Di pagi yang cerah itu, Maisarah mengimami shalat khauf, di barak pengungsian. Seusai shalat, dia berdiri untuk memuji dan menyanjung Allah, danmendoakan shalawat untuk nabi SAW. Lalu berkata, “Saudara semuanya! Bersabarlah menghadapi musibah! Ini semua, Rahmat dari Allah untuk kita. Atas Pertolongan Allah, kita telah menang di dalam peperangan ini, walau belum selesai. Yang mulia Abu Ubaidah telah berpesan padaku ‘mereka’ maksudnya kalian jangan dibawa ke tempat yang jauh! Kita telah berpisah dengan beliau selama seminggu, namun beliau tidak tahu bahwa kita sedang menghadapi kesulitan menghadapi lawan.”
Dua lelaki dzimmi itu memacu kuda secepat-cepatnya, menuju kota Chalab (Aleppo). Sesampainya di tujuan, mereka berdua jatuh pingsan karena terlalu capek.
Mereka berdua menjawab, “Demi Allah tidak. Tetapi bala bantuan musuh yang akan dikerahkan agar memerangi Maisarah dan pasukannya berjumlah banyak sekali, dan dari mana-mana.”
Mereka berdua menjelaskan pada Abu Ubaidah, mengenai apa saja yang telah disaksikan. Mengenai pasukan Muslimiin membuang sarung pedang untuk berperang mati-matian, Damis ditangkap musuh, tetapi berhasil meloloskan diri bersama 10 kawannya, juga dilaporkan.
Abu Ubaidah dan kaum Muslimiin mendengarkan laporan itu, dengan tegang. Dia gusar dan bergegas bersama dua orang dzimmi menuju tenda Khalid yang sedang membenahi baju perang.
Pada dua lelaki dzimmi itu, Abu Ubaidah perintah, “Ceritakan pada Khalid, mengenai yang telah kalian saksikan, berkenaan kaum Muslimiin!.”
Dengan gerak cepat, Khalid memasuki tenda untuk mengambil baju perang dan pecinya yang barakah. Lalu bergabung pada pasukan Muslimiin yang telah bersiap akan berjalan menuju Qabail, untuk membantu Maisarah dan pasukannya. Abu Ubaidah berteriak, “Jangan semuanya yang berangkat!.”
Khalid mengangkat dua tangannya, dan berdoa, “Ya Allah, buatkan Jalan untuk kami menuju kesana. Lipatlah jarak yang jauh ini untuk kami, dan sesulit apapun, buatlah Mudah untuk kami.”
Di medan perang, Maisarah dan pasukannya dalam keadaan kesulitan, karena dikepung musuh yang jauh lebih banyak, dari segala penjuru. Telah beberapa hari mereka berperang mati-matian mulai pagi hingga petang. Tiap hari bala bantuan pasukan Romawi yang berdatangan untuk menyerang semakin banyak. Tetapi Maisarah dan pasukannya pantang menyerah, meskipun telah berkali-kali tergores pedang, hingga tubuh mereka bermandi darah. Sepertinya mereka itu, kaum yang tak bisa dibunuh, karena Ijin Allah Taala.
In syaa Allah bersambung