SELAMAT DATANG DI BLOG PONDOK PESANTREN MULYA ABADI, JL. MAGELANG KM 8.5 SLEMAN YOGYAKARTA, SEMOGA BLOG INI BISA MENJADI SILATURAHMI KITA UNTUK SALING BERBAGI

Doa Meluluhkan Hati Seseorang

Ya Allah sungguh Engkau Maha Mulia Maha Besar. Sedangkan saya HambaMu yang sangat hina dina. Tiada upaya dan kekuatan kecuali karena Kau. Ya Allah, tundukkanlah

Doa Agar di Beri kerjaan Bisnis

Ya Allah, Raja segala Kerajaan, Tuhan memberikan Kerajaan pada yang Tuhan kehendaki, melepas Kerajaan dari yang Tuhan kehendaki, menjayakan orang yang Tuhan kehendaki, dan merendahkan orang yang Tuhan kehendaki

Sapaan Nabi Membuat Khowat Sungkan

Rasulullah SAW keluar dari tenda dan bersabda pada saya ‘hai Ayah Abdillah, apa yang mendorong kau duduk bersama mereka ?’

Hibah Menurut Bukhori

Hibah Menurut Bukhari Ibrahim Annakhai tergolong Tabiin yang sangar alim. Beliau murid Ibrhaim Attaimi, murid Amer bin Maimun, murid Abu Abdillah Al-Jadali, murid Khuzaimah sahabat Nabi SAW.

Masuk Surga Paling Awal

Rasulullah SAW bersabda, “Jibril AS telah datang untuk memegang tanganku untuk menunjukkan saya Pintu Gerbang Surga, yang akan dimasuki oleh umatku.”

Tampilkan postingan dengan label BB 10: Bedah Bukhari. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label BB 10: Bedah Bukhari. Tampilkan semua postingan

2012/07/20

BB 10: Bedah Bukhari


Hingga kapanpun kitab Bukhari tetap dikagumi dan dikaji oleh ulama besar dunia. Kaum yang menyudutkan kitab Bukhari, hanya karena dengki atau belum tahu mutu Hadits-Haditsnya yang sangat tinggi. “Ibaratnya bagaikan kaum lari meninggalkan tumpukan intan-mutiara, untuk berebut sebungkus nasi murahan.”
Letak kejeniusan Bukhari; bisa menampilkan sabda atau perbuatan nabi SAW melalui isnad terpercaya lagi pilihan. Jika tak mampu menampilkannya, maka beliau menjelaskan ucapan para sahabat nabi yang lebih tahu kebenaran daripada selain mereka. Jika tak mampu melakukanya, maka beliau menjelaskan ucapan para tabiin yang lebih tahu kebenaran daripada selain mereka: صحيح البخاري - (ج 22 / ص 92)

بَاب الشَّهَادَةِ تَكُونُ عِنْدَ الْحَاكِمِ فِي وِلَايَتِهِ الْقَضَاءَ أَوْ قَبْلَ ذَلِكَ لِلْخَصْمِ وَقَالَ شُرَيْحٌ الْقَاضِي وَسَأَلَهُ إِنْسَانٌ الشَّهَادَةَ فَقَالَ ائْتِ الْأَمِيرَ حَتَّى أَشْهَدَ لَكَ وَقَالَ عِكْرِمَةُ قَالَ عُمَرُ لِعَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ عَوْفٍ لَوْ رَأَيْتَ رَجُلًا عَلَى حَدٍّ زِنًا أَوْ سَرِقَةٍ وَأَنْتَ أَمِيرٌ فَقَالَ شَهَادَتُكَ شَهَادَةُ رَجُلٍ مِنْ الْمُسْلِمِينَ قَالَ صَدَقْتَ قَالَ عُمَرُ لَوْلَا أَنْ يَقُولَ النَّاسُ زَادَ عُمَرُ فِي كِتَابِ اللَّهِ لَكَتَبْتُ آيَةَ الرَّجْمِ بِيَدِي وَأَقَرَّ مَاعِزٌ عِنْدَ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِالزِّنَا أَرْبَعًا فَأَمَرَ بِرَجْمِهِ وَلَمْ يُذْكَرْ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَشْهَدَ مَنْ حَضَرَهُ وَقَالَ حَمَّادٌ إِذَا أَقَرَّ مَرَّةً عِنْدَ الْحَاكِمِ رُجِمَ وَقَالَ الْحَكَمُ أَرْبَعًا.

Artinya:
Bab Persaksian untuk Orang Bertikai di Sisi Hakim; Menghukumi di Wilayahnya, atau Selain Itu
(Syuraich bin Al-Charits bin Qais Annakhai Al-Kufi/شُرَيْح بْن الْحَارِث بْن قَيْس النَّخَعِيُّ الْكُوفِيّ), yang di kalangan ulama salaf disebut-sebut, “Syuraich Al-Qadhi (شُرَيْحٌ الْقَاضِي).” Adalah seorang tabi sohor yang sangat alim. Beliaulah yang pernah diangkat sebagai Hakim di Kufahو oleh Umar bin Al-Khatthab RA. Orang yang menjabat sebagai Hakim dalam waktu sangat lama ini, dulunya pernah menjumpai zaman Jahiliah. Ada yang menjelaskan, “Sebetulnya beliau termasuk sahabat nabi SAW.”
Seorang datang untuk minta persaksian pada Syuraich.[1] 
Syuraich perintah, “Datanglah pada amir ! Hingga saya bersaksi untukmu !.”
Maksud Bukhari: Syuraich adalah penguasa (Hakim) yang sanggup menjadi saksi untuk orang, di sisi penguasa lainnya. Karena kalau Syuraich sendiri yang menghukumi sekaligus menjadi saksi di wilayah kekuasaannya, akan kurang baik bagi keadilan.
Ikrimah berkata, “Umar pernah berkata pada Abdur Rohman bin Auf (guru Ibnu Abbas RA): ‘kalau kamu menyaksikan lelaki melakukan had; zina atau mencuri ? Padahal kamu Amir ?’. 
Abdur Rohman menjawab ‘persaksian baginda seperti persaksian lelaki dari Muslimiin’. 
Umar berkata ‘kau benar’.”

Umarbin Al-Khatthab RA pernah berkata, “Kalau (nantinya) manusia takkan mengatakan ‘Umar telah menambah (Ayat) di dalam Kitab Allah’ niscaya saya telah menulis Ayat Rajam (di dalam Kitab Allah) dengan tangan saya.”
Maiz (مَاعِزٌ) pernah mengaku empat kali bahwa telah berzina. Maka nabi SAW perintah agar dia dirajam. (Dalam Hadits tersebut) tidak dijelaskan bahwa nabi SAW mempersaksikan pada orang yang hadir di situ.[2]
Chammad bin Abi Sulaiman Abu Ismail Al-Kufi Al-Faqih (حَمَّادٌ اِبْنُ أَبِي سُلَيْمَانَ أَبُو إِسْمَاعِيلَ الْكُوفِيُّ الْفَقِيهُ) berkata, “Ketika dia (yang terjaga (muchson)) melakukan sekali pengakuan (telah berzina) di sisi Hakim, maka boleh dirajam.”[3]
Al-Chakam berkata, “(Ketika dia yang muchson mengakui) empat kali (bahwa telah berzina, di sisi Hakim, maka boleh dirajam).”[4]



Ponpes Mulya Abadi Mulungan

[1] Syuraich guru-besar kepercayaan Assyakbi (الشَّعْبِيّ). Mereka berdua sangat masyhur, di kalangan ulama salaf.
[2] Nama lengkap Maiz: Maiz bin Malik Al-Aslami (مَاعِز بْن مَالِك الْأَسْلَمِيّ).
[3] Chammad adalah Muchadits salaf besar dari Kufah. Dialah yang pernah disanjung oleh Waqik: تحفة الأحوذي - (ج 1 / ص 238)
 لَوْلَا جَابِرٌ الْجُعْفِيُّ لَكَانَ أَهْلُ الْكُوفَةِ بِغَيْرِ حَدِيثٍ وَلَوْلَا حَمَّادٌ لَكَانَ أَهْلُ الْكُوفَةِ بِغَيْرِ فِقْهٍ.

Artinya:
Kalau tiada Jabir Al-Jukfi, niscaya penduduk Kufah tidak tahu Hadits. Kalau tiada Chammad (حَمَّادٌ اِبْنُ أَبِي سُلَيْمَانَ أَبُو إِسْمَاعِيلَ الْكُوفِيُّ الْفَقِيهُ), niscaya penduduk Kufah tidak tahu fikih (kefahaman agama yang sempurna).
[4] Chammad dan Al-Chakam adalah guru-besarnya Syukbah (شُعْبَةَ).

2012/06/27

BB 10: Bedah Bukhari

Image result for Bukhari


Menyangka diri lebih, dan merendahkan orang lain, terkadang terjadi dengan reflek tidak disengaja. Perbuatan kurang terpuji itu, seringkali membuat orang tersinggung dan terhina, sehingga marah. Bahkan banyak yang berujung pada permusuhan.
Di dalam Hadits Bukhari yang agung; dijelaskan bahwa Umar pernah mengaku lebih unggul, dan merendahkan suatu kaum, hingga terjadi keributan serius. Ini merupakan bukti bahwa sehebat apapun manusia, terkadang memiliki kelemahan yang harus disempurnakan oleh orang lain: صحيح البخاري - (ج 13 / ص 127)

3905 - حَدَّثَنِي مُحَمَّدُ بْنُ الْعَلَاءِ حَدَّثَنَا أَبُو أُسَامَةَ حَدَّثَنَا بُرَيْدُ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ عَنْ أَبِي بُرْدَةَ عَنْ أَبِي مُوسَى رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ بَلَغَنَا مَخْرَجُ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَنَحْنُ بِالْيَمَنِ فَخَرَجْنَا مُهَاجِرِينَ إِلَيْهِ أَنَا وَأَخَوَانِ لِي أَنَا أَصْغَرُهُمْ أَحَدُهُمَا أَبُو بُرْدَةَ وَالْآخَرُ أَبُو رُهْمٍ إِمَّا قَالَ بِضْعٌ وَإِمَّا قَالَ فِي ثَلَاثَةٍ وَخَمْسِينَ أَوْ اثْنَيْنِ وَخَمْسِينَ رَجُلًا مِنْ قَوْمِي فَرَكِبْنَا سَفِينَةً فَأَلْقَتْنَا سَفِينَتُنَا إِلَى النَّجَاشِيِّ بِالْحَبَشَةِ فَوَافَقْنَا جَعْفَرَ بْنَ أَبِي طَالِبٍ فَأَقَمْنَا مَعَهُ حَتَّى قَدِمْنَا جَمِيعًا فَوَافَقْنَا النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ حِينَ افْتَتَحَ خَيْبَرَ وَكَانَ أُنَاسٌ مِنْ النَّاسِ يَقُولُونَ لَنَا يَعْنِي لِأَهْلِ السَّفِينَةِ سَبَقْنَاكُمْ بِالْهِجْرَةِ وَدَخَلَتْ أَسْمَاءُ بِنْتُ عُمَيْسٍ وَهِيَ مِمَّنْ قَدِمَ مَعَنَا عَلَى حَفْصَةَ زَوْجِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ زَائِرَةً وَقَدْ كَانَتْ هَاجَرَتْ إِلَى النَّجَاشِيِّ فِيمَنْ هَاجَرَ فَدَخَلَ عُمَرُ عَلَى حَفْصَةَ وَأَسْمَاءُ عِنْدَهَا فَقَالَ عُمَرُ حِينَ رَأَى أَسْمَاءَ مَنْ هَذِهِ قَالَتْ أَسْمَاءُ بِنْتُ عُمَيْسٍ قَالَ عُمَرُ الْحَبَشِيَّةُ هَذِهِ الْبَحْرِيَّةُ هَذِهِ قَالَتْ أَسْمَاءُ نَعَمْ قَالَ سَبَقْنَاكُمْ بِالْهِجْرَةِ فَنَحْنُ أَحَقُّ بِرَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مِنْكُمْ فَغَضِبَتْ وَقَالَتْ كَلَّا وَاللَّهِ كُنْتُمْ مَعَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُطْعِمُ جَائِعَكُمْ وَيَعِظُ جَاهِلَكُمْ وَكُنَّا فِي دَارِ أَوْ فِي أَرْضِ الْبُعَدَاءِ الْبُغَضَاءِ بِالْحَبَشَةِ وَذَلِكَ فِي اللَّهِ وَفِي رَسُولِهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَايْمُ اللَّهِ لَا أَطْعَمُ طَعَامًا وَلَا أَشْرَبُ شَرَابًا حَتَّى أَذْكُرَ مَا قُلْتَ لِرَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَنَحْنُ كُنَّا نُؤْذَى وَنُخَافُ وَسَأَذْكُرُ ذَلِكَ لِلنَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَأَسْأَلُهُ وَاللَّهِ لَا أَكْذِبُ وَلَا أَزِيغُ وَلَا أَزِيدُ عَلَيْهِ فَلَمَّا جَاءَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَتْ يَا نَبِيَّ اللَّهِ إِنَّ عُمَرَ قَالَ كَذَا وَكَذَا قَالَ فَمَا قُلْتِ لَهُ قَالَتْ قُلْتُ لَهُ كَذَا وَكَذَا قَالَ لَيْسَ بِأَحَقَّ بِي مِنْكُمْ وَلَهُ وَلِأَصْحَابِهِ هِجْرَةٌ وَاحِدَةٌ وَلَكُمْ أَنْتُمْ أَهْلَ السَّفِينَةِ هِجْرَتَانِ قَالَتْ فَلَقَدْ رَأَيْتُ أَبَا مُوسَى وَأَصْحَابَ السَّفِينَةِ يَأْتُونِي أَرْسَالًا يَسْأَلُونِي عَنْ هَذَا الْحَدِيثِ مَا مِنْ الدُّنْيَا شَيْءٌ هُمْ بِهِ أَفْرَحُ وَلَا أَعْظَمُ فِي أَنْفُسِهِمْ مِمَّا قَالَ لَهُمْ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ أَبُو بُرْدَةَ قَالَتْ أَسْمَاءُ فَلَقَدْ رَأَيْتُ أَبَا مُوسَى وَإِنَّهُ لَيَسْتَعِيدُ هَذَا الْحَدِيثَ مِنِّي.

Arti (selain isnad)nya:
Abu Musa RA (أَبُو مُوسَى) berkata, “Sementara kami berada di Yaman; berita mengenai ‘Nabi SAW (berdakwah dengan terang-terangan) menyeruak keluar’, sampai pada kami.[1] Sontak kami keluar dengan berdatangan padanya. Kami bertiga; saya lebih muda mereka; Abu Burdah; dan Abu Ruhm.
Adakalanya Abu Musa RA berkata:
‘(Jumlah kami) limapuluh lebih’, atau ‘limapuluh tiga’, atau ‘limapuluh dua pria’, (semua) dari kaum saya. Kami mengendarai perahu yang membawa kami menuju Najasyi di negeri Chabasyah. Di sana, kami bertemu Jakfar bin Abi Thalib (جَعْفَرَ بْنَ أَبِي طَالِبٍ) RA. Kami bermukim di sana bersama dia, hingga akhirnya kami semua datang (ke Madinah). Kami bertemu Nabi SAW, saat beliau menaklukkan Khaibar.
Konon saat itu, sebagian jama'ah berkata pada kami rombongan satu perahu: ‘Kami telah mendahului hijrah pada kalian !’.
Asmak binti Umais (أَسْمَاءُ بِنْتُ عُمَيْسٍ) tergolong rombongan yang datang bersama kami, berkunjung dan memasuki rumah Chafshah istri Nabi SAW. Sungguh Asmak tergolong kaum yang hijrah ke Najasyi. Saat Asmak di sisi Chafshah RA, Umar masuk ke rumah tersebut. Ketika melihat Asmak, Umar berkata ‘siapa ini ?’.
Chafshah menjawab ‘Asmak binti Umais (أَسْمَاءُ بِنْتُ عُمَيْسٍ)’.
Umar bertanya ‘rombongan dari Chabasyi yang mengarungi lautan kah, ini ?’.
Asmak menjawab ‘betul’.
Umar berkata ‘kami telah mendahului kalian di dalam berhijrah! Kami lebih berhak menjadi sahabat Rasulallah SAW daripada kalian !’.
Sontak Asmak marah dan berkata ‘jangan begitu! Demi Allah ! Kalian (enak) bisa bersama Rasulallah SAW ! Orang kalian yang lapar, beliau beri makanan ! Orang kalian yang kehausan, beliau beri minum ! Orang bodoh kalian, beliau nasehati ! Sedangkan kami, berada di negeri yang jauh ! Yang dimurkai ! Di Chabasyah ! Itu semua demi Allah dan RasulNya SAW ! Demi Allah saya takkan mencicipi makanan dan takkan meneguk minuman, sehingga saya berhasil melaporkan perkataanmu pada Rasulillah SAW ! (Di sana), kami telah dicemooh dan dibuat khawatir ! Saya akan melaporkan dan menanyakan demikian itu pada nabi SAW ! Demi Allah saya takkan bohong ! Saya takkan mengurangi dan menambahi !’.
Ketika Rasulullah SAW datang, Asmak melaporkan ‘ya Nabi Allah ! Sungguh Umar berkata demikian dan demikian’.  
Nabi SAW bertanya ‘kau telah menjawab padanya, bagaimana?’.
Asmak menjawab ‘telah saya jawab demikian dan demikian’.
Nabi SAW bersabda ‘dia bukannya lebih menghaki saya daripada kalian. Dia dan sahabat-sahabatnya memiliki amalan satu hijrah; kalian rombongan berperahu memiliki amalan dua hijrah!’.
Asmak berkata ‘niscaya sunggguh saya telah menyaksikan Aba Musa dan rombongan naik perahu, datang pada saya, dengan berbondong-bondong, untuk bertanya saya mengenai Hadits ini. Menurut mereka, di dunia ini mutlak tidak ada yang lebih membuat mereka berbahagia dan bergembira, daripada yang disabdakan oleh nabi untuk mereka.”

Abu Burdah berkata, “Asmak menyatakan 'niscaya sunguh saya telah menyaksikan Aba Musa minta' agar saya mengulangi penyampaian Hadits ini.”

Tanggapan mengenai Hadits di atas:
Liti berkata, “Pimpinan yang baik, yang bisa mendamaikan ruiyah yang bersitegang.”
Yu Sane menimpal, “Iri dan dengki, sifat jelek yang mudah menjangkit pada seorang. Oleh karena itu hati-hatilah dalam berbicara!.”
Kata Tengah, “Kerukunan bisa dibina oleh pimpinan yang pandai.”
Dila berkata, “Pimpinan yang pandai, justru yang bisa merukunkan ruiyah.”
Titik berkilah, “Penghargaan pemimpin, yang diucapkan dengan jujur dan tulus, akan sangat berharga bagi ruiyah (jamaah).”
Eeng dan Iting berkata, “Orang sehebat apapun, terkadang melakukan kesalahan.”


Ponpes Mulya Abadi Mulungan


[1] Kisah ini diringkas oleh Abu Musa RA. Mestinya berita yang lengkap: Abu Musa dan rombongannya mendengar kabar, “Nabi SAW di Makkah, mulai berdakwah terang-terangan.”