab saya yang bersih dari kotoran duniawi? Agar rohani dan nurani bisa meniti derajat tinggi? Pelajarilah hikmah (filsafat) sebagai tangga menuju Alim Rohani. Barang siapa meninggalkan, maka takkan mampu mendekat pada Tuhan yang telah mencipta dia.



In syaa Allah bersambung