Semoga Allah Melaknat Dengki
Sebuah blok,
menerbitkan pernyataan lelaki pedesaan, “Qootalalloohul Hasada maa a’dalah, bada a bi
shoohibihii faqotalah” Artinya ‘semoga Allah melaknat dengki. Betapa Dia Maha Adil. Mengawali hukuman dengan cara mengkodar
mati terbunuh, pada pendengki’. (Maksudnya, orang yang mendukung kejahatannnya juga diberi hukuman).
Penerjemah kurang yakin bahwa riwayat ini shohih. Tetapi menilai ajaran yang disampaikan bermanfaat :
Penerjemah kurang yakin bahwa riwayat ini shohih. Tetapi menilai ajaran yang disampaikan bermanfaat :
بسم الله الرحمن
الرحيم
Kalimat Pelajaran di atas, (“Qootalalloohul Hasada maa a’dalah, bada a bi shoohibihii faqotalah” ) disampaikan pada raja Islam terbesar sejagad, Khalifah Al-Mu’tashim Billah, oleh lelaki pedesaan, yang akhirnya menjadi Wazir (Wakil) sang Khalifah.
Sebuah hikayat (kisah) menjelaskan,
“Lelaki pedesaan tersebut, masuk ke kerajaan Al-Mu’tasim. Dialah lelaki pedesaan yang akhirnya diangkat sebagai orang dekat Raja Al-Mu’tasim, yang sering diajak musawarah khusus.
Sebelum memiliki wazir (wakil) dia, Raja Al-Mu’tashim Billah memiliki wakil pendengki yang mendengki dia. Dalam
hatinya, wakil raja berkata ‘dia telah disenangi oleh Amiirul-Mukminiin (raja),
ini akan membuat saya tersingkir’.
Wakil raja mendekati dan berhasil mengajak lelaki pedesaan, untuk berkunjung ke rumahnya. Bahkan dengan senang, dia membuatkan
masakan yang diperbanyak bawang putihnya, untuk tamunya, yakni lelaki pedesaan. Untuk dimakar.
Setalah makan, tamunya dihasud ‘hati-hati
jika berdekatan dengan Amiirul-Mukminiin ! Kalau beliau mencium aroma
mulutmu, pasti benci. Beliau benci dengan aroma ini’.
Pada Amiirul-Mukminiin, wakilnya, datang
untuk menghasud ‘ya Amiirul-Mukminiin, sungguh lelaki pedesaan itu telah
menggunjing Baginda’. Dia berkata ‘aroma Amiirul-Mukminiin tidak sedap !
Dan Baginda juga pasti tak tahan jika mencium aroma dia !’.
Ketika masuk ke kerajaan Al-Mu’tashim, lelaki pedesaan itu berbicara dengan menutup mulutnya, dengan ujung lengan bajunya. Karena takut
bila raja mencium aroma mulutnya yang berbau bawang.
Raja Al-Mu’tashim yakin bahwa laporan
wakilnya benar (bau mulut lelaki pedesaan, tidak sedap). Maka raja menulis surat perintah ‘jika
surat saya ini telah sampai, potonglah ! leher pembawa surat !’.
Surat diserahkan pada lelaki pedesaan, dengan
pesan ‘berikan surat ini, pada fulan ! Sampaikan jawaban dia padaku !’.
Lelaki pedesaan segera melaksanakan perintah raja. Memberikan
surat pada alamatnya.
Hati pendengki berkata ‘lelaki pedesaan itu
mendapatkan harta banyak, padahal hanya taqlid (bodoh)’. Lalu bertanya ‘hai lelaki pedesaan, apa yang menyebabkan kau selamat, dari kesulitan yang mestinya
menjerat kau ? Dan membuat Beliau memberi kau 1.000 dinar ?’.
Dia menjawab ‘engkau yang hebat, yang memutuskan
perkara. Yang kau katakan, saya laksanakan’.
Pendengki minta ‘berikan surat itu pada saya !’.
Setelah diberi surat, pendengki memberikan 2.000
dinar. Dan membawa surat pada tujuan.
Setelah membaca surat perintah, pejabat kerajaan
menebas tengkuk pendengki dengan pedang. (Melaksanakan isi perintah dalam surat)
Beberapa hari setelah itu, Amiirul-Mukminiin
bertanya tentang wakilnya yang pendengki, dan tentang lelaki pedesaan. Dan dijawab ‘telah
beberapa hari beliau tidak muncul, sedangkan lelaki pedesaan tinggal di kota.
Dengan heran, raja memanggil lelaki pedesaan. Dan
bertanya mengenai Cara Menyelamatkan Diri dari tebasan pedang, secara lengkap.
‘Bukankah kau pernah mengatakan’ pada orang-orang ‘aroma raja tidak sedap ?’.
Dia menjawab ‘Ma’aadzallooh (Saya
berlidung pada Allah), ya Amiiral-Mukminiin, saya tidak mungkin
melakukan yang tidak tahu ilmunya’. Yang pasti itu makar pendengki’.
Dengan lengkap, dia kisahkan ketika didekati dan
diajak ke rumah pendengaki. Lalu berkata ‘ya Amiral-Mukminiin, Allah telah
melaknat dengki. Betapa Dia Adil. Telah membunuh pendengki hingga berhasil
meninggal dunia’.” [1]
Kenapa penulis
menilai Hikayat atau Kisah ini bermanfaat. Karena ini sebagai gambaran bahwa
manusia pada zaman sekarang juga demikian. Berebut mendekati raja atau
penguasa, dengan dengki.
0 komentar:
Posting Komentar