SELAMAT DATANG DI BLOG PONDOK PESANTREN MULYA ABADI, JL. MAGELANG KM 8.5 SLEMAN YOGYAKARTA, SEMOGA BLOG INI BISA MENJADI SILATURAHMI KITA UNTUK SALING BERBAGI

Doa Meluluhkan Hati Seseorang

Ya Allah sungguh Engkau Maha Mulia Maha Besar. Sedangkan saya HambaMu yang sangat hina dina. Tiada upaya dan kekuatan kecuali karena Kau. Ya Allah, tundukkanlah

Doa Agar di Beri kerjaan Bisnis

Ya Allah, Raja segala Kerajaan, Tuhan memberikan Kerajaan pada yang Tuhan kehendaki, melepas Kerajaan dari yang Tuhan kehendaki, menjayakan orang yang Tuhan kehendaki, dan merendahkan orang yang Tuhan kehendaki

Sapaan Nabi Membuat Khowat Sungkan

Rasulullah SAW keluar dari tenda dan bersabda pada saya ‘hai Ayah Abdillah, apa yang mendorong kau duduk bersama mereka ?’

Hibah Menurut Bukhori

Hibah Menurut Bukhari Ibrahim Annakhai tergolong Tabiin yang sangar alim. Beliau murid Ibrhaim Attaimi, murid Amer bin Maimun, murid Abu Abdillah Al-Jadali, murid Khuzaimah sahabat Nabi SAW.

Masuk Surga Paling Awal

Rasulullah SAW bersabda, “Jibril AS telah datang untuk memegang tanganku untuk menunjukkan saya Pintu Gerbang Surga, yang akan dimasuki oleh umatku.”

Tampilkan postingan dengan label Cacat Menurut Muhadditsiin. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Cacat Menurut Muhadditsiin. Tampilkan semua postingan

2014/02/18

Cacat Menurut Muhadditsiin




Seorang alim dalam bidang Hadits berkata, “Saya pernah mendengar Syababah berkata: Dulu Abdul-Qudus berkata ‘guru kami Suwaid bin Aqalah’ pernah berkata.”
Syababah juga pernah berkata:
“Saya pernah mendengar Abdul-Qudus mengajarkanنَهَى رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنْ يُتَّخَذَ الرَّوْحُ عَرْضًا’.”
Artinya: Rasulullah SAW telah melarang melobang dinding rumah untuk cendela.

Abdul-Qudus ditanya, “Bagaimana maksud Hadits ini?.”
Dia menjawab, “Melobang dinding rumah untuk lewat udara adalah larangan.”

Maksud tulisan di atas, ‘Abdul-Qudus’ keliru, kurang pandai, dan kurang teliti. Berdampak isnad dan matan Hadits yang disampaikan meragukan. Mengenai isnad dia berkata :
1.     “Suwaid bin ‘Aqalah, dengan huruf ‘ain’ yang dibiarkan (tidak dititik), dan ‘qaf’. Ini berarti kesalahan nyata, dan kekeliruan yang jelas. Yang benar Ghafalah, dengan huruf ‘ghain’ yang dititik, dan huruf ‘fa’, duanya difathah.
2.     Adapun mengenai matan, dia telah mengatakan, “Rauh,” huruf ‘ra’nya difathah. Dan membaca ‘ardhan’ dengan huruf ‘ain’ tidak bertitik, dan ‘ra’nya disukun. Ini kesalahan sangat memalukan dan kekeliruan nyata. Yang benar, “Ruh,”; ‘ra’nya didhamah, dan ‘gharadhan’; huruf ‘ghain’ dan ‘ra’nya difathah:

نَهَى رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنْ يُتَّخَذَ الرُّوْحُ غَرَضًا

Artinya: Rasulullah SAW melarang makhluq bernyawa dijadikan bidikan panah dan yang serupa. [1]




[1] شرح النووي على مسلم (1/ 114)
 (سَمِعْتُ شَبَابَةَ يَقُولُ كَانَ عَبْدُ الْقُدُّوسِ يُحَدِّثنَا فَيَقُولُ سُوَيْدُ بْنُ عَقَلَةَ قَالَ شَبَابَةُ وَسَمِعْتُ عَبْدَ الْقُدُّوسِ يَقُولُ نَهَى رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنْ يُتَّخَذَ الرَّوْحُ عَرْضًا قَالَ فَقِيلَ لَهُ أَيُّ شَيْءٍ هَذَا فَقَالَ يَعْنِي يُتَّخَذُ كَوَّةٌ فِي حَائِطِهِ لِيَدْخُلَ عَلَيْهِ الرَّوْحُ) الْمُرَادُ بِهَذَا الْمَذْكُورِ بَيَانُ تَصْحِيفِ عَبْدِ الْقُدُّوسِ وَغَبَاوَتِهِ وَاخْتِلَالِ ضَبْطِهِ وَحُصُولِ الْوَهْمِ فِي إِسْنَادِهِ وَمَتْنِهِ فَأَمَّا الْإِسْنَادُ فَإِنَّهُ قَالَ سُوَيْدُ بْنُ عَقَلَةَ بِالْعَيْنِ الْمُهْمَلَةِ وَالْقَافِ وَهُوَ تَصْحِيفٌ ظَاهِرٌ وَخَطَأٌ بَيِّنٌ وَإِنَّمَا هُوَ غَفَلَةَ بِالْغَيْنِ الْمُعْجَمَةِ وَالْفَاءِ الْمَفْتُوحَتَيْنِ وَأَمَّا الْمَتْنُ فَقَالَ الرَّوْحُ بِفَتْحِ الرَّاءِ وَعَرْضًا بِالْعَيْنِ الْمُهْمَلَةِ وَإِسْكَانِ الرَّاءِ وَهُوَ تَصْحِيفٌ قَبِيحٌ وَخَطَأٌ صَرِيحٌ وَصَوَابُهُ الرُّوحُ بِضَمِّ الرَّاءِ وَغَرَضًا بِالْغَيْنِ الْمُعْجَمَةِ وَالرَّاءِ الْمَفْتُوحَتَيْنِ وَمَعْنَاهُ نَهَى أَنْ نَتَّخِذَ الْحَيَوَانَ الَّذِي فِيهِ الرُّوحُ غَرَضًا أَيْ هَدَفًا لِلرَّمْيِ فَيُرْمَى إِلَيْهِ بِالنُّشَّابِ وَشِبْهِهِ.