SELAMAT DATANG DI BLOG PONDOK PESANTREN MULYA ABADI, JL. MAGELANG KM 8.5 SLEMAN YOGYAKARTA, SEMOGA BLOG INI BISA MENJADI SILATURAHMI KITA UNTUK SALING BERBAGI

Doa Meluluhkan Hati Seseorang

Ya Allah sungguh Engkau Maha Mulia Maha Besar. Sedangkan saya HambaMu yang sangat hina dina. Tiada upaya dan kekuatan kecuali karena Kau. Ya Allah, tundukkanlah

Doa Agar di Beri kerjaan Bisnis

Ya Allah, Raja segala Kerajaan, Tuhan memberikan Kerajaan pada yang Tuhan kehendaki, melepas Kerajaan dari yang Tuhan kehendaki, menjayakan orang yang Tuhan kehendaki, dan merendahkan orang yang Tuhan kehendaki

Sapaan Nabi Membuat Khowat Sungkan

Rasulullah SAW keluar dari tenda dan bersabda pada saya ‘hai Ayah Abdillah, apa yang mendorong kau duduk bersama mereka ?’

Hibah Menurut Bukhori

Hibah Menurut Bukhari Ibrahim Annakhai tergolong Tabiin yang sangar alim. Beliau murid Ibrhaim Attaimi, murid Amer bin Maimun, murid Abu Abdillah Al-Jadali, murid Khuzaimah sahabat Nabi SAW.

Masuk Surga Paling Awal

Rasulullah SAW bersabda, “Jibril AS telah datang untuk memegang tanganku untuk menunjukkan saya Pintu Gerbang Surga, yang akan dimasuki oleh umatku.”

Tampilkan postingan dengan label Abdul-Malik. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Abdul-Malik. Tampilkan semua postingan

2015/01/27

PS 7: Pembebasan Syam



Cerbung (Cerita Bersambung)


Abdul-Malik menoleh dan pergi. Bibirnya justru melafalkan, “Semoga Khalid diberi kemenangan!.”

Penduduk Bushra telah sepakat mengangkat Bathriq Dirjan sebagai Panglima Perang, untuk melawan pasukan Arab. Beberapa tokoh berkata pada Dirjan, “Jika telah mengalahkan pasukan Arab, kita segera menghadap Raja Hiraqla. Agar Tuan Rumas (Abdul-Malik) dilepas jabatannya. Agar Tuan yang memimpin kami.”
Dirjan berkata, “Kalian ingin apa? Akan saya turuti.”
Mereka menjawab, “Kita ingin memerangi kaum Arab.”

Dirjan membawa mereka berarak-arak untuk mendekati pasukan Arab. 

Dia keluar dari barisan untuk mencari Khalid.

Abdur Rohman berkata, “Yang mulia! Saya yang akan menghadapi dia!.”
Khalid perintah, “Silahkan hai Putra Asshiddiq!.”
Abdur Rohman keluar dari barisan untuk menyerang Dirjan. Serangan Abdur Rohman terlalu ganas, bertubi-tubi, memaksa Dirjan mundur kebelakang.  
Dirjan menghindar cepat dan kabur dengan ketakutan.

Pasukan Bushra makin ketakutan, ketika melihat pimpinan mereka kabur dengan kudanya.

Khali dtahu bahwa mereka grogi ketika menyaksikan ganasnya serangan Abdur Rohman. Khalid dan Abdur Rohman menyerang dengan garang. Pasukan Muslimiin lainnya juga sama menyerang dengan serempak. 
Awalnya pasukan Bushra tak mau mengalah.
Pertempuran sengit membuat suasana menjadi gaduh dan bising. Kaum Bushra meneriakkan kalimat kafir.

Syurachbil berdoa, “Ya Allah ! Mereka takkan mengakui bahwa Engkau satu-satunya Tuhan yang harus disembah; Muhammad Hamba dan UtusanMu. Tolonglah agama ini agar kami menaklukkan Musuh-MusuhMu.”

Serangan Muslimiin terlalu dahsyat, hingga musuh berhamburan dan kabur. Arak-arakan pasukan Bushra berlarian memasuki benteng. Mereka menutup dan mengunci pintu-pintu-gerbang. Lalu mengangkat Salib-Salib mereka.

Sebagaian mereka mengirim surat ‘Permohonan Bala Bantuan’ pada Raja Hiraqla.

PS 6: Pembebasan Syam





Khalid berkata, “Memang keberanian Abu Ubaidah luar-biasa. Dia pemberani bukan ingin disanjung, namun belum tahu bahwa wilayah ini sangat berbahaya.”

Khalid menyuruh mereka berpindah untuk beristirahat, pada tempat yang nyaman.
Hingga dua hari, mereka beristirahat di dalam deretan tenda di hutan luas. 
Tiba-tiba pasukan berkuda dari Bushro berdatangan untuk menyerang.

Khalid berteriak, “Kaum Romawi datang kemari! Mereka tahu bahwa kita dan kuda kita capek! Ayo kita hadapi! Semoga Allah memberi barokah pada kalian! Bersiaplah!.”
Pasukan Muslimiin bergerak cepat menata barisan. Yang memimpin barisan sebelah kanan; Rafi bin Umairah Atthai. 
Yang memimpin barisan bagian kiri; pemuda bernama Dhirar bin Al-Azwar. 
Penyerang yang berada di barisan tengah, dipimpin oleh Abdur Rohman bin Abi Bakr. Pasukan paling menakutkan bernama Jaisyuzzachf (Pasukan Pengobrak-abrik), dibagi menjadi dua. Yang satu di bawah pimpinan Al-Musayyab bin Najibah Al-Fazari; yang lain di bawah pimpinan Madzur bin Ghanim Al-Asyari (مذعور بن غانم الاشعري). 

Pada mereka, Khalid perintah, “Jika saya menyerang! Kalian semua menyeranglah!.”
Khalid masuk ke tengah barisan pasukannya untuk menyampaikan pesan penting. Saat itu pasukannya telah tak sabar, ingin segera menyerang.


Dari tengah barisan pasukan Bushra, muncul lelaki berkuda berbusana mewah. Emas dan mutiara-merah yang dikenakan gemerlapan. Ternyata dia berteriak dengan bahasa Arab yang fasih, “Hai kaum Arab! Suruhlah pimpinan kalian tertinggi agar kemari! Saya penguasa kota Bushra!.”
Khalid bergegas mendekati. 
Bathriq itu bertanya, “Kau pimpinan kaum ini?!.”
Khalid menjawab, “Kata mereka begitu! Tapi ini hanya selama saya taat Allah dan RasulNya. Jika saya telah menentang Allah dan RasulNya, saya tidak berhak menjadi pimpinan mereka!.”
Dia berkata, “Saya lelaki pandai di mata raja-raja Romawi. Kebenaran takkan samar bagi orang yang teliti. Ketahuilah bahwa saya telah membaca kitab-kitab kuno dan berita orang-orang dahulu. Di sana tertulis: Sunguh Allah akan mengutus lelaki dari Quraisy bernama Muhammad bin Abdillah SAW, sebagai rasul.”
Khalid berkata, “Demi Allah itu nama nabi kami.”
Dia berkata, “Dia mendapatkan Kitab-Suci.”
Khalid berkata, “Betul! Bernama Al-Qur’an!.”
Lelaki bernama Bathriq Rumas (Abdul-Malik) itu, bertanya, “Apa dia mengharamkan arak?.”
Mata dia terbelalak ketika Khalid menjawab, “Betul! Barang siapa minum arak; kami pukul. Barangsiapa berzina; kami dera, jika telah muchson (terjaga), kami rajam.”
Dia bertanya, “Apa dia mewajibkan agar kalian melakukan sholat?.”
Khalid menjawab, “Betul! Sehari-semalam lima kali!.”
Dia bertanya, “Apa dia mewajibkan berjihad?.”
Khalid menjawab, “Kalau hukumnya tidak wajib; buat apa kami kemari memerangi kalian?!.”
Dia berkata, “Demi Allah saya tahu bahwa agama kalian benar. Saya cinta kalian, dan telah menyuruh agar kaum saya takut kalian. Tetapi mereka bersikeras.”
Khalid perintah, “Katakan ‘laa Ilaaha illaa Allah; Muhammad Utusan Allah !’ Kau akan mempunyai hak yang sama dengan kami, dan menanggung kewajiban yang sama dengan kami!.”
Dia berkata, “Saya telah Islam. Tetapi takut dibunuh dan dirampas harem saya oleh kaum saya. Saya akan pulang untuk menyuruh agar kaum saya takut kalian. Siapa tahu Allah memberi petunjuk pada mereka.”
Khalid berkata, “Jika kau kembali pada kaummu sebelum berperang dengan saya; saya justru mengkhawatirkan keselamatanmu dari amukan kaummu. Seranglah saya sebelum kau pulang ! Agar mereka tidak menyangka jelek padamu!.”

Abdul-Malik menyerang dengan garang pada Khalid yang menangkis dan menghindar, lalu menyerang dengan ganas. Hingga dia kuwalahan bertahan. 
Abdul-Malik berkata, “Jangan kau hentikan serangan ini hingga Tuan Dirjan melihat kita berperang. Dia Bathriq atasan saya, utusan Raja Hiraqla yang berbahaya bagi kau.”
Dengan menyerang, Khalid menjawab, “Allah akan menolong saya menaklukkan dia.”

Abdul-Malik surut ke belakang lalu kabur, setelah pedang Khalid menyambar bertubi-tubi. Kudanya dipacu agar lari cepat sekali menuju barisan pasukannya.


Mereka bertanya, “Kenapa Tuan berlari pulang?.”
Abdul-Malik menjawab, “Ternyata mereka hebat. Kalian pasti takkan mampu menghadapi serangan mereka. Mereka pasti akan segera menguasai negeri-negeri Syam. Wilayah kekuasaan saya juga pasti segera mereka rebut. Kabulkan keinginan mereka! Ayo kota ini kita serahkan pada mereka; seperti kaum Arakah dan Sakhnah menyerahkan kota mereka!.”
Kaumnya terkejut ketika mendengar ucapannya. Beberapa bentakan dan suara ricuh bersaut-sautan membisingkan. Mereka kalap ingin membunuh dia. 
Pimpinan yang sebelumnya diagung-agungkan itu, kini dibentak, “Masuklah ke kota untuk bersembunyi! Kami yang akan memerangi mereka!.”

PS 4: Pembebasan Syam



Cerbung (Cerita Bersambung)

 Pengaruh Besar Abdul-Malik


Di tempat beda, Amir bin Atthufail menyampaikan surat Abu Bakr yang asalnya dari Khalid, untuk Abu Ubaidah. Setelah membaca surat yang diterimaAbu Ubaidah tersenyum. Lalu berkata, “Saya taat Allah dan Khalifah Rasulillah.”
Lalu memberi tahu pada kaumnya, bahwa 'kepemimpinannya dilepas', agar selanjutnya mengikuti perintah Khalid.

Sebelum itu, Abu Ubaidah telah perintah Syurachbil bin Chasanah penulis Wahyu Rasulillah SAW, agar pergi membawa 4.000 pasukan berkuda, menuju kota Bushro.

Syurachbil dan pasukannya telah sampai
di kota tujuan.
Penguasa kota itu, ilmuan besar sangat berwibawa
, bernama Bathriq Abdul-Malik. Di kalangan bangsa Romawi, dia bernama Bathriq Rumas.
Dia telah membaca kitab-kitab kuno dalam jumlah banyak. Jika misa-agung digelar, kaum yang berdatangan untuk mendengarkan khotbahnya, melaut. Orang-orang yang bermukim di ujung kota pun berdatangan, untuk mendengarkan khotbahnya yang memikat jemaat.

Kota Bushro yang sangat makmur, memiliki
 kekuatan 1.000 pasukan berkuda handal terlatih. Kaum Arab dari Yaman dan Chijaz, banyak yang datang ke kota besar tersebut, untuk berbelanja barang-barang yang diinginkan.
Jika hari-raya tiba, singgasana sang raja yang bathriq itu, dikeluarkan di alun-alun sangat luas. Raja Abdul-Malik duduk, dikerumuni oleh rakyat yang melaut. Pada mereka, beliau menyampaikan khotbah.

Di alun-alun, lautan manusia bersuka-ria, terkejut oleh derap kaki-kuda Syurachbil dan pasukannya.
Abdul-Malik bergegas menaiki kuda dan berteriak, “Semua agar siaga!.”
Jawaban mereka, “Siap!” Menggemuruh, seakan-akan menggetarkan langit.
Dia berteriak lagi, “Jangan menyerang, sebelum kita mendengar perkataan mereka!.”

Dengan kudanya, Abdul-Malik bergerak cepat mendekati Syurachbil dan pasukanya. Teriakan selanjutnya “Hai kaum Muslimiin! Saya Rumas! Saya ingin menemui pimpinan kalian!” membuat rakyat terperangah.

Syurachbil muncul untuk mendekati Abdul-Malik (Rumas)
, yang segera bertanya, “Siapa kalian?.”
Syurachbil menjawab, “Kami termasuk sahabat Muhammad, nabi-ummi SAW, suku Quraisy. Keluarga-Besar Hasyim, yang dijelaskan di dalam Taurat dan Injil.”
Dia bertanya, “Allah memperlakukan dia SAW saat ini, bagaimana ?.”
Syurachbil menjawab, “Allah telah mewafatkan beliau SAW.”
Dia bertanya, “Lalu siapa yang menggantikan kepemimpinan setelah dia?.”
Syurachbil menjawab, “Atiq bin Abi Quchafah (Abu Bakr) bin Bakr bin Taim bin Murrah.”
Dia berkata, “Demi kebenaran agama saya! Sebetulnya saya tahu bahwa kalian menetapi agama yang benar. Kalian pasti akan segera menguasai negeri-negeri Syam dan Iraq. Namun saya kasihan pada kalian yang jumlahnya hanya sedikit; sedangkan kami berjumlah sangat banyak. Pulanglah menuju negeri kalian! Kami takkan menyerang kalian! Ketahuilah hai saudara dari Arab! Abu Bakr adalah sahabat-karib saya! Kalau dia kemari, pasti takkan memerangi saya!.”
Syurachbil menjawab, “Kalau pun kau famili atau anak pamannya, pasti takkan dia ampuni. Kecuali jika kau telah beragama seperti beliau. Beliau hanya manusia biasa yang diberi tugas oleh Allah. Allah perintah agar beliau memerangi kalian. Kami juga takkan diam sehingga kalian memilih salah satu dari tiga pilihan :
1.     Masuk ke agama kami.
2.     Atau menyerahkan pajak.
3.     Atau berperang melawan kami.”
Dia bersumpah, “Demi yang dipergunakan bersumpah oleh kaum pengikut agama kami ! Kalau urusan ini diserahkan pada saya, pasti saya menyerah pada kalian. Karena saya tahu bahwa agama kalian benar. Mereka berhala-berhala Romawi (para tokoh yang dikultuskan) dan rakyat, sedang berkumpul untuk perayaan. Saya akan datang untuk berkonsultasi dengan mereka.”
Syurachbil menjawab, “Kembalilah ! Pertimbangkan yang telah saya jelaskan pada kalian!.”

Abdul-Malik memacu kuda menuju sejumlah tokoh kaum yang berkumpul di alun-alun. Di hadapan mereka dia berkata, “Hai pemeluk agama Nashrani ! Keluarga besar Air Amudiyah! Sungguh mengenai
:
1.     Kalian 'akan keluar dari negeri-negeri kalian yang indah ini.
2.     Dan harta kalian akan dirampas oleh kaum Arab, benar-benar akan segera terwujud menjadi kenyataan ! Inilah waktunya! Pasukan kalian yang banyak ini hanya sedikit, jika dibanding dengan pasukan Tuan Rubis. Pasukan Tuan Rubis yang melaut telah bertempur melawan pasukan Arab berjumlah sedikit di Palestin. Ternyata Tuan Rubis dan orang-orang dekatnya berguguran. Mereka yang masih hidup kabur meninggalkan gelanggang perang.
Saya mendengar berita bahwa ada lelaki Arab yang muncul dari kota Samawah, bernama Khalid bin Al-Walid.
Dia telah merebut kota Arakah, Sakhnah, Tadmur dan Chauran. Dia tak lama lagi akan datang kemari. Sebaiknya kita menyerahkan pajak, agar mereka segera pergi meninggalkan tempat.”

Saat mendengar tutur-kata Abdul-Malik tokoh besar, kaum yang terlalu fanatik dalam beragama Nashrani itu, emosi. Suara mereka riuh bersaut-sautan. Mereka akan membunuh Abdul-Malik yang berkata, “Hai kaumku ! Saya ini hanya menguji sampai di mana keimanan kalian ! Ternyata kalian sangat cinta pada agama kalian ! Sekarang silahkan ! Sebaiknya kita harus bagaimana ?! Saya akan bergerak di depan kalian!.”

Kaum Abdul-Malik telah berkumpul banyak sekali, untuk berperang melawan kaum Arab. Perisai-perisai berwarna putih berkilauan, mereka bawa sebagai perlengkapan.


Arakan-arakan panjang telah mendekati Syurachbil dan pasukannya.

Saat melihat jumlah mereka banyak sekali, Syurachbil dan pasukannya terkejut. Dia berkata, “Ketahuilah kawan-kawan ! Sungguh Rasulullah SAW pernah bersabda:
Surga di bawah teduhnya pedang-pedang. Dan menurut Allah, amalan lebih menyenangkan untuk mendekat padaNya, Tetesan Darah di Jalan-Allah, atau Tetesan Air-Mata di Tengah Malam, karena takut Allah’.
Allah berfirman ‘hai khusus kaum Beriman ! Takutlah Allah, dengan benar-benar takut padaNya ! Dan sungguh jangan mati kecuali kalian dalam keadaan Muslim’.”

Syurachbil dan pasukannya bergerak, menyambut serangan mereka yang menggila. Dentingan pedang; benturan perisai, dan teriakan mereka, riuh mengusir sepi.