Khalid menyerang lagi. Semakin lama, dia semakin masuk ke dalam kerumunan musuh berkuda berbahaya. Para musuh yang masih hidup ketakutan.
Dia dan pasukannya membuat mereka kocar-kacir.
Khalid berada di depan.
Pasukan Islam terperanjat saat melihat seorang, memimpin pasukan berkuda. Muncul di pertengahan musuh, melancarkan perlawanan dengan penuh semangat. Bagai api berkobar-kobar. Dan menewaskan sejumlah pasukan lawan. Mereka tetap melawan dengan gigih, walau dikeroyok oleh musuh berjumlah sangat banyak. Setiap jumlah musuh bertambah; dia dan pasukannya semakin sengit menyerang, tak gentar. Sang pemimpin sudah bersimbah darah, tapi semangatnya tidak goyah.
Pasukan Islam berteriak menegur, “Hai orang yang sangat sopan ! Kenapa kamu berpaling dari pimpinan yang berbicara padamu ! Katakan sebetulnya kau ini siapa ?”
Kepadanya, Khalid mengejar dan bertanya, “Seranganmu dahsyat! Tapi sayang kamu tak mau berterus terang! Siapa kamu?”
Khalid terperanjat karena suaranya, “Wahai pimpinam yang mulia! Saya berpaling karena sungkan pada tuan yang agung. Saya wanita yang hidup dalam pingitan, tak pernah keluar rumah. Saya mengamuk karena dendam” mirip suara wanita.