SELAMAT DATANG DI BLOG PONDOK PESANTREN MULYA ABADI, JL. MAGELANG KM 8.5 SLEMAN YOGYAKARTA, SEMOGA BLOG INI BISA MENJADI SILATURAHMI KITA UNTUK SALING BERBAGI

2016/03/19

Semoga Allah Melaknat Dengki


Semoga Allah Melaknat Dengki

Sebuah blok, menerbitkan pernyataan lelaki pedesaan, “Qootalalloohul Hasada maa a’dalah, bada a bi shoohibihii faqotalah” Artinya ‘semoga Allah melaknat dengki. Betapa Dia Maha Adil. Mengawali hukuman dengan cara mengkodar mati terbunuh, pada pendengki’. (Maksudnya, orang yang mendukung kejahatannnya juga diberi hukuman).
Penerjemah kurang yakin bahwa riwayat ini shohih. Tetapi menilai ajaran yang disampaikan bermanfaat :

بسم الله الرحمن الرحيم
Kalimat Pelajaran di atas, (“Qootalalloohul Hasada maa a’dalah, bada a bi shoohibihii faqotalah” ) disampaikan pada raja Islam terbesar sejagad, Khalifah Al-Mu’tashim Billah, oleh lelaki pedesaan, yang akhirnya menjadi Wazir (Wakil) sang Khalifah.
Sebuah hikayat (kisah) menjelaskan, “Lelaki pedesaan tersebut, masuk ke kerajaan Al-Mu’tasim. Dialah lelaki pedesaan yang akhirnya diangkat sebagai orang dekat Raja Al-Mu’tasim, yang sering diajak musawarah khusus.
Sebelum memiliki wazir (wakil) dia, Raja Al-Mu’tashim Billah memiliki wakil pendengki yang mendengki dia. Dalam hatinya, wakil raja berkata ‘dia telah disenangi oleh Amiirul-Mukminiin (raja), ini akan membuat saya tersingkir.
Wakil raja mendekati dan berhasil mengajak lelaki pedesaan, untuk berkunjung ke rumahnya. Bahkan dengan senang, dia membuatkan masakan yang diperbanyak bawang putihnya, untuk tamunya, yakni lelaki pedesaan. Untuk dimakar.
Setalah makan, tamunya dihasud ‘hati-hati jika berdekatan dengan Amiirul-Mukminiin ! Kalau beliau mencium aroma mulutmu, pasti benci. Beliau benci dengan aroma ini’.
Pada Amiirul-Mukminiin, wakilnya, datang untuk menghasud ‘ya Amiirul-Mukminiin, sungguh lelaki pedesaan itu telah menggunjing Baginda’. Dia berkata ‘aroma Amiirul-Mukminiin tidak sedap ! Dan Baginda juga pasti tak tahan jika mencium aroma dia !’.
Ketika masuk ke kerajaan Al-Mu’tashim, lelaki pedesaan itu berbicara dengan menutup mulutnya, dengan ujung lengan bajunya. Karena takut bila raja mencium aroma mulutnya yang berbau bawang.
Raja Al-Mu’tashim yakin bahwa laporan wakilnya benar (bau mulut lelaki pedesaan, tidak sedap). Maka raja menulis surat perintah ‘jika surat saya ini telah sampai, potonglah ! leher pembawa surat !’.
Surat diserahkan pada lelaki pedesaan, dengan pesan ‘berikan surat ini, pada fulan ! Sampaikan jawaban dia padaku !’.
Lelaki pedesaan segera melaksanakan perintah raja. Memberikan surat pada alamatnya.
Hati pendengki berkata ‘lelaki pedesaan itu mendapatkan harta banyak, padahal hanya taqlid (bodoh)’. Lalu bertanya ‘hai lelaki pedesaan, apa yang menyebabkan kau selamat, dari kesulitan yang mestinya menjerat kau ? Dan membuat Beliau memberi kau 1.000 dinar ?’.
Dia menjawab ‘engkau yang hebat, yang memutuskan perkara. Yang kau katakan, saya laksanakan’.
Pendengki minta ‘berikan surat itu pada saya !’.
Setelah diberi surat, pendengki memberikan 2.000 dinar. Dan membawa surat pada tujuan.
Setelah membaca surat perintah, pejabat kerajaan menebas tengkuk pendengki dengan pedang. (Melaksanakan isi perintah dalam surat)
Beberapa hari setelah itu, Amiirul-Mukminiin bertanya tentang wakilnya yang pendengki, dan tentang lelaki pedesaan. Dan dijawab ‘telah beberapa hari beliau tidak muncul, sedangkan lelaki pedesaan tinggal di kota.
Dengan heran, raja memanggil lelaki pedesaan. Dan bertanya mengenai Cara Menyelamatkan Diri dari tebasan pedang, secara lengkap. ‘Bukankah kau pernah mengatakan’ pada orang-orang ‘aroma raja tidak sedap ?’.
Dia menjawab ‘Ma’aadzallooh (Saya berlidung pada Allah), ya Amiiral-Mukminiin, saya tidak mungkin melakukan yang tidak tahu ilmunya’. Yang pasti itu makar pendengki’.
Dengan lengkap, dia kisahkan ketika didekati dan diajak ke rumah pendengaki. Lalu berkata ‘ya Amiral-Mukminiin, Allah telah melaknat dengki. Betapa Dia Adil. Telah membunuh pendengki hingga berhasil meninggal dunia’.”  [1]

Kenapa penulis menilai Hikayat atau Kisah ini bermanfaat. Karena ini sebagai gambaran bahwa manusia pada zaman sekarang juga demikian. Berebut mendekati raja atau penguasa, dengan dengki.

0 komentar:

Posting Komentar