SELAMAT DATANG DI BLOG PONDOK PESANTREN MULYA ABADI, JL. MAGELANG KM 8.5 SLEMAN YOGYAKARTA, SEMOGA BLOG INI BISA MENJADI SILATURAHMI KITA UNTUK SALING BERBAGI

2017/02/11

Ashabul-Kahfi Menurut Ibnu Katsir



Image result for Ashabul Kahfi

{وَكَذَلِكَ أَعْثَرْنَا عَلَيْهِمْ لِيَعْلَمُوا أَنَّ وَعْدَ اللَّهِ حَقٌّ وَأَنَّ السَّاعَةَ لَا رَيْبَ فِيهَا إِذْ يَتَنَازَعُونَ بَيْنَهُمْ أَمْرَهُمْ فَقَالُوا ابْنُوا عَلَيْهِمْ بُنْيَانًا رَبُّهُمْ أَعْلَمُ بِهِمْ قَالَ الَّذِينَ غَلَبُوا عَلَى أَمْرِهِمْ لَنَتَّخِذَنَّ عَلَيْهِمْ مَسْجِدًا } [الكهف: 21]

Demikian itu, Kami singkapkan untuk mereka, agar mereka tahu bahwa Janji Allah dan Kiamat, tiada keraguan mengenai itu. Ketika itu, mereka berselisih antar mereka, mengenai perkara mereka. Hingga berkata, “Bangunlah bangunan atas mereka!.” Tuhan mereka lebih tahu mengenai mereka. Kaum yang mengalahkan urusan mereka, berkata, “Niscaya kami benar-benar akan membangun Masjid, atas mereka.”

Ibnu Katsir menulis :
Yang Maha Tinggi berfirman, “(وَكَذَلِكَ أَعْثَرْنَا عَلَيْهِمْ) maksudnya ‘demikian itu, Kami singkapkan (rahasia) mereka untuk manusia. (لِيَعْلَمُوا أَنَّ وَعْدَ اللَّهِ حَقٌّ وَأَنَّ السَّاعَةَ لَا رَيْبَ فِيهَا) Agar manusia tahu bahwa Janji Allah dan Kiamat, tiada keraguan mengenai itu.”
Tidak hanya seorang (Alim) Salaf yang menjelaskan, “Sungguh kaum di zaman itu, dilanda keraguan mengenai Hari Kebangkitan dan Kiamat.”
Ikrimah berkata, “Sungguh sebagian mereka berkata ‘(di hari Kiamat) yang dibangkitan hanya ruh, jasadnya tidak.”
Maka Allah menghidupkan Penghuni Gua (Ashabul-Kahfi), sebagai Hujjah, Dalil, dan Mukjizat Alami, mengenai itu.
Mereka menjelaskan, “Sungguh ketika hendak keluar menuju kota untuk membeli sesuatu, untuk makanan kawan-kawan, seorang mereka pangling (pada keadaan). Yang dia lewati bukan jalan besar. Hingga dia berhasil sampai kota.”
Mereka menjelaskan, “Kota itu bernama Diqsus. Dia menyangka tinggal di gua belum lama. Padahal penduduk sekitarnya telah berganti beberapa abad. Negeri dan penduduknya juga telah berubah. Semua umat telah berubah, sebagaimana ucapan penyair (tentang dia):
Adapun perkampungannya hampir sama
Dengan yang dilihat dengan matanya
Namun kaum lelaki kampung bukan lagi
Kaum yang telah dikenali
Semua yang dilihat di negeri tersebut, tidak seperti yang dikenal sebelumnya. Penduduk yang pernah dikenal dengan baik, atau yang pernah dilihat, semuanya telah tiada. Dia bingung, dan berkata dengan hatinya, ‘barang kali saya gila atau kerasukan Syaitan, atau bermimpi?’ Suara hatinya dijawab, ‘demi Allah, saya baik-baik saja. Saya baru kemarin sore di negeri ini, keadaannya tidak demikian’. Lalu berkata lagi ‘segera keluar dari sini, lebih baik, untukku’.
Lelaki penjual makanan didatangi, diberi uang, agar memberi imbalan makanan. Penjual terkejut, ketika melihat pembeli dan bentuk uangnya. Dia menyerahkan uang pada tetangga. Dan uang itu berpindah dari tangan ke tangan lainnya. Mereka berkata, ‘barangkali lelaki ini menemukan simpanan kekayaan’.
Mereka bertanya mengenai, ‘uang tersebut, asal uang tersebut, barangkai dia menemukan kekayaan’, dan ‘siapakah kau?’.
Dia menjawab, ‘saya termasuk penduduk ini kota. Saya masuk gua ini kemarin sore. Saat itu, yang berkuasa Raja Diqyanus’.
Maka mereka menganggap lelaki tersebut gila. Hingga membawa dia ke penguasa mereka. Untuk ditanya, ‘keadaan dan urusannya’.  
Dia sendiri bingung dengan kenyataan yang ada. Setelah dia menjelaskan semuanya, (penguasa setempat dan pendampingnya) berdiri bersama dia, menuju gua.
Pada mereka dia berkata, ‘biarkan saya, nanti saya akan kembali lagi pada anda semuanya. Saya akan memberi tahu dulu pada sahabat-sahabatku di dalam’.”
Ada yang menjelaskan, “Mereka tidak tahu bagaimana cara dia memasuki gua. Dan Allah menggelapkan berita Ashabul-Kahfi dari mereka.”
Ada yang menjawab, “Yang benar justru mereka telah berhasil masuk ke gua. Dan menyaksikan Ashabul-Kahfi. Bahkan raja memberi Salam dan berpelukan dengan mereka. Menurut berita ‘raja tersebut Muslim’, bernama Tidusis. Mereka bahagia karena bertemu dan berdialog dengan raja. Raja berpamitan dan memberi Salam pada mereka. Mereka kebali ke tempat, dan diwafatkan oleh Allah azza wajalla. Allah lebih Tahu. [1] 




[1] تفسير ابن كثير (5/ 146)
يَقُولُ تَعَالَى: {وَكَذَلِكَ أَعْثَرْنَا عَلَيْهِمْ} أَيْ: أَطْلَعْنَا عَلَيْهِمُ النَّاسَ {لِيَعْلَمُوا أَنَّ وَعْدَ اللَّهِ حَقٌّ وَأَنَّ السَّاعَةَ لَا رَيْبَ فِيهَا}
ذَكَرَ غَيْرُ وَاحِدٍ مِنَ السَّلَفِ أَنَّهُ كَانَ قَدْ حَصَلَ لِأَهْلِ ذَلِكَ الزَّمَانِ شَكٌّ فِي الْبَعْثِ وَفِي أَمْرِ الْقِيَامَةِ. وَقَالَ عِكْرِمَةُ: كَانَ مِنْهُمْ طَائِفَةٌ قَدْ قَالُوا: تُبْعَثُ الْأَرْوَاحُ وَلَا تُبْعَثُ الْأَجْسَادُ. فَبَعَثَ اللَّهُ أَهْلَ الْكَهْفِ حُجَّةً (1) وَدَلَالَةً وَآيَةً عَلَى ذَلِكَ.
وَذَكَرُوا أَنَّهُ لَمَّا أَرَادَ أَحَدُهُمُ الْخُرُوجَ لِيَذْهَبَ إِلَى الْمَدِينَةِ، فِي شِرَاءِ شَيْءٍ لَهُمْ لِيَأْكُلُوهُ، تَنَكَّرَ وَخَرَجَ يَمْشِي فِي غَيْرِ الْجَادَّةِ، حَتَّى انْتَهَى إِلَى الْمَدِينَةِ، وَذَكَرُوا أَنَّ اسْمَهَا دِقْسُوسُ (2) وَهُوَ يَظُنُّ أَنَّهُ قَرِيبُ الْعَهْدِ بِهَا، وَكَانَ النَّاسُ قَدْ تَبَدَّلُوا قَرْنًا بَعْدَ قَرْنٍ، وَجِيلًا بَعْدَ جِيلٍ، وَأُمَّةً بَعْدَ أُمَّةٍ، وَتَغَيَّرَتِ الْبِلَادُ وَمَنْ عَلَيْهَا، كَمَا قَالَ الشَّاعِرُ:
أَمَّا الدّيارُ فَإنَّها كَديارهِم ... وَأرَى رجالَ الحَي غَيْرَ رجَاله ...
فَجَعَلَ لَا يَرَى شَيْئًا مِنْ مَعَالِمِ الْبَلَدِ الَّتِي يَعْرِفُهَا، وَلَا يَعْرِفُ أَحَدًا مِنْ أَهْلِهَا، لَا (3) خَوَاصِّهَا وَلَا عَوَامِّهَا، فَجَعَلَ يَتَحَيَّرُ فِي نَفْسِهِ وَيَقُولُ: لَعَلَّ بِي جُنُونًا أَوْ مَسًّا، أَوْ أَنَا حَالِمٌ، وَيَقُولُ: وَاللَّهِ مَا بِي شَيْءٌ (4) مِنْ ذَلِكَ، وَإِنَّ عَهْدِي بِهَذِهِ الْبَلْدَةِ عَشِيَّةَ أَمْسٍ عَلَى غَيْرِ هَذِهِ الصِّفَةِ. ثُمَّ قَالَ: إِنَّ تَعْجِيلَ الْخُرُوجِ مِنْ هَاهُنَا لَأَوْلَى لِي. ثُمَّ عَمَدَ إِلَى رَجُلٍ مِمَّنْ يَبِيعُ الطَّعَامَ، فَدَفَعَ إِلَيْهِ مَا مَعَهُ مِنَ النَّفَقَةِ، وَسَأَلَهُ أَنْ يَبِيعَهُ بِهَا طَعَامًا. فَلَمَّا رَآهَا ذَلِكَ الرَّجُلُ أَنْكَرَهَا وَأَنْكَرَ ضَرْبها، فَدَفَعَهَا إِلَى جَارِهِ، وَجَعَلُوا يَتَدَاوَلُونَهَا بَيْنَهُمْ وَيَقُولُونَ: لَعَلَّ هَذَا قَدْ وَجَدَ كَنْزًا. فَسَأَلُوهُ عَنْ أَمْرِهِ، وَمِنْ أَيْنَ لَهُ هَذِهِ النَّفَقَةُ؟ لَعَلَّهُ وَجَدَهَا مِنْ كَنْزٍ. وَمَنْ أَنْتَ؟ فَجَعَلَ يَقُولُ: أَنَا مِنْ أَهْلِ هَذِهِ الْمَدِينَةِ (5) وَعَهْدِي بِهَا عَشِيَّةَ أَمْسٍ وَفِيهَا دَقْيَانُوسُ. فَنَسَبُوهُ إِلَى الْجُنُونِ، فَحَمَلُوهُ إِلَى وَلِيِّ أَمْرِهِمْ، فَسَأَلَهُ عَنْ شَأْنِهِ وَعَنْ أَمْرِهِ حَتَّى أَخْبَرَهُمْ بِأَمْرِهِ، وَهُوَ مُتَحَيِّرٌ فِي حَالِهِ، وَمَا هُوَ فِيهِ. فَلَمَّا أَعْلَمَهُمْ بِذَلِكَ قَامُوا مَعَهُ إِلَى الْكَهْفِ: مُتَوَلّى الْبَلَدِ وَأَهْلُهَا، حَتَّى انْتَهَى بِهِمْ إِلَى الْكَهْفِ، فَقَالَ: دَعُونِي حَتَّى أَتَقَدَّمَكُمْ في الدخول لأعلم أصحابي، فَيُقَالُ: إِنَّهُمْ لَا يَدْرُونَ كَيْفَ ذَهَبَ فِيهِ، وَأَخْفَى اللَّهُ عَلَيْهِمْ خَبَرَهُ وَيُقَالُ: بَلْ دَخَلُوا عَلَيْهِمْ، وَرَأَوْهُمْ وَسَلَّمَ عَلَيْهِمُ الْمَلِكُ وَاعْتَنَقَهُمْ، وَكَانَ مُسْلِمًا فِيمَا قِيلَ، وَاسْمُهُ تِيدُوسِيسُ فَفَرِحُوا بِهِ وَآنَسُوهُ بِالْكَلَامِ، ثُمَّ وَدَّعُوهُ وَسَلَّمُوا عَلَيْهِ، وَعَادُوا إِلَى مَضَاجِعِهِمْ، وَتَوَفَّاهُمُ اللَّهُ، عَزَّ وَجَلَّ، فَاللَّهُ أَعْلَمُ.

0 komentar:

Posting Komentar