SELAMAT DATANG DI BLOG PONDOK PESANTREN MULYA ABADI, JL. MAGELANG KM 8.5 SLEMAN YOGYAKARTA, SEMOGA BLOG INI BISA MENJADI SILATURAHMI KITA UNTUK SALING BERBAGI

Doa Meluluhkan Hati Seseorang

Ya Allah sungguh Engkau Maha Mulia Maha Besar. Sedangkan saya HambaMu yang sangat hina dina. Tiada upaya dan kekuatan kecuali karena Kau. Ya Allah, tundukkanlah

Doa Agar di Beri kerjaan Bisnis

Ya Allah, Raja segala Kerajaan, Tuhan memberikan Kerajaan pada yang Tuhan kehendaki, melepas Kerajaan dari yang Tuhan kehendaki, menjayakan orang yang Tuhan kehendaki, dan merendahkan orang yang Tuhan kehendaki

Sapaan Nabi Membuat Khowat Sungkan

Rasulullah SAW keluar dari tenda dan bersabda pada saya ‘hai Ayah Abdillah, apa yang mendorong kau duduk bersama mereka ?’

Hibah Menurut Bukhori

Hibah Menurut Bukhari Ibrahim Annakhai tergolong Tabiin yang sangar alim. Beliau murid Ibrhaim Attaimi, murid Amer bin Maimun, murid Abu Abdillah Al-Jadali, murid Khuzaimah sahabat Nabi SAW.

Masuk Surga Paling Awal

Rasulullah SAW bersabda, “Jibril AS telah datang untuk memegang tanganku untuk menunjukkan saya Pintu Gerbang Surga, yang akan dimasuki oleh umatku.”

Tampilkan postingan dengan label Dakwah di Negeri Izaz. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Dakwah di Negeri Izaz. Tampilkan semua postingan

2016/11/27

PS 157: Pembebasan Syam






Lawan mendekat dan duduk di depan Yuqana, untuk berkata, “Paman, saya berniat melepaskan kau dan semua pasukan kau. Saya telah mementingkan kau mengalahkan keluaga, ayah saya, dan tahta yang akan saya waris. Mestinya kau sadar bahwa melakukan demikian ini, merupakan pengorbanan yang berat, walau saya sadar bahwa agama Islam ini benar. Kau akan saya lepas dengan syarat, menikahkan saya dengan putri kau. Maskawinnya, 'kau dan pasukan kau, saya lepaskan dengan cuma-cuma'. Mestinya kau dan mereka ini menjadi budakku.” 
Yuqana bergetar menyaksikan Lawan bersyahadat, “Asyhadu an laa Ilaaha illaa Allah, wa asyhadu anna Muhammadan Rasulu Allah,” Lalu melepaskan dan memberi pedang pada Lawan.
Lalu melepaskan dan memberi pedang pada semua pasukannya. 
Pada mereka, Lawan berkata, “Waspadalah! Saya yang akan membunuh ayah saya yang sedang mabuk. Kalian agar melakukan amalan yang membuat Allah ridha, agar mendapat barakah.” 
Dengan bahagia, Yuqana berkata, “Saksikan bahwa saya menikahkan Lawan dengan putriku, dengan maskawin berbentuk 'kita semua dilepas, dan dimerdekakan’ dari perbudakan” pada pasukannya.
Lawan terperangah lalu berkata, “Saya menyetujui pernikahan saya dan putri Paman Yuqana, “ Lalu bergerak cepat memasuki rumah ayahnya. Lawan terkejut melihat ayahnya tewas berlumuran darah, di tengah kerumunan para saudara Lawan dari lain ibu. 
Lawan bertanya, “Siapa yang membunuh ayah?.” 
Para saudaranya menjawab, “Kami.” 
Lawan bertanya, “Kenapa?.” 
Jawaban mereka, “Mencari Perhatian Allah. Kami mendengar kau bercakap-cakap dengan Yuqana dan pasukannya. Kami takut ayah tahu rencana 'kau akan membunuh' dia, dan kau akan dikalahkan. Mumpung kau belum dibunuh, beliau kami bunuh” mengejutkan.

Dengan bahagia, Lawan bergegas mendatangi Yuqana dan pasukannya, untuk melaporakan bahwa ayahnya telah tewas.
Yuqana dan pasukannya berbahagia, dan keluar menuju petengahan benteng, sambil memekikkan tahlil, takbir, dan shalawat, atas nabi SAW
Pasukan Izaz terkejut dan berteriak, untuk menghadapi serangan pasukan Yuqana. Lonceng Gereja dipukul sekeras-kerasnya, pertanda bahaya. Saat itulah Thariq dan kemenakan Malik, berada di bibir jurang dekat benteng kerajaan.

Thariq dan kemenakan Malik bergegas mendatangi Malik, untuk melaporkan keadaan. Pada pasukannya, Malik perintah, "Ayo membantu saudara kita!.” 
Pasukan Malik bergegas mengendarai kuda, berlari menuju benteng Izaz. Yang ditinggalkan untuk menjaga 500 tawanan, pasukan berjumlah 100 orang.

Pada Lawan, Yuqana berkata, “Sungguh pasukan Muslimiin akan datang, membantu kita.” 
Lawan menyaksikan pasukan Muslimiin, di bawah pimpinan Malik, berdatangan, berkendaraan kuda. Pintu gerbang dibukakan, dan mereka memasuki benteng. 
Malik dan Pasukannya berteriak, “Allahu akbar! Allah akan menolong kami, menghinakan kaum Kufar!.” 
Pasukan negeri Izaz melemparkan tombak dan pedang ke tanah, sebagai tanda menyerah. Mereka berkata, “Ampun! Selamatkan kami!” berkali-kali. Mereka ditangkap dan ditawan. 
Malik dan Pasukannya mengucapkan syukur pada Yuqana dan Pasukannya.
Yuqana berkisah mengenai jasa Lawan, melepaskan Yuqana dan 100 pasukannya. Dan bahwa 'para saudara Lawan' yang membunuh Raja Daris. 
Malik terperangah dan berkata, “Jika Allah meneghendaki sesuatu, maka membuatkan jalan.”

Tanya-jawab ayah Jubair dan Abu Lubabah bin Al-Mundzir (أبو لبابة بن المنذر) veteran Perang Futuchussyam, mengenai Raja Daris Gugur:
“Bagaimana kisah sebenarnya mengenai penaklukan negeri Izaz, dan terbunuhnya Raja Daris? Saya masih ragu-ragu dengan kebenaran kisah itu, dan ingin mendengar kisah yang benar?.”
“Ketika Penaklukan Kerajaan Izaz telah selesai, Malik mengumpulkan tawanan, rampasan perang: busana, emas, perak, wadah-wadah antik, dan lain-lain. Semua dikelurkan dari benteng. Yang memimpin mengurusi itu semua, Qais bin Saed, yang saat itu matanya luka oleh anak panah, dalam peperangan itu juga.  
Malik memasuki benteng, mencari Daris di istana, ternyata telah tewas. Malik terperangah dan bertanya ‘siapa yang telah membunuh orang laknat ini?’ Lawan menjawab ‘kakak saya bernama Luqa (لوقا)’. 
Malik perintah agar Luqa didatangkan untuk ditanya ‘kenapa kau membunuh ayahmu sendiri? Kami baru tahu bahwa ada orang Romawi yang tega membunuh ayahnya sendiri?’. 
Luqa menjawab ‘saya membunuh dia karena cinta agama kalian. Di dalam benteng ini ada biara yang dihuni oleh seorang alim. Kami sering membaca Injil di hadapan dia yang sering mengajar kami mengenai seluk-beluk negeri Romawi. Saya dengan dia yang bernama Abul-Mundzir, pernah berduaan di dalam biara. Kepadanya, saya bertanya ‘kenapa negeri-negeri Syam bisa direbut oleh kaum Arab? Dan kenapa pasukan raja besar Romawi ditaklukkan? Padahal setahu kami, kaum Arab, kaum yang sangat lemah? Itu berarti Allah yang menolong mereka, kan? Apa kau pernah membaca kitab-kitab Romawi atau Yunani yang menjelaskan tentang itu?’.
Pada Abul-Mundzir, saya bertanya, ‘menurut kau? Nabi kaum itu benar atau palsu?’ Dia menjawab ‘Nak, di dalam kitab kita tertulis, bahwa Allah Taala akan mengutus seorang yang berada dari Chijaz (Makkah) sebagai nabi. Isa bin Maryam AS juga pernah memberitakan pada kita tentang itu. Saya tidak tahu tentang pertanyaan yang ini, dia nabi atau bukan’.
Saya tahu bahwa Abul-Mundzir merahasiakan tentang kenabian karena khawatir saya melaporkan dia.
Ketika saya melihat 
Yuqana dan pasukannya tertawan, saya berkata ‘Yuqana yang telah membunuh adiknya bernama Yuchana dan telah memerangi kaum Arab saja telah masuk Islam. Tentunya karena dia tahu bahwa Islam agama yang benar’. Saya juga berkata di dalam hati ‘bunuhlah ayahmu! Untuk menyelamatkan Yuqana dan pasukannya! Ikutilah agama mereka yang pasti benar!’.
Ketika ayah saya mabuk dan tidur pulas, saya datang untuk membunuh, untuk menyelamatkan Yuqana dan pasukannya. Ternyata Yuqana dan pasukannya telah dilepaskan oleh Lawan, adik saya. 
Pada Lawan, Malik bertanya, ‘kenapa kau berbuat begitu?’.
Lawan menjawab ‘karena cinta agama kalian. Saya bersaksi bahwa tiada Tuhan yang pantas disembah kecuali Allah, dan sungguh Muhammad SAW Utusan Allah’.
Malik berdoa ‘semoga Allah menerima amalanmu dan memberi kau Taufiq’. 
Lalu keluar dari benteng dan menunjuk Said bin Amer, agar mengatur 100 pasukan Yuqana, untuk mengurusi dan memerintah kerajaan Izaz. 
Raja Rawandat dan pasukannya yang diikat dihadirkan, untuk diperintah memasuki Islam.
Namun mereka menolak. Tak lama kemudian mereka tewas oleh Siksaan Tuhan, melalui pedang yang ditebaskan oleh kaum Muslimiin atas leher mereka.”



In syaa Allah bersambung

2016/11/26

PS 156: Pembebasan Syam






Cerbung  (Cerita bersambung)


Beruntung sekali mata-mata bernama Ishmah tidak menjelaskan di dalam suratnya, pada raja negeri Izaz, bahwa ada pasukan Arab di bawah pimpinan Malik Al-Asytar akan menyerang. 
Di dalam persembunyian, Malik mengikat tawanannya bernama Thariq, lalu menunggu kedatangan raja negeri Rawandat dan 500 pasukannya.

Ketika malam telah kelam, derap kaki kuda mengusir sepi. Malik dan pasukannya menyergap dan mengikat raja dan 500 pasukannya.
Malik menawarkan pada Thariq, “Maukah kau masuk Agama Allah dan Rasul-Nya? Agar dosa yang telah kau lakukan lebur? Dan agar kau menjadi saudara kami?.” 
Thariq berkata, “Sebetulnya saya pernah menyatakan Islam pada Umar, tetapi Muhammad SAW pernah bersabda ‘barang siapa murtad, maka bunuhlah!’.”
Malik berkata, “Tetapi hukum dalam Hadits itu disalin dengan perkataan ‘laa Ilaaha illaa Allah’ berdasarkan firman Allah ‘illaa man taaba wa aamana wa amila shaalichan faulaaaika yubaddilu Allahu sayyiaatihim chasanaat’ yang artinya: Kecuali orang yang bertobat, beriman dan beramal shalih. Maka Allah menggantikan kejelekan mereka pada kebaikan. [1] Oleh karena itu Rasulullah menerima tobat Wachsyi yang telah membunuh pamannya bernama Chamzah. Dan Allah juga menurunkan Ayat mengenai itu.”
Thariq menyimak penjelasan Malik dengan senang, lalu berkata, Asyhadu an laa Ilaaha illaa Allah, wa asyhadu anna Muhammadan Abdu-Hu wa Rasulu-H. Sekarang hatiku senang dan kebingungaku telah hilang. Semoga Allah menyelamatkan kau di hari kiamat.” 
Malik senang dan berkata, “Semoga Allah memberi kau Petunjuk dan menetapkan keimananmu” lalu berkata, “Ya Hamba Allah, saya ingin dosa yang telah kau lakukan lebur.” 
Thariq bertanya, “Maksud kau bagaimana?.” 
Malik berkata, “Pergilah menuju raja negeri Izaz! Untuk memberi tahu bahwa raja negeri Rawandat akan datang untuk menolong.” 
Thariq menjawab, “In syaa Allah akan saya lakukan. Kalau meragukan kejujuranku, silahkan kau menyuruh orang kepercayaanmu agar mengawasi aku. Malam telah larut; sementara yang berjaga di benteng berpintu gerbang dikunci rapat itu 'sangat banyak'. Untuk itu saya hanya bisa berteriak dari bibir jurang.” 
Malik perintah agar kemenakannya mendampingi Thariq, ke benteng kerajaan Izaz, dan agar selalu waspada. Mereka berdua segera pergi menuju benteng yang dijaga ketat oleh pasukan bersenjata. Beberapa orang terkejut oleh suara lonceng berdentang keras sekali. Dan ada keributan di dalam benteng.
Thariq berkata, “Ini jelas ada peperangan atau pembunuhan di dalam benteng” pada kemenakan Malik.
Mereka berdua menyimak kegaduhan dan teriakan di dalam benteng.

Telah terjadi pembunuhan atas Raja Daris di dalam benteng oleh Lawan, putranya sendiri. Lawan lelaki pemberani yang pernah diutus oleh ayahnya, agar mengirimkan hadiah pada Raja Yuqana yang masih kerabatnya. Di sana, Lawan ditempatkan pada rumah mewah agar senang. Dalam waktu beberapa bulan itu Lawan sering memasuki istana Yuqana. Dia pernah terkejut melihat puri Yuqana yang cantik jelita dikelilingi sejumlah pelayan dan kasim (pelayan rendahan). [2] Lawan jatuh cinta pada putri itu dan pulang, untuk memberitahukan isi hatinya pada ibunya di Izaz
Ibunya berkata, “Akan saya laporkan agar ayahmu mengutus utusan, untuk melamar dan menikahkan dia denganmu. Berapa maskawin yang diminta akan kami berikan.” 
Di saat Lawan sedih, dilanda rindu terhadap putri itu; Raja Yuqana dan 100 pasukan Arab datang ke kerajaan Izaz, dan ditawan oleh ayahnya. 
Raja Yuqana dan 100 pasukan Arab dipenjara di dekat rumah mewah Lawan. Mengenai mereka, ayah Lawan berpesan, “Jagalah!.” 
Lawan berpikir, “Sungguh Raja Yuqana putra paman saya ini, lebih tahu mengenai segala agama. Kalau Islam tidak benar, tentu dia tidak Islam. Karena sebelumnya dia memerangi kaum Arab dengan mati-matian. Saya juga heran kenapa pasukannya bisa ditaklukkan oleh kaum Arab yang lemah? Karena Allah menolong mereka. Saya sangat mencintai putri dia. Mereka akan saya lepas, dan saya akan mengikuti agama mereka, dengan syarat dia menikahkan saya dengan putrinya. Saya akan memeluk agama yang benar, dan akan segera menyunting putrinya.”



In syaa Allah bersambung



[1] إِلَّا مَنْ تَابَ وَآَمَنَ وَعَمِلَ عَمَلًا صَالِحًا فَأُولَئِكَ يُبَدِّلُ اللَّهُ سَيِّئَاتِهِمْ حَسَنَاتٍ وَكَانَ اللَّهُ غَفُورًا رَحِيمًا  [الفرقان/70].
[2] Kasim berasal dari bahasa Arab: حَشيمٌ. Artinya: pelayan rendahan yang sering dibentak-bentak : الصحاح في اللغة - (ج 1 / ص 131)
.ورجلٌ حَشيمٌ، أي مُحْتَشِمٌ. وحَشْمُ الرجل: خَدَمُهُ ومَن يغضب له، سُمَّوا بذلك لأنهم يغضبون له

2016/11/25

PS 155: Pembebasan Syam







“Saya veteran Perang Futuchssyam. Saya juga ikut merebut kota Qinasrin dan Chalab (Aleppo) di bawah pimpinan Abu Ubaidah. Banyak sekali kaum Romawi yang akhirnya masuk Islam. Hanya di antara mereka yang masuk Islam yang berjihadnya paling semangat dan niatnya paling tulus hanya Yuqana. Dia benar-benar telah berjuang demi kaum Muslimiin, untuk mencari Ridho Rabbul-aalamiin. Banyak orang bersaksi tentang jihadnya yang sangat gigih.”
1.   Kaum Thayi dikomandani oleh Khazal bin Ashim (خزعل بن عاصم). 
2.   Kaum Fihr dikomandani oleh Fihr bin Muzachim (فهر بن مزاحم). 
3.   Kaum Khuzaah dikomandani oleh Salim bin Adi (سالم بن عدي). 
4.   Kaum Sanis dikomandani oleh Masruq bin Sinan (مسروق ابن سنان). 
5.   Kaum Numair dikomandani oleh Asad bin Chazim (أسد بن حازم). 
6.   Kaum Al-Chadharamah (الحَضَارِمَة) dikomandani oleh Majid bin Umairah (ماجد بن عميرة). 
7.   Kaum Chimyar dikomandani oleh raja Chimyar bernama Dzul-Kala Al-Chimyari (ذو الكلاع الحميري). 
8.   Kaum Bahilah dikomandani oleh Saif bin Qadich (سيف بن قادح). 
9.   Kaum Tamim dikomandani oleh Saed bin Chasan (سعد بن حسن). 
10.      Kaum Murad dikomandani oleh Malik bin Fayyaad (مالك بن فياض)."
Abu Ubaidah berkata, “Semoga Allah menyayang kalian. Ketahuilah bahwa sepuluh komandan ini saya perintah agar mentaati Yuqana, yang telah menyerahkan diri pada Allah dan Rasul-Nya. Selama dia berniat mencari Keridhoan Allah, taatilah!.”
Yuqa dan 100 pasukan berkuda berkemas-kemas. Setelah berjalan sejauh satu farsakh, 1.000 pasukan berkuda di bawah pimpinan Malik Al-Asytar Annakhai, dipersiapkan untuk menyusul. 
Kepada Malik, Abu Ubaidah berkata, “Bawalah pasukanmu! Mengikuti jejak Yuqana dan pasukannya! Jika kau telah mendekati benteng negeri Izaz! Bersembunyilah! Hingga waktu sahur. Tugasmu menggerakkan pasukanmu agar menyerbu kaum di dalam benteng, di waktu sahur.”
Malik dan pasukannya berjalan mengendarai kuda, menyusuri jalan panjang hingga malam. Mereka berhenti di kampung dekat benteng, untuk menunggu fajar menyingsing. Kampung tempat persembunyian sepi dan penduduknya jarang. 

Saat itu, Yuqana telah berjalan menuju benteng, setelah menyusuri jalan berbeda dengan yang dilewati oleh Malik dan pasukannya. 
Khazal bin Ashim veteran Perang Chalab (Aleppo) berkisah, “Saat itu, kami berjumlah 100 pasukan berkuda, menjadi prajurit Yuqana, yang berkata, 'hai para pemuda! Kita telah sampai tujuan. Semuanya supaya diam, karena bahasa kalian berbeda dengan mereka'. Saya yang akan menerjemahkan bahasa mereka. Dan waspadalah, jangan sembrono! Jika saya telah memukul raja mereka, kalian agar segera menyerang dengan garang! Semoga qodar baik tidak memihak dia.”
Akwa bin Abbad Al-Mazini (الأكوع بن عباد المازني) termasuk veteran Perang Izaz, sebagai prajurit Malik yang berjumlah 1.000 orang; berada di belakang Yuqana mantan Raja Chalab (Aleppo). Dia berkisah, "Kami memasuki kampung di dekat benteng Izaz, sambil menunggu fajar menyingsing. Kami terkejut oleh datangnya pasukan dari belakang kami, tepatnya dari sebelah barat. 
Malik pergi meninggalkan kami sejenak, lalu kembali dengan membawa lelaki Arab Nashrani." 
Malik berkata, “Hai para pemuda! Dengarkan perkataan lelaki ini!.” 
Kami menjawab, “Dia akan mengatakan apa?.” 
Malik perintah, “Tanyalah! Dia akan menjawab!.” 
Kami bertanya, “Kau berasal dari mana?.” 
Lelaki tawanan menjawab, “Dari Ghassan.” 
Malik bertanya, “Namamu siapa?.” 
Dia menjawab, “Thariq bin Syaiban.” 
Malik memanggil, “Hai Thariq! Demi hak dzimi kaum Arab, kamu jangan merahasaiakan pada kami! Yang kau ketahui tentang musuh kami!.” 
Dia menjawab, “Demi Allah saya takkan merahasiakan yang saya ketahui. Tetapi kalian agar bersiap sebelum musuh kalian datang.” 
Malik bertanya, “Bagaimana maksudmu?.” 
Dia menjawab, “Semalam kami kedatangan mata-mata bernama Ishmah bin Arfajah (عصمة بن عرفجة) yang memata-matai kalian. Ketika kalian dan Yuqana merencanakan makar, dia mendengarkan. Apa yang kalian rencanakan, ditulis pada lembaran, lalu diikatkan pada burung, agar diantar pada raja Izaz. Raja Izaz membaca lalu perintah agar saya menghubungi dan minta bala-bantuan pada Raja Luqa, dari negeri Rawandat. 
Raja Luqa telah pergi kemari membawa 500 pasukan berkuda. Bersiaplah menghadapi mereka. Sepertinya mereka hampir datang.”
Ketika Yuqana sampai, Raja Daris telah menunggu di luar benteng, dengan 3.000 pasukan berkuda dari Romawi, dan 1.000 pasukan berkuda dari Arab Nashrani, dan sejumlah pasukan lain, yang disuruh bersembunyi.
Tali kendali kuda dipotong oleh Daris hingga Yuqana jatuh, kepalanya membentur tanah. 
Empat ribu pasukan berkuda Daris mengepung, menangkap dan mengikat pasukan Yuqana, yang terdiri dari sahabat Rasulillah SAW
Yuqana terkejut ketika diludahi dan dibentak, “Sungguh Al-Masih dan Salib pasti akan memurkai kau! Karena kau murtad dari agamamu! Untuk memasuki agama musuhmu. Demi Al-Masih! Kau akan saya hadapkan pada Raja Hiraqla yang mulia! Agar kau disalib di pintu gerbang negeri Anthakiyah! Setelah kepala orang-orangmu saya penggal” oleh Daris, yang lalu bergegas masuk ke dalam benteng.


In syaa Allah bersambung